Tamparan Cintia tadi langsung mengejutkan semua orang di ruang ganti.Mereka tidak menyangka Cintia akan begitu keras.Wanita yang dipukuli tadi hanya merasa sakit yang begitu membakar di wajahnya dan tidak bereaksi untuk waktu yang lama.Dia hanya bisa mendengar Cintia yang berkata dengan cuek, "Dosa anak ditanggung orang tuanya. Karena kamu tidak mau mengajari anakmu dengan baik-baik, maka biar kamu saja yang menanggung tamparan untuk putramu!""Cintia!" teriak wanita itu.Wanita itu sama sekali tidak percaya akan ditampar secara tiba-tiba oleh Cintia di hadapan begitu banyak orang.Ada rumor yang beredar kalau Cintia tidak tahu malu.Cintia menarik Erikson dan langsung pergi.Cintia tidak ingin sia-sia berbicara dengan mereka lagi.Baru saja ingin berbalik, jalan keluar Cintia dihadang oleh seorang pria.Pria itu adalah suami sang wanita tadi, wajahnya sangat kasar dan penuh akan rasa kegeraman. Awalnya dia sempat berpikiran kalau itu lumayan Cintia cantik dan dia tidak ingin berde
Cintia langsung menarik jauh Erikson.Tidak ada yang diizinkan menyentuh Erikson sama sekali.Pria itu tertawa dengan sinis dan berkata kepada Erikson, "Ibumu benar-benar tahu cara menipumu. Tuan Samuel dari keluarga paling kaya dan paling kuat di Kota Bandung, dia itu ayahmu? Kamu tidak tahu barang murahan seperti apa dirimu itu? Ibumu itu entah sudah menjadi wanita murahan seperti apa. Mimpi seperti apa yang kamu dapatkan sampai-sampai berpikiran Tuan Samuel bisa tertarik pada ibumu dan bahkan memiliki anak sepertimu?""Samuel itu ayahku ....""Cukup, tidak perlu bicara omong kosong lagi." Sang wanita tampaknya kehilangan kesabaran, "Anakku akan mengikuti pertandingan berikutnya, untuk apa kita menghabiskan begitu banyak waktu dengan mereka?"Pria itu tidak ingin menunda kompetisi putranya dan mengancam Cintia lagi, "Aku akan memberimu kesempatan terakhir berlutut atau tidak?""Tidak akan berlutut!""Kamu itu benar-benar susah mendengarkan nasihat, ya?” Raut wajah pria itu semakin me
Ketika Yulia dan Samuel masuk ke ruang ganti, mereka melihat pria itu hendak memukul Cintia. Yulia yang mengikuti Samuel dari belakang juga bisa merasakan kemarahan Samuel.Saat ini, sepertinya kemarahan Samuel sudah mencapai puncak.Yulia melihat Samuel berjalan menghampiri pria itu dengan mantap.Saking terkejutnya, wajah pria itu sampai pucat pasi.Sementara itu, wanita di samping pria yang masih tampak tidak takut itu buru-buru meneriaki Samuel, "Kamu cowok liarnya Cintia, bukan? Gaya berpakaianmu terlihat bagus. Kenapa kamu harus repot-repot demi Cintia, si cewek jalang ini ….""Plak!" Samuel langsung menampar wanita itu.Tamparan itu terdengar keras dan langsung membuat wanita itu terjatuh ke lantai.Semua orang terkejut melihat tindakan Samuel.Aura permusuhan yang terpancar dari tubuh Samuel membuat semua orang bergidik dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun.Ketika anak laki-laki itu melihat ibunya ditampar, dia langsung mengancam Samuel dengan kejam, "Beraninya kamu mem
Cintia dimarahi pria dan wanita itu demi melindungi Erikson dan hampir dipukuli, sehingga membuat Erikson tidak bisa meredam amarahnya.Erikson mengambil tempat sampah dari kepala anak laki-laki itu, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Minta maaf padaku dan minta maaf pada ibuku!"Samuel pun menyunggingkan seulas senyum.Erikson selalu diam dan rendah hati, dia tidak pandai berekspresi. Selain di depan Cintia, dia juga tidak akan bertingkah manja di depan Samuel.Pada saat ini, Erikson bisa menuntut anak laki-laki itu dengan sikap yang mendominasi seperti ini, benar-benar patut diacungi jempol.Anak laki-laki itu menangis dan tidak mau meminta maaf.Pria itu menarik anak laki-laki itu, lalu menamparnya.Anak laki-laki itu ditampar hingga menangis histeris."Cepat minta maaf!" teriak pria itu.Anak laki-laki itu ketakutan. Dari kecil sampai sebesar ini, dia memang selalu membangkang. Namun, dia tidak pernah dipukul ayahnya. Sekarang, dia hanya bisa meminta maaf dengan patuh, "Maafkan
Cintia menatap pria dan wanita di depannya dengan acuh tak acuh.Dia meraih tangan Erikson sambil berkata kepada Samuel, "Aku mau pergi membersihkan Erikson dulu. Nanti masih ada perlombaan. Sekarang … kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau."Samuel mengangguk.Tadi, seharusnya Samuel tidak boleh khawatir Cintia akan menjadi luluh.Samuel tidak akan menyakiti siapa pun, tetapi dia juga tidak akan membiarkan dirinya menderita.Dia memang gagah dan mendominasi.Cintia pun membawa Erikson pergi.Samuel menoleh ke belakang dengan tatapan dingin.Dia tidak seperti Cintia yang hanya cukup membalas dengan cara yang sama saja, tetapi dia ingin melakukan sesuatu yang lebih buruk.Bukannya mereka mau membuat Samuel kehilangan segalanya?Samuel akan membuat mereka benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kehilangan segalanya....Cintia perlahan-lahan menyeka noda di wajah Erikson sambil bertanya dengan prihatin, "Erik, apakah kamu sedih karena ditindas orang lain?""Aku tidak sedih. Ibu
Cintia tersenyum sambil memberi gerakan bersorak.Yang menunjukkan bahwa dia tidak peduli.Cintia juga tidak peduli dengan formalitas.Sang guru sudah siap mengatur barisan dan ketika hendak mengelompokkan mereka, sang guru baru menyadari ada satu anak yang tidak didampingi orang tuanya.Di sekolah elit semacam ini umumnya tidak memperbolehkan kegiatan sekolah tanpa kehadiran orang tua.Saat berada dalam situasi sulit itu, Erikson tiba-tiba bertanya kepada gurunya, "Apakah ibuku boleh ikut serta?""Bukankah ibumu ada di sini?""Itu Ibu!" kata Erikson sambil menunjuk ke arah Cintia.Sang guru mengira itu hanyalah omongan anak-anak saja. Dia tidak banyak berpikir dan dengan cepat berkata, "Tentu saja boleh."Kemudian, dia pun mengajak Cintia.Melihat Erikson tidak begitu aktif, Cintia pun setuju dan untuk sementara berperan menjadi ibu dari gadis kecil itu.Perlombaan akan segera dimulai.Cintia dan Erikson tidak berada dalam satu kelompok, tetapi mereka sangat dekat satu sama lain."Bu,
Yulia terlihat sangat kesakitan.Samuel membungkuk, lalu berjongkok dan berkata, "Aku akan menggendongmu."Yulia merasa tidak enak hati.Samuel memiliki kebiasaan berolahraga, jadi tidak mungkin dia tidak bisa menggendongnya secara horizontal. Namun, dia memilih untuk menggendong Yulia di punggungnya ….Yulia juga tidak bisa menolak. Dia dengan terpaksa berbaring di punggung Samuel yang lebar.Samuel bahkan tidak mengulurkan tangan untuk memegang pahanya, dia hanya membiarkan Yulia memeluk lehernya. Kemudian, Samuel berjalan beberapa langkah dan menempatkan Yulia di kursi penonton di sebelahnya sambil berkata, "Aku akan mengirim helikopter untuk membawamu ke rumah sakit."Yulia berkata, "Tidak perlu. Bukankah ini terlalu berlebihan? Lagi pula, lukaku tidak begitu parah, kok.""Aku merasa lebih tenang kalau membawamu ke rumah sakit," kata Samuel dengan tegas.Yulia tidak mengatakan apa-apa lagi.Pada saat ini, Yulia tidak tahu apakah Samuel sedang mengkhawatirkannya atau tidak. Dia sela
Setelah mereka berdua makan malam, seperti biasa, Cintia memandikan Erik, lalu mengambilkan buku dongeng dan menyuruh Erik membacanya sendiri di tempat tidur. Setelah itu, Cintia pergi ke kamar mandi. Setelah melepas pakaiannya, dia melihat ke cermin dan melihat ada tanda memar besar di pinggangnya, yang akan terasa sakit ketika digerakkan. Dia menahannya sambil mandi. Selesai mandi, dia mengenakan piamanya, lalu pergi mengambil kotak obat untuk mencari salep memar.Ada cermin setinggi langit-langit di ruang tamu. Dia mengangkat pakaiannya hingga menampakkan seluruh pinggangnya. Dia bahkan sengaja menarik celananya ke bawah agar bisa mengoleskan salep itu dengan baik.Ketika dia hendak mengoleskan salep itu, dia tiba-tiba tertegun.Melalui cermin, Cintia melihat Samuel tiba-tiba datang dari arah jendela ruang tamu. Sepertinya Samuel sudah lama berada di sana, tetapi Cintia tidak menyadarinya.Cintia segera menurunkan bajunya dan memakai celananya."Kenapa kamu ada di sini?" kata Cintia
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug