Suara bunyi pintu yang dibuka pun terdengar.Yulia memutar kepalanya dan melihat Cintia kepada Cintia tanpa sedikit rasa marah pun tidak merasa begitu senang. Yulia memasang wajah yang ramah dan menyapanya, "Nona Cintia, kamu di sini juga. Benar-benar kebetulan, ya."Cintia tidak tahu bagaimana harus menanggapi keramahan Yulia itu.Mengingat latar belakang Keluarga Tambunan, sangat tidak mungkin bagi Yulia untuk tidak tahu hubungan Cintia dengan Samuel. Yulia juga pastinya sudah tahu kalau Erikson adalah anak dari Cintia.Cintia juga tidak tahu apakah Yulia benar-benar menyukai Samuel sehingga tidak keberatan dengan kehadiran Cintia, atau justru yakin kalau tidak ada wanita lain yang bisa merebut Samuel dari Yulia. Bisa mungkin juga, semua ini hanyalah samaran. Semua ini hanyalah sandiwara di hadapan Samuel. Tidak peduli apa alasannya, selama Samuel dan Yulia bertunangan kehadiran Cintia juga tidak akan dianggap ada.Cintia tidak begitu tidak peduli dengan hal ini. Dia juga bisa berpu
Samuel merapatkan bibirnya dengan kuat dan masih tidak ingin menoleh kepada Yulia.Yulia yang masih berada di belakang Samuel lanjut menjelaskan, "Kakek Frans yang memintaku untuk datang. Dia bilang kalau aku sudah lama tidak pernah datang ke Kota Bandung. Dia sangat merindukanku, makanya aku ke sini. Seharusnya aku langsung pergi ke Vila Purnomo, tapi Kakek menyuruhku ke tempatmu. Aku juga tak bisa menolak keramahan dari orang tua itu, jadi aku ke sini. Kalau tahu dari awal, aku sudah pasti akan menelepon dan memberitahumu dulu. Sekarang, semuanya menjadi sangat canggung. Aku benar-benar minta maaf.”Samuel menelan ludahnya.Samuel kemudian berbalik, melihat kepada Yulia dan terlihat betapa menyesalnya Yulia. Samuel tidak marah, geram, ataupun menjadi tenang, dan hanya menjawab, "Aku akan mengantarkanmu ke hotel."Yulia merasa kecewa.Samuel masih tidak ingin membiarkan Yulia tinggal di sini?Saat Samuel berada di luar negeri, tidak peduli seberapa larut Yulia bercengkerama di tempat
Kepala sekolah sudah mulai memberikan presentasi pengajaran kepada anak-anak semester ini.Ketika Cintia tiba, auditorium sudah terisi penuh oleh orang tua dan dia hanya bisa memilih posisi yang agak belakang dan di dekat tembok.Kemudian, dia mendengarkan dengan baik saat guru sekolah berbicara tentang filosofi pengajaran sekolah dan perkembangan anak.Berikutnya adalah upacara penghargaan untuk anak-anak.Cintia melihat Erikson dan sekelompok besar anak kecil berjalan ke panggung.Kepala kecil Erikson sedang melihat-lihat ke sekitar seolah-olah mencari ibunya.Cintia melambai-lambaikan tangannya dan Erikson langsung bisa melihatnya. Wajahnya seketika berubah menjadi penuh bahagia.Yulia, yang duduk di barisan depan, bercanda dengan senyum dan berceletuk, "Aku belum pernah melihat bagaimana Erik tersenyum sebelumnya. Begitu naik panggung tadi, dia terlihat sangat mencolok."Samuel tidak menjawab.Samuel tahu dengan jelas mengapa Erikson tiba-tiba menjadi bersemangat.Setelah upacara p
Di dalam ruang ganti.Erikson baru saja mengganti pakaiannya.Seorang anak laki-laki tiba-tiba bergegas maju dan mendorong Erikson hingga jatuh ke lantai.Erikson melihat laki-laki tadi dengan sinis. Itu adalah juara dua di kompetisi renang, siswa dari kelas sebelah.Di belakang anak tadi, masih ada dua orang anak laki-laki yang gendut dan tinggi. Semua orang memandang ke bawah melihat kepada Erikson. "Hei, bocah! Kamu ternyata berani mencuri juara satu milikku, kamu ini mau cari mati, ya?" Anak kecil itu mengancam Erikson dengan ganas."Lomba itu berdasarkan kemampuan, bukan siapa yang merebut punya siapa," jawab Erikson dengan tegas.Saat itu, Erikson baru saja mau berdiri dari lantai.Anak kecil itu langsung menginjak tangan kecil Erikson dan berteriak keras, "Tuanmu ini belum menyuruhmu bangun, siapa yang menyuruhmu bangun?"Erikson juga ikut marah dengan perilaku yang tidak masuk akal dari anak kecil itu.Dengan sekuat tenaga, Erikson mendorong anak itu menggunakan sebelah tangan
Anak-anak kecil itu dibuat terkejut dengan sosok Cintia.Momen berikutnya, anak kecil yang menjadi bos berteriak, "Dia sudah membuatku marah, aku hanya memberinya sedikit pelajaran. Emangnya kenapa?”Bak seorang pemimpin tiran yang kecil, Cintia benar-benar harus menahan emosinya sekuat mungkin.Kalau tidak melihatnya secara langsung, Cintia juga tidak akan tahu kalau anak berusia enam tahun bisa sejahat dan menjadi bajingan seburuk ini. Namun, dia masih memutuskan untuk tetap tenang.Lagi pula, persoalan yang menyangkut anak-anak juga tidak boleh langsung menggunakan kekerasan fisik. Wajib dipahami terlebih dahulu penyebab dan akibatnya juga.Cintia lantas jongkok dan melihat wajah Erikson yang kumal, kemudian bertanya dengan perasaan sakit hati, "Beritahu Mami, apa yang sudah terjadi?"Erikson dengan tenang menceritakan semua yang telah terjadi.Setelah mendengar ini, Cintia menjadi semakin gusar.Matanya itu menjadi sangat berapi-api dan dia berteriak kepada segerombol anak-anak t
Tamparan Cintia tadi langsung mengejutkan semua orang di ruang ganti.Mereka tidak menyangka Cintia akan begitu keras.Wanita yang dipukuli tadi hanya merasa sakit yang begitu membakar di wajahnya dan tidak bereaksi untuk waktu yang lama.Dia hanya bisa mendengar Cintia yang berkata dengan cuek, "Dosa anak ditanggung orang tuanya. Karena kamu tidak mau mengajari anakmu dengan baik-baik, maka biar kamu saja yang menanggung tamparan untuk putramu!""Cintia!" teriak wanita itu.Wanita itu sama sekali tidak percaya akan ditampar secara tiba-tiba oleh Cintia di hadapan begitu banyak orang.Ada rumor yang beredar kalau Cintia tidak tahu malu.Cintia menarik Erikson dan langsung pergi.Cintia tidak ingin sia-sia berbicara dengan mereka lagi.Baru saja ingin berbalik, jalan keluar Cintia dihadang oleh seorang pria.Pria itu adalah suami sang wanita tadi, wajahnya sangat kasar dan penuh akan rasa kegeraman. Awalnya dia sempat berpikiran kalau itu lumayan Cintia cantik dan dia tidak ingin berde
Cintia langsung menarik jauh Erikson.Tidak ada yang diizinkan menyentuh Erikson sama sekali.Pria itu tertawa dengan sinis dan berkata kepada Erikson, "Ibumu benar-benar tahu cara menipumu. Tuan Samuel dari keluarga paling kaya dan paling kuat di Kota Bandung, dia itu ayahmu? Kamu tidak tahu barang murahan seperti apa dirimu itu? Ibumu itu entah sudah menjadi wanita murahan seperti apa. Mimpi seperti apa yang kamu dapatkan sampai-sampai berpikiran Tuan Samuel bisa tertarik pada ibumu dan bahkan memiliki anak sepertimu?""Samuel itu ayahku ....""Cukup, tidak perlu bicara omong kosong lagi." Sang wanita tampaknya kehilangan kesabaran, "Anakku akan mengikuti pertandingan berikutnya, untuk apa kita menghabiskan begitu banyak waktu dengan mereka?"Pria itu tidak ingin menunda kompetisi putranya dan mengancam Cintia lagi, "Aku akan memberimu kesempatan terakhir berlutut atau tidak?""Tidak akan berlutut!""Kamu itu benar-benar susah mendengarkan nasihat, ya?” Raut wajah pria itu semakin me
Ketika Yulia dan Samuel masuk ke ruang ganti, mereka melihat pria itu hendak memukul Cintia. Yulia yang mengikuti Samuel dari belakang juga bisa merasakan kemarahan Samuel.Saat ini, sepertinya kemarahan Samuel sudah mencapai puncak.Yulia melihat Samuel berjalan menghampiri pria itu dengan mantap.Saking terkejutnya, wajah pria itu sampai pucat pasi.Sementara itu, wanita di samping pria yang masih tampak tidak takut itu buru-buru meneriaki Samuel, "Kamu cowok liarnya Cintia, bukan? Gaya berpakaianmu terlihat bagus. Kenapa kamu harus repot-repot demi Cintia, si cewek jalang ini ….""Plak!" Samuel langsung menampar wanita itu.Tamparan itu terdengar keras dan langsung membuat wanita itu terjatuh ke lantai.Semua orang terkejut melihat tindakan Samuel.Aura permusuhan yang terpancar dari tubuh Samuel membuat semua orang bergidik dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun.Ketika anak laki-laki itu melihat ibunya ditampar, dia langsung mengancam Samuel dengan kejam, "Beraninya kamu mem
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug