Perkataan Steven sedikit mengejek.Cintia sudah mulai merasa emosi. Ini bukan kejutan yang menggembirakan, tetapi kejutan yang tak disangka-sangka.Bukankah Doni dan Lily sedang pacaran?Kenapa sekarang menjadi Tammy?Ada apa sebenarnya ini?"Masih ada waktu sebelum persidangan dimulai," ucap Doni. "Kamu ikut aku keluar, aku akan menjelaskannya padamu.""Baik," jawab Cintia menyetujui.Steven menjadi gelisah lalu berkata, "Ada masalah apa sampai tidak bisa bicara di sini? Malah harus bersembunyi segala. Doni, kamu masih teman, bukan?"Doni tidak menghiraukan Steven, lalu Doni dan Cintia pergi ke luar."Sialan!" Steven tidak tahan dan melontarkannya. Steven lalu bicara dengan suara yang agak keras pada Doni, "Jangan sampai pagar makan tanaman, ya?"Cintia sampai tidak bisa berkata-kata menghadapi Steven.Pantas, Lily memanggil Steven dengan nama tukang ribut.Memang betul, orang bisa saja salah dalam memilih nama, tetapi nama julukan tak akan mungkin salah. Cintia dan Doni berjalan ke
Cintia menghubungi nomor kontak Lily lalu mulai menelepon, ternyata nada sedang sibuk.Kemudian terdengar suara mesin menjawab, "Telepon yang Anda tuju tidak bisa dihubungi, harap periksa nomor dan telepon kembali."Lily telah mengganti nomor teleponnya?Lily sampai memblokir nomor dia sebelumnya?Di antara Lily, Jimmy dan Doni pasti menyembunyikan sesuatu?Namun, apa yang Doni katakan itu pasti benar.Meskipun Cintia tidak begitu dekat dengan Doni, apabila dilihat dari sifatnya, dia bukan orang yang suka berbohong.Apakah ini dapat disimpulkan, di antara Doni dan Lily terjadi kesalahpahaman?Lalu, apalagi yang telah terjadi dengan Lily dan Jimmy?Jimmy sekarang masih belum sadarkan diri dan Lily sekarang juga menghilang entah ke mana ...."Cintia."Dari belakang terdengar suara Laura yang sedang memanggil Cintia.Cintia kembali tersadar, soal masalah Lily, Cintia sama sekali tidak punya petunjuk sedikit pun."Apa belakangan ini Lily menghubungimu?" tanya Cintia pada Laura.Laura terdi
"Sidang akan segera dimulai. Ayo, masuk.""Kenapa kamu juga datang ke sini?" tanya Cintia dengan santai.Seharusnya di antara Laura dan Samuel tidak ada hubungan pertemanan yang mendalam."Aku datang untuk mempelajari kasus."Cintia kemudian tersadar, Cintia lupa Laura juga seorang pengacara.Cintia hampir lupa, sewaktu persidangannya hari itu Laura begitu hebat dan sangat berani.Cintia dan Laura pun masuk ke dalam ruang sidang. Setelah masuk ke dalam, mereka langsung diam.Mereka sudah terbiasa, kalau berada di tempat umum tidak suka banyak omong.Cintia dan Laura duduk dekat Doni, Steven berbalik dan melirik ke arah Laura, tetapi pada akhirnya Steven tidak mengatakan apa pun.Laura sedikit pun tidak melihat ke arah Steven dan Doni. Dia, hanya fokus pada persidangan yang sudah akan dimulai, meski sekarang hanya sedang persiapan dalam persidangan saja.Tak lama kemudian, orang satu per satu masuk ke dalam ruang sidang.Mata Cintia sedikit bergerak ketika melihat Samuel masuk ke dalam
Laura juga dapat merasakan perubahan emosional pada diri Cintia saat ini."Jangan panik," ucap Laura. "Jaksa penuntut umum hanya menerangkan pernyataan dari kasus ini saja, biasanya tidak akan memengaruhi keputusan dari keseluruhan kasus. Di antara jaksa penuntut umum dan pengacara pengugat masih ada perbedaannya.""Pengacara penggugat tugasnya memperjuangkan keuntungan yang terbaik untuk klien, sedangkan jaksa penuntut umum biasanya hanya melihat fakta," lanjut Laura.Akan tetapi, bagaimana kalau jaksa penuntut umum tidak mau melihat fakta yang ada?"Kita lihat saja dulu," bisik laura di telinga Cintia sambil mengingatkan, "Kalau memang terlihat jelas Willy sengaja mempersulit, kita cari cara agar bisa mengganti pengacara. Lagi pula orang yang mengikuti kasus ini sangat banyak, keadaan seperti ini sangat mudah menciptakan banyak opini dari masyarakat."Cintia menganggukkan kepala. Yang bisa dia dilakukan sekarang hanya melihat dan mengamati apa yang akan terjadi nanti.Tanpa sadar Cin
"Diizinkan," kata Hakim ketua."Nurdin, apa hubungan kamu dengan terdakwa Samuel?""Aku bekerja di Purnomo Grup pasar internasional, menjabat sebagai Manajer Departemen Penjualan di pasar internasional dan juga merupakan bawahan dari Pak Samuel.""Bagaimana dengan Brady?""Aku menjabat sebagai Manajer Departemen Relasi di pasar internasional dan juga merupakan bawahan dari Pak Samuel.""Selama memangku jabatan kalian, apakah Samuel pernah memaksa kalian bertindak melawan hukum untuk mendapatkan keuntungan ilegal, seperti melakukan penipuan sekuritas dan membantu kelompok ilegal dalam kasus pencucian uang?" tanya Willy."Keberatan!" Pengacara terdakwa, Yamin sontak berdiri dan kelihatan gelisah. "Aku keberatan dengan perkataan jaksa penuntut umum yang bersifat seakan membujuk dan sengaja mengarahkan tersangka ke arah yang tidak benar.""Keberatan diterima, jaksa penuntut umum tolong perhatikan pemakaian kata," tegur hakim ketua dengan serius. "Baik," jawab Willy dengan sopan.Dalam per
Rekaman itu diputar di depan semua orang.Pertama terdengar suara berat seorang pria paruh baya yang mengatakan, "Aku pasti akan celaka apabila ketahuan menggunakan nama baik Direktur Samuel untuk melakukan penipuan sekuritas.""Tenanglah, dia tak akan tahu," jawab pria satunya lagi. Suara ini jelas kelihatan masih muda dan mapan."Aku sungguh tidak berani.""Apakah kamu tidak butuh uang lagi?" Pria diseberang sana mengancam."Gaji yang kita dapatkan juga tidak rendah, aku tidak seambisius itu." Pria paruh baya itu menolak."Oh, ya? Bagaimana dengan ini?" Sepertinya pria itu mengeluarkan sesuatu, tak lama kemudian terdengar suara erangan. Tidak sulit untuk menebak suara apa itu.Suara pria paruh baya terdengar sangat panik dan berkata, "Kenapa kamu bisa punya ini?""Apabila berita kamu dan seorang wanita melakukan hal yang tidak senonoh muncul dan tersebar dikhalayak ramai, apakah kamu masih bisa bekerja di perusahan Purnomo Grup?" Aku dengar ibumu di luar negeri terkena penyakit kanke
Atmosfer dalam ruang persidangan kembali menegang.Cintia mengepalkan tangannya erat-erat.Cintia sudah menduga, Willy pasti bukan datang hanya sebagai jaksa penuntut umum sesederharna itu saja.Willy bahkan datang ke persidangan ini tanpa menghiraukan persepsi orang sekitar, ini pasti karena dia dan Keluarga Tambunan telah bekerja sama."Jangan panik," kata Laura melihat kepanikan Cintia saat ini. Laura membisikan ke telinga Cintia, "Bukti yang diberikan pihak Samuel saat ini memang tidak mendukung dan tidak bisa membuktikan bahwasannya Samuel tidak terlibat. Willy juga hanya mengatakan sesuai dengan apa dia lihat saja, termasuk bantahannya tadi. Kalau aku jadi dia, aku juga akan meragukan bukti itu juga. Dari sini aku dapat melihat dia tidak menunjukkan pilih kasih."Cintia menggigit bibirnya."Lagi pula, misalkan Samuel memang tidak bersalah, akan lebih bagus apabila semuanya dibuktikan langsung di pengadilan, agar dikemudian hari tidak menimbulkan masalah yang tidak diinginkan," la
Setelah hakim ketua bersuara, atmosfer di dalam ruang sidang menjadi hening.Lagian, dalam ruang sidang ini yang berkuasa adalah hakim ketua.Kalau hakim ketua mengatakan tidak menerima bukti itu, maka bukti itu tidak bisa dipakai dalam sidang ini.Saat ini, semua orang tahu bukti yang diajukan pengacara terdakwa kali ini merupakan bukti penting dalam perkara yang berjalan sekarang.Orang yang ada dalam persidangan merasa terhenti di saat yang paling seru, sulit bagi mereka untuk menerima kenyataan. Ada yang mengatakan, "Asalkan bukti yang diberikan cukup membantu dalam persidangan, kenapa tidak boleh? Apakah hakim dan hakim ketua meragukan kemampuannya sendiri dalam menilai suatu kebenaran?""Harap tenang!" Raut wajah hakim ketua langsung berubah menjadi muram. "Dalam persidangan, hadirin tidak diizinkan untuk berbicara."Setelah kata diucapkan, juru sita langsung 'mempersilakan' orang yang berbicara tadi untuk keluar dari ruang sidang.Orang lain yang melihat kejadian ini pun langsu
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug