Cintia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.Dia selalu berpikir, dalam keadaan apa pun dia akan mencintai Erikson. Tidak peduli kesalahan yang dia perbuat, Cintia tidak peduli dan akan selalu menyayanginya.Namun, sepertinya Cintia melebih-lebihkan dirinya sendiri.Cintia lalu keluar dari kamar Erikson.Pertama-tama, tarik napas ... hembuskan. Tarik napas dalam-dalam ... hembuskan.Setelah melakukannya beberapa kali, Cintia kembali tenang.Sekarang, Cintia malah benar-benar merasa haus.Sudah semalaman mengajari Erikson, mulutnya dan lidahnya sudah kering.Saat Cintia mengangkat kepalanya, dia melihat Samuel duduk di meja bar yang ada di ruang tamu, dengan laptop di depannya sambil menggunakan kacamata dengan bingkai warna silver.Ini pertama kalinya Cintia melihat Samuel yang menggunakan kacamata.Saat Cintia melihatnya ... Samuel terlihat seperti seorang bajingan.Pandangan Samuel terlihat seperti memandang pekerjaannya, tetapi matanya melihat ke arah Cintia. Mungkin menyadari t
Malam itu, Erikson pada akhirnya tidak bisa menguasai cara membaca dengan lancar.Cintia sudah tidak tega untuk memaksa Erikson lagi dan lantas menyuruh Erikson untuk tidur lebih awal, kemudian Cintia akan kembali untuk mengajarinya kembali besok.Setelah berbaring di tempat tidur, Erikson tidak ingin Cintia pergi. Erikson memasang wajah yang memelas dan Cintia tidak dapat menolaknya. Cintia pun ikut menemaninya tidur.Setelah keduanya tertidur, sifat Erikson yang patuh membuat hati Cintia luluh kembali.Dia tidak bisa menahan dirinya lagi, kemudian menurunkan kepalanya dan mengecup dahi Erikson sesaat.Setiap kali akan berpisah, dia selalu merasa enggan untuk melepas Erikson.Cintia lantas berdiri dan siap untuk pergi."B-a, pa, ba, bo …." Erikson tiba-tiba berbicara dalam tidurnya.Hati Cintia terasa begitu sakit.Dia mulai meragukan dirinya sendiri, apakah dia benar-benar sudah terlalu ekstrem.Cintia hanya tidak ingin Erikson ditertawakan oleh teman dan gurunya di sekolah, tetapi
Cintia turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam lift.Sama sekali tidak berpamitan dengan Samuel.Sudut bibir Samuel tersenyum sedikit.Perempuan itu benar-benar orang yang tidak tahu berterima kasih.Beberapa hari berikutnya.Cintia selalu pergi ke rumah Samuel. Esok harinya, Cintia sengaja makan malam terlebih dahulu sebelum pergi ke rumah Samuel. Namun hasilnya, Erikson masih juga memaksanya untuk makan malam bersama. Saat Cintia menolak Erikson, Erikson akan memasang raut wajah yang sedih dan mengatakan apakah Mami tidak suka makan malam bersama Erikson.Cintia tidak tega melihat tatapan yang memilukan dari Erikson.Beberapa hari berikutnya, Cintia akhirnya memutuskan untuk pergi dan sekalian makan malam saja di sana.Cintia pun mulai terbiasa melakukannya."Mami, guruku bilang kalau Jumat ini ada rapat guru dan orang tua tengah semester ini. Masih ada pertandingan olahraga, Mami bisa datang mengikutinya? Aku sudah mendaftar untuk lari jarak pendek, berenang, dan lompat tinggi,
Cintia terkejut selama beberapa detik.Pada momen berikutnya, Cintia tidak dapat menahan dirinya dan berteriak, "Kenapa kamu tidak bilang dari awal?"Tadi, semakin lama dirinya berbicara, Cintia juga semakin takut.Apa Samuel ini memang suka mengerjainya?"Kamu tidak memberikanku kesempatan untuk berbicara,” ucap Samuel dengan terang-terangan.Cintia semakin dibuatnya geram.Kalau begitu, omongan lebar yang Samuel pamerkan tadi itu cuma omong kosong, 'kah?Cintia juga jarang berdebat dengan Samuel.Setelah menyelesaikan kue itu, Cintia langsung pulang.Seperti biasanya, Samuel masih mengendarai mobil dan menemani dari belakang mobil Cintia untuk mengantarkan Cintia pulang.Dua hari pun berlalu.Cintia masih terus mengajar Erikson cara membaca di kamar Erikson.Cintia merasa seperti mendengar sesuatu di luar, tetapi peredam suaranya terlalu bagus. Cintia hampir berpikir kalau dirinya sedang berhalusinasi. "D - u - o, duo." Cintia mengajar Erikson dengan sabar.Sejak tahu tentang IQ Eri
Suara bunyi pintu yang dibuka pun terdengar.Yulia memutar kepalanya dan melihat Cintia kepada Cintia tanpa sedikit rasa marah pun tidak merasa begitu senang. Yulia memasang wajah yang ramah dan menyapanya, "Nona Cintia, kamu di sini juga. Benar-benar kebetulan, ya."Cintia tidak tahu bagaimana harus menanggapi keramahan Yulia itu.Mengingat latar belakang Keluarga Tambunan, sangat tidak mungkin bagi Yulia untuk tidak tahu hubungan Cintia dengan Samuel. Yulia juga pastinya sudah tahu kalau Erikson adalah anak dari Cintia.Cintia juga tidak tahu apakah Yulia benar-benar menyukai Samuel sehingga tidak keberatan dengan kehadiran Cintia, atau justru yakin kalau tidak ada wanita lain yang bisa merebut Samuel dari Yulia. Bisa mungkin juga, semua ini hanyalah samaran. Semua ini hanyalah sandiwara di hadapan Samuel. Tidak peduli apa alasannya, selama Samuel dan Yulia bertunangan kehadiran Cintia juga tidak akan dianggap ada.Cintia tidak begitu tidak peduli dengan hal ini. Dia juga bisa berpu
Samuel merapatkan bibirnya dengan kuat dan masih tidak ingin menoleh kepada Yulia.Yulia yang masih berada di belakang Samuel lanjut menjelaskan, "Kakek Frans yang memintaku untuk datang. Dia bilang kalau aku sudah lama tidak pernah datang ke Kota Bandung. Dia sangat merindukanku, makanya aku ke sini. Seharusnya aku langsung pergi ke Vila Purnomo, tapi Kakek menyuruhku ke tempatmu. Aku juga tak bisa menolak keramahan dari orang tua itu, jadi aku ke sini. Kalau tahu dari awal, aku sudah pasti akan menelepon dan memberitahumu dulu. Sekarang, semuanya menjadi sangat canggung. Aku benar-benar minta maaf.”Samuel menelan ludahnya.Samuel kemudian berbalik, melihat kepada Yulia dan terlihat betapa menyesalnya Yulia. Samuel tidak marah, geram, ataupun menjadi tenang, dan hanya menjawab, "Aku akan mengantarkanmu ke hotel."Yulia merasa kecewa.Samuel masih tidak ingin membiarkan Yulia tinggal di sini?Saat Samuel berada di luar negeri, tidak peduli seberapa larut Yulia bercengkerama di tempat
Kepala sekolah sudah mulai memberikan presentasi pengajaran kepada anak-anak semester ini.Ketika Cintia tiba, auditorium sudah terisi penuh oleh orang tua dan dia hanya bisa memilih posisi yang agak belakang dan di dekat tembok.Kemudian, dia mendengarkan dengan baik saat guru sekolah berbicara tentang filosofi pengajaran sekolah dan perkembangan anak.Berikutnya adalah upacara penghargaan untuk anak-anak.Cintia melihat Erikson dan sekelompok besar anak kecil berjalan ke panggung.Kepala kecil Erikson sedang melihat-lihat ke sekitar seolah-olah mencari ibunya.Cintia melambai-lambaikan tangannya dan Erikson langsung bisa melihatnya. Wajahnya seketika berubah menjadi penuh bahagia.Yulia, yang duduk di barisan depan, bercanda dengan senyum dan berceletuk, "Aku belum pernah melihat bagaimana Erik tersenyum sebelumnya. Begitu naik panggung tadi, dia terlihat sangat mencolok."Samuel tidak menjawab.Samuel tahu dengan jelas mengapa Erikson tiba-tiba menjadi bersemangat.Setelah upacara p
Di dalam ruang ganti.Erikson baru saja mengganti pakaiannya.Seorang anak laki-laki tiba-tiba bergegas maju dan mendorong Erikson hingga jatuh ke lantai.Erikson melihat laki-laki tadi dengan sinis. Itu adalah juara dua di kompetisi renang, siswa dari kelas sebelah.Di belakang anak tadi, masih ada dua orang anak laki-laki yang gendut dan tinggi. Semua orang memandang ke bawah melihat kepada Erikson. "Hei, bocah! Kamu ternyata berani mencuri juara satu milikku, kamu ini mau cari mati, ya?" Anak kecil itu mengancam Erikson dengan ganas."Lomba itu berdasarkan kemampuan, bukan siapa yang merebut punya siapa," jawab Erikson dengan tegas.Saat itu, Erikson baru saja mau berdiri dari lantai.Anak kecil itu langsung menginjak tangan kecil Erikson dan berteriak keras, "Tuanmu ini belum menyuruhmu bangun, siapa yang menyuruhmu bangun?"Erikson juga ikut marah dengan perilaku yang tidak masuk akal dari anak kecil itu.Dengan sekuat tenaga, Erikson mendorong anak itu menggunakan sebelah tangan
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug