Setelah hakim ketua bersuara, atmosfer di dalam ruang sidang menjadi hening.Lagian, dalam ruang sidang ini yang berkuasa adalah hakim ketua.Kalau hakim ketua mengatakan tidak menerima bukti itu, maka bukti itu tidak bisa dipakai dalam sidang ini.Saat ini, semua orang tahu bukti yang diajukan pengacara terdakwa kali ini merupakan bukti penting dalam perkara yang berjalan sekarang.Orang yang ada dalam persidangan merasa terhenti di saat yang paling seru, sulit bagi mereka untuk menerima kenyataan. Ada yang mengatakan, "Asalkan bukti yang diberikan cukup membantu dalam persidangan, kenapa tidak boleh? Apakah hakim dan hakim ketua meragukan kemampuannya sendiri dalam menilai suatu kebenaran?""Harap tenang!" Raut wajah hakim ketua langsung berubah menjadi muram. "Dalam persidangan, hadirin tidak diizinkan untuk berbicara."Setelah kata diucapkan, juru sita langsung 'mempersilakan' orang yang berbicara tadi untuk keluar dari ruang sidang.Orang lain yang melihat kejadian ini pun langsu
Semua orang melihat berkas itu dengan serius.Hadirin yang ada di sebelah juga sedang menahan napas, wajah mereka terlihat sangat gelisah.Jantung Cintia pun serasa hampir lompat ke atas tenggorokannya.Cintia benar-benar tidak menduga pembalikan fakta seperti ini.Cintia hanya tahu Samuel tidak bersalah, tetapi dia tidak tahu kesalahan ini ternyata dilakukan oleh Keluarga Tambunan.Cintia mendadak teringat saat dia bertemu dengan Samuel waktu itu, Samuel mengangkat sudut bibirnya ke atas lalu dia dengan yakin mengatakan Keluarga Tambunan belum mempunyai kemampuan untuk membalasnya, ternyata alasannya adalah ini.Selama ini, Samuel mendekati Keluarga Tambunan sampai begitu lama, apakah karena dia sedang mencari bukti kesalahan yang Keluarga Tambunan lakukan?Sedangkan Cintia terus saja salah paham pada Samuel.Cintia melirik Willy, saat ini Cintia tidak bisa memikirkan yang lain lagi.Yang Cintia khawatirkan saat ini adalah, begitu Willy melihat bukti kuat yang melibatkan Keluarga Tamb
Cintia menyantap bubur itu dalam keheningan.Dia makan tanpa peduli dengan rasanya.Doni langsung membantu Samuel membungkus luka di tangannya. Melihat bengkak merah yang mengerikan di tangan temannya, mata Doni penuh dengan rasa sakit hati, tetapi tidak tahu bagaimana memberikan dukungan.Mengingat Erikson, budak kecil itu, jangankan mereka yang menjadi orang tua kandung anak itu, Doni bahkan tidak berani membayangkan jika terjadi sesuatu pada Erikson ....Tidak berani memikirkannya.Tidak boleh membiarkan dirinya terus memikirkannya.Erikson adalah anak yang beruntung dan bernasib baik, tidak mungkin terjadi sesuatu yang buruk pada hidup anak itu.Setelah selesai mengobati Samuel, Doni mengajak Samuel dan berkata, "Ayo merokok."Samuel menggelengkan kepala."Kamu terus khawatir seperti ini juga bukan solusi. Istirahatlah sebentar, merokok tidak akan memakan waktu lama," jelas Doni, dia ingin menghibur temannya.Benar-benar tidak tahan melihat Samuel yang terus menyiksa diri.Dengan k
Dengan mata penuh ketakutan, Cintia berteriak keras, "Erik!""Cintia." Samuel segera merangkul dan menenangkannya. "Cintia, aku Samuel, kamu sedang bermimpi," ujar Samuel."Tidak ... Erik ...." Cintia mulai menangis. Air matanya terus mengalir.Cintia bermimpi Erikson didorong oleh Yulia dan jatuh dari tebing.Cintia ingin melindungi anaknya, tetapi larinya tidak cukup cepat. Dia hanya bisa menatap tubuh kecil Erikson terjatuh dengan matanya sendiri, diiringi oleh tawa liar Yulia."Cintia, bangunlah." Samuel memegang pipi Cintia yang penuh air mata, melihat ketakutan wanita itu yang tidak kunjung hilang dan mata yang tidak fokus.Mendengar suara Samuel, mata Cintia tampaknya bergerak sedikit."Samuel, tadi aku melihat Erik, dia terjatuh karena didorong Yulia ....""Tidak mungkin! Aku tidak akan membiarkan Erik dalam bahaya, aku akan menyelamatkannya," ujar Samuel, dia berusaha menenangkan Cintia."Tapi ...." Akhirnya, mata Cintia berfokus pada Samuel. Dia menatap Samuel yang berada di
"Samuel, ini sama sekali bukan gayamu. Kenapa kamu menjadi begitu mudah kehilangan kendali?" sindir Yulia. "Aku pikir kamu hanya memiliki satu ekspresi dan sikap terhadapku, ternyata kamu juga bisa terbawa emosi karena aku.""Apa yang sebenarnya kamu inginkan?" tanya Samuel sambil menggertakkan giginya."Aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya aku inginkan. Bagi seseorang yang sudah kehilangan segalanya, menurutmu apa yang aku inginkan?" Yulia melontarkan pertanyaan kembali pada Samuel, kemudian berkata dengan nada yang penuh dengan ironi, "Apakah aku seharusnya bersyukur, ketika kamu bersiap-siap untuk merusak keluarga kita, aku lebih dulu membuat rencana dan datang ke Kota Bandung? Kalau tidak, mungkin sekarang aku sudah seperti saudaraku, langsung dikurung di penjara, 'kan? Toh, dalam bukti-bukti yang kamu kumpulkan, tidak ada satu pun yang menyudutkanku.""Ya, semua yang terjadi ini gara-gara aku. Aku juga sudah menjatuhkan keluargamu. Balas dendam padaku saja. Katakan padaku sekar
Doni melihat mata Samuel yang memerah, penuh dengan urat darah.Karena baru saja keluar dari penjara, kondisi fisik Samuel memang masih belum pulih. Sekarang setelah dua hari begadang, tubuh dan pikiran Samuel pasti sangat lelah. Jika terus seperti ini, Doni benar-benar khawatir Samuel akan mati mendadak."Pergilah tidur sebentar. Memaksakan diri seperti ini juga tidak ada gunanya. Lebih baik istirahat sejenak, mungkin nanti bisa menemukan petunjuk dengan pikiran yang lebih segar." Doni memberi nasihat.Samuel menggelengkan kepala. Matanya menatap Cintia.Melihat sosok yang lemah dan ringkih duduk di depan komputer, sama sekali tidak bergerak, hanya terkadang menulis sedikit di atas kertas.Setelah menerima telepon dari Yulia, yang isi percakapannya penuh dengan ancaman, Cintia tiba-tiba menjadi tenang.Biasanya, sesoerang mungkin sudah menjadi gila di saat seperti ini.Namun, Cintia membiarkan dirinya tetap fokus.Selama 12 jam penuh, Cintia terus memantau, mencatat dengan serius, kem
"Sebenarnya, kita bisa mengabaikan sejumlah titik buta video dan mencari tempat-tempat yang mungkin dikunjungi oleh Yulia. Kita sudah menghabiskan terlalu banyak waktu pada rekaman video ini. Maksudku, jika dia tidak berani bertindak terlalu mencolok, itu berarti dia tidak hanya memiliki waktu yang sedikit, tetapi juga memiliki kekuasaan yang terbatas. Ini juga berarti dia tidak berhasil mendapat peta wilayah titik buta lalu lintas di Kota Bandung.""Jika tidak berhasil mendapatkannya, dia pasti tidak dapat memastikan kalau dia bisa menghindari wilayah buta secara wajar," ujar Cintia, lalu dia menunjuk pada gambar yang telah dia buat dan melanjutkan. "Ini adalah rute dari sekolah Erik ke tempat terakhir mobil Yulia berhenti, aku sudah menandai semua titik buta sepanjang jalan. Dilihat dari sini, tidak banyak wilayah buta. Aku sangat yakin, dengan kecerdasan dan kelicikan Yulia, dia tidak akan mengambil risiko begitu saja."Cintia menguatkan pendapatnya."Kalau itu aku, aku juga tidak a
Apa yang akan terjadi pada akhirnya?Dalam keadaan yang tidak bisa ditebak, sebaiknya menyiapkan kondisi tubuh yang sebaik mungkin.Samuel menatap mata Cintia dan menganggukkan kepala.Doni segera meminta restorannya untuk mengirimkan hidangan terbaik secepat mungkin.Hidangan itu sangat melimpah untuk meja makan Cintia yang sebenarnya tidak terlalu besar, hingga harus ditumpukkan.Cintia bercanda, "Doni, apakah kamu takut ini akan menjadi makanan terakhirku dan Samuel?"Begitu ucapan itu dilontarkan, Cintia melihat mata Doni yang memerah. Lalu, teman mereka ini berkata, "Jangan bicara omong kosong seperti itu, kalian berdua akan hidup sampai seribu tahun."Cintia tersenyum samar.Sambil tersenyum, air mata pun mulai mengalir.Samuel memberikan Cintia selembar tisu.Tidak ada yang bisa menjamin apakah perjalanan ini akan berakhir baik atau buruk."Ayo makan. Dalam dua hari ini, kalian hanya makan sedikit bubur. Makanan adalah segalanya," kata Steven sambil meredakan suasana.Semua oran
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug