Setelah dokter selesai berbicara, tidak ada respons dari lawan bicaranya.Dokter bertanya lagi dengan hati-hati, "Tuan Samuel?""Jadi, itu berarti satu-satunya solusi adalah dengan cara manual?" tanya Samuel dengan suara tertekan, jelas gemetar."Ya," jawab dokter dengan pasti."Baiklah, aku mengerti."Lalu, Samuel memutuskan sambungan telepon.Pada saat ini, dia hampir gila.Samuel terus-menerus menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba menjaga dirinya tetap rasional dan fokus pada mengemudi.Akhirnya, mereka sampai di garasi bawah tanah Berlin Mansion.Samuel melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Saat keluar, Cintia jelas menunjukkan ketidakpuasan.Setelah keluar dari mobil, Samuel memberi dirinya beberapa detik untuk menenangkan diri sebelum membuka pintu penumpang dan mengangkat Cintia dari mobil.Kemudian, dia cepat-cepat masuk lift dan menekan tombol lantai.Cintia di dalam pelukan Samuel semakin gelisah.Tangan kecil Cintia sudah membuka kancing kemeja putih Samuel, menu
Tidak ada yang melintasi dimensi.Keberuntungan seperti itu hanya akan terjadi pada mereka yang dipilih oleh takdir, bagaimana mungkin hal itu terjadi padanya?Untungnya, tidak pernah berpihak padanya.Dia sedikit menggerakkan tubuhnya.Orang di sebelahnya masih belum bangun.Sama seperti dulu, tidur begitu pulas.Akhirnya, dia tak tahan lagi, mengangkat selimut orang tersebut, berdiri untuk melihat siapa lelaki yang tertidur lelap dengan wajah tertutup di bantal itu.Waktu itu dia masih kecil, hanya bisa melarikan diri.Sekarang, sudah tidak ada yang tidak bisa dia terima.Sebenarnya, dia mulai mengingat apa yang terjadi semalam.Dia dibawa oleh Rein ke rumah tempat dia dan Starvy berselingkuh, kemudian minum obat pemikat, tubuhnya bereaksi. Dalam keputusasaan, seolah-olah mendengar suara dentuman, kemudian merasakan tekanan di tubuhnya menghilang. Dalam kebingungan, dia mendengar suara pukulan dan tendangan yang kuat, tetapi pada saat itu, tubuhnya terlalu tidak nyaman, dia sama seka
Setelah tidur pulas, suasana begitu gelap sehingga Samuel sama sekali tidak tahu kapan Cintia melarikan diri.Sebenarnya, malam sebelumnya juga hampir sama. Setelah Cintia tertidur, Samuel harus membersihkan tubuhnya, membuat dirinya juga basah kuyup dan takut Cintia akan masuk angin. Setelah membersihkan Cintia, dirinya juga harus mandi dan setelah mandi, dia tiba-tiba sadar lagi tanpa alasan, sulit tidur sejenak, pikirannya penuh dengan bagaimana dia akan menjelaskan tentang hari ini, hingga akhirnya dia tertidur lagi setelah fajar.Namun, Samuel terus mengingatkan dirinya sendiri kalau dirinya tidak boleh tidur terlalu pulas seperti yang terjadi terakhir kali.Dia tidak boleh membiarkan Cintia melarikan diri darinya lagi. Dia harus menjelaskan semuanya dengan jelas.Beruntungnya ….Akhirnya Samuel bangun di saat Cintia hendak pergi.Meskipun akhirnya ditolak Cintia."Aku ...." Samuel membuka mulut untuk memberikan penjelasan.Cintia menepis tangan Samuel dan juga memotong kata-katan
Siapa yang tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam?Samuel digoda oleh dirinya, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak hanya itu, pria itu juga tidak bisa pergi, dia harus terus menemani Cintia sampai efek obatnya mereda karena dia takut kalau Cintia akan menyakiti diri, sambil khawatir Samuel sendiri akan diserang. Pria itu harus melindungi tubuhnya sendiri, sensasi yang tidak dapat dimengerti oleh orang yang tidak pernah merasakannya.Akhirnya, setelah melewati semuanya, dia bangun dan menghadapi tuduhan yang salah dari gadis itu.Bahkan seorang yang dianggap suci pun bisa marah.Cintia terpaku pada kata-kata Samuel.Dirinya agak tidak percaya dengan yang dikatakan pria itu.Tubuhnya terasa sakit, sensasinya sama seperti sebelumnya.Bagaimana mungkin Cintia percaya Samuel tidak menyentuhnya?Ditambah lagi, bekas-bekas di tubuh Samuel ... semuanya terlihat seperti mereka telah tidur bersama."Jika tidak percaya, kamu bisa periksa ke rumah sakit. Kamu tidak ada kondom dan kamu beg
Cintia tidak marah sama sekali.Melihat bencana yang menimpa Samuel, Cintia juga tahu seberapa kehilangan kendali dirinya semalam ....Wajahnya langsung memanas.Telinganya juga memerah."Tunggu sebentar, aku akan pergi membeli pakaian untukmu, anggap saja ucapan terima kasih dariku untuk semalam," ujar Cintia dengan pelan sambil bangkit dari tempat tidur.Bagaimanapun, pria itu sudah begitu menderita semalam.Hanya satu set baju saja sudah dianggap impas?Tidak apa-apa.Harusnya pria itu bersyukur Cintia tidak membencinya, ditambah mendapatkan satu set baju, Samuel benar-benar untung besar.Cintia berjalan ke lemari untuk mengganti pakaian.Ketika pintu kamar terbuka.Lily hampir saja terjatuh.Cintia terkejut melihat Lily. Lily segera membungkus dirinya dengan selimut."Lily?" tanya Cintia sambil menahan wanita yang hampir jatuh itu.Lily berusaha menstabilkan dirinya dan segera menjelaskan, "Aku tidak sedang menguping, aku hanya khawatir kalian tidur terlalu lama dan ingin membangu
"Hanya orang yang berkuasa yang bisa melakukan hal seperti itu. Mana bisa rakyat biasa melakukannya?" gerutu Lily.Kepercayaan diri Lily menurun di bawah aura dominasi Samuel.Padahal, Samuel sudah menjadi seorang ayah di umurnya yang ke-21!"Keluar," ucap Samuel dengan nada memerintah. Dia tidak ingin melanjutkan obrolannya dengan Lily.Lily merasa enggan, tetapi dia tetap patuh. Dia lalu berdiri dan beranjak pergi. Namun, tak berapa lama Lily kembali berkata, "Kak, apa Kakak tidak takut mati karena menyelimuti diri dengan erat seperti itu?"Samuel mengacuhkan Lily.Dia bahkan menyelimuti dirinya dengan makin erat.Lily baru mengingat kalau Cintia sedang pergi membelikan baju untuk Samuel.Apa Samuel tidak mengenakan baju sama sekali?Se-intens apa mereka tadi malam?Selain Cintia, Samuel tidak mengizinkan siapa pun melihatnya bertelanjang dada? Bahkan adik kandungnya sendiri pun tidak boleh?Semua lelaki di luaran sana harus belajar dari Samuel!Lily lalu keluar dari kamar dan menutu
"Akhirnya aku bisa makan juga," ucap Lily sambil mendekati lalu menyapa mereka berdua.Cintia merasa sedikit bersalah. Dia tahu kalau Lily sedang menunggu mereka."Kak Samuel tidak makan?" tanya Lily saat melihat Samuel yang bediri di kejauhan tanpa bergerak sedikit pun.Cintia tidak mengatakan apa pun.Dapat dilihat dengan jelas kalau Samuel sedang memerhatikan ekspresi muka Cintia."Kemarin Kakak sudah bekerja dengan keras dan sudah seharian belum makan. Otot Kakak pun terlihat mengecil. Aku sudah memesankan makanan untuk mengisi kembali tenagamu," ucap Lily dengan semangat.Samuel tetap diam dan melihat Cintia.Di saat yang sama, perut Samuel mengeluarkan bunyi yang menandakan kalau dia lapar."Adikmu sudah memberikan perintah. Makan dulu sebelum kamu pergi," ucap Cintia pada akhirnya.Sudut bibir Samuel yang awalnya datar, mulai terangkat.Lily juga tersenyum licik.Cintia merasa kalau dirinya dijebak oleh kedua saudara ini!Mereka bertiga pun duduk bersama di meja makan.Lily bers
Setelah makan malam, Cintia dan Lily duduk di sofa ruang tamu. Mereka memakan beberapa potong buah, meminum kopi dan melihat televisi.Lily tertawa terbahak walaupun dia adalah seorang aktris yang diharuskan terus terlihat anggun.Mereka bisa tertawa sepuas ini hanya dengan menonton acara ragam.Memang, bersama dengan orang yang mudah tertawa akan membuat hidup kita menjadi lebih santai.Cintia yang sudah terbiasa melihat berita segera mengeluarkan ponselnya.Walaupun dia tidak bekerja, dia masih mengurus beberapa masalah pekerjaannya.Cintia mengurus pekerjaannya sambil mendengar suara tawa Lily yang menggelegar.Dia sama sekali tidak merasa dirinya terganggu dengan suara tawa Lily.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Cintia menekan salah satu berita.Di saat yang sama, matanya terhenti pada isi berita itu.Raut wajah Cintia juga menunjukkan sedikit perubahan.Saat Lily selesai tertawa dan bangkit untuk mengambil kopinya, dia melihat ekspresi wajah Cintia dan segera bertanya, "Apa ada
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug