"Rein, banyak tindakan yang tidak adil akan membawamu pada kehancuran sendiri!"Cintia sudah tidak ingin terlibat lagi dengan Rein, dia langsung memutuskan teleponnya.Tangan Rein yang memegang ponsel gemetar tanpa henti.Setelah dipojokkan Cintia sampai pada titik ini, Rein tidak akan menyerah begitu saja!Namun, yang paling penting sekarang adalah bagaimana menutup berita negatif tentangnya. Meskipun belum tidak melihat berita, Rein tahu betul sejauh mana dirinya dihujat media sekarang.Bahkan sekarang dia tidak mungkin membersihkan namanya di depan media, semakin dia mengklarifikasi, akan semakin buruk reaksinya publik. Satu-satunya pilihan adalah tidak tampil di depan media, biarkan berita tersebut mereda. Jika berita itu tetap panas …. Mata Rein tiba-tiba menyipit, satu-satunya cara adalah menggunakan berita lain untuk mengalihkan perhatian dari berita dirinya sendiri....Starvy sedang berada di kantornya. Setelah konferensi pers selesai, dia mengunci dirinya di dalam dan terus
"Piak!"Cintia memicingkan matanya.Meri menghujani Cintia dengan satu tamparan langsung ke wajahnya.Bekas tamparan jelas terlihat di wajah Cintia yang halus."Dasar tak tahu malu! Bagaimana kamu bisa melakukan hal seperti ini? Kamu membuat adikmu kehilangan harga diri, kamu juga membuat Keluarga Dijaya kehilangan harga diri! Cintia, Keluarga Dijaya sial melahirkan anak sialan seperti kamu!" Setelah satu tamparan, Meri melontarkan kata-kata kasar.Cintia merengutkan bibirnya, merasakan sensasi terbakar di wajahnya.Banyak kenangan buruk tiba-tiba muncul di pikirannya pada saat ini.Setelah kematian ibunya, dia merasa diasingkan di Keluarga Dijaya.Setelah datang ke Keluarga Dijaya, Starvy mendapat cinta dari Jacob dan Meri, sementara Cintia sendiri sering dikucilkan.Ketika masih kecil, Cintia tidak bisa melawan, sering kali hanya menahan diri. Dia tidak punya pilihan selain menurut. Bahkan jika Jacob dan Meri tahu itu adalah kesalahan Starvy, yang mendapatkan hukuman tetaplah Cintia.
Claudia dan Starvy menonton dengan senang hati saat Cintia dianiaya oleh Meri.Starvy juga merasa amarahnya sedikit mereda.Meskipun Cintia tadi berhasil mendapat dukungan dari media karena kemampuannya, itu tidak melindunginya dari dicaci maki oleh Meri."Semua orang tahu berkat siapa Keluarga Dijaya bisa menjadi yang sekarang ini. Tentu saja, aku tidak akan berdebat denganmu, karena berbicara tentang hal-hal rumit kepada seorang ibu rumah tangga yang tidak pernah melihat dunia sama saja membuang-buang energiku," kata Cintia dengan dingin dan tenang.Komentar Cintia yang sinis langsung membuat Meri menjadi merah padam.Meri mengayunkan tangannya, ingin menampar Cintia lagi.Namun, Cintia segera menahan tangan Meri.Setelah semua yang terjadi, Cintia sudah tidak harus terus-menerus menerima perlakuan kasar.Satu tamparan sudah cukup untuk memberi pelajaran pada Meri."Cintia, lepaskan aku! Dasar wanita murahan!" Meri menghujat dengan marah, "Jangan sekali-kali mencoba melangkah ke ruma
Ini jelas adalah kasus penganiayaan yang disengaja.Jika Cintia terus mengejar kasus ini, pihak lain dapat dikenakan sanksi pidana.Cintia menyalakan ponselnya dan mengirimkan hasil pemeriksaan kepada polisi sebelum kemudian masuk ke kamar pasien.Dia bersandar di tempat tidur pasien, melihat puluhan panggilan tak terjawab di ponselnya dan sekali lagi memilih untuk mengabaikannya.Lalu, Cintia membaca berita di ponselnya.Saat ini, seluruh internet dipenuhi suara yang mengecam Rein dan Starvy, dengan kata-kata yang begitu jahat hingga melibatkan seluruh leluhur mereka.Situasi telah mencapai titik di mana selain merusak reputasi Rein dan Starvy, ini juga akan menyebabkan kerugian langsung bagi Grup Halim dan Grup Dijaya, seperti boikot produk-produk kedua grup tersebut serta penurunan saham dan sebagainya.Namun, Cintia tetap acuh tak acuh.Dia membuka aplikasi Instagram dan melihat satu postingan Instagram yang pernah diunggah Rein sebelumnya.Jumlah orang yang mendukung postingan itu
"Cintia, kamu benar-benar akan menggugat nenekmu atas tuduhan penganiayaan! Polisi mengatakan kamu menolak penyelesaian di luar pengadilan dan akan mengikuti prosedur hukum!" Saking marahnya, Jacob berbicara dengan suara gemetar.Dia tidak menyangka Cintia sampai berani melibatkan polisi!"Sebelumnya, kamu menolak penyelesaian di luar pengadilan saat kasus pekerja pabrik, itu masih bisa dimaklumi, tapi ini adalah nenekmu! Apa kamu tidak takut dihukum Tuhan?!" Jacob tidak bisa menahan kemarahannya dan berteriak."Nenek?" Cintia tersenyum dingin, "Apakah dia tidak memberitahumu? Dia bilang kalau dia sudah tidak menganggapku sebagai keluarga! Dia memintaku untuk tidak lagi melangkahkan kaki ke rumah Keluarga Dijaya!""Dia berkata begitu karena marah," ujar Jacob."Aku juga berbuat begitu karena marah," balas Cintia. "Bagaimanapun, dia adalah nenekmu, seorang lansia. Mana boleh kamu bertengkar dengannya?!""Jadi, karena dia adalah seorang lansia, dia boleh melakukan sesuka hatinya?""Cint
"Ayah, bagaimana? Apakah Kak Cintia masih akan menggugat Nenek Meri?" Starvy bertanya sambil menangis.Jacob menjawab kalau dia tidak berhasil membujuk Cintia.Jacob memiliki temperamen yang keras. Dia melanjutkan, "Bukankah kamu bilang kamu akan mencoba mendekati Samuel? Kenapa sudah begitu lama, Samuel masih bersama Cintia?"Starvy merasa semakin tertekan, matanya memerah karena menangis dan membalas, "Aku juga ingin sekali mendekati Samuel agar dia bisa membantu Keluarga Dijaya. Tapi, Cintia selalu menghalangiku untuk mendekati Samuel ….”"Jacob, jangan salahkan anakmu. Masalah cinta tidak bisa dipaksakan. Kali ini, Starvy hampir pingsan karena masalah ini. Kita harus memikirkan bagaimana cara mencegah Cintia untuk tidak menggugat ibumu. Jika ibumu benar-benar dihukum karena gugatan Cintia, itu akan menjadi aib bagi Keluarga Dijaya," kata Claudia, mencoba membela putrinya.Jacob juga memikirkan hal itu dan menjadi semakin marah hingga urat nadinya terlihat."Semua ini salahku, kalau
"Ketika aku masih kecil, aku tidak cukup kuat untuk membela diri, tapi sekarang, aku sudah bisa melawan," kata Cintia dengan lembut.Sebenarnya, Cintia sedang mencoba menenangkan Samuel, memberi tahu kalau dia sudah bisa melindungi dirinya sendiri sekarang. Cintia juga tidak tahu mengapa dia merasa perlu untuk menghibur Samuel. Mungkin dia merasa Samuel benar-benar peduli dengannya.Di dunia ini, tidak ada banyak orang yang benar-benar peduli dengannya."Sakit, ya?" tanya Samuel tiba-tiba. Matanya terfokus pada wajah Cintia yang masih agak bengkak. Samuel tidak tahu seberapa keras pukulan yang diterima Cintia sehingga wajahnya membengkak seperti itu.Cintia terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepala. Ini tidak sakit. Dibandingkan dengan apa yang dia alami saat masih kecil, ini bukanlah apa-apa. Waktu kecil, Cintia mungkin merasa sedih.Sekarang, tidak ada alasan baginya untuk meneteskan air mata bagi Keluarga Dijaya.Samuel mengerutkan keningnya, tubuhnya terasa seakan memancark
"Tidurlah, aku akan menemani di sisimu," jawab Samuel dengan natural.Cintia melihatnya dengan sepenuh hati."Saat aku masuk rumah sakit sebelumnya, kamu sering datang merawatku. Aku hanya membalasnya.""Terakhir kali itu, kamu terluka dan masuk rumah sakit karena aku.""Aku selalu membalas kebaikan yang kuterima dengan berlipat ganda. Nona Cintia tidak perlu sungkan," ujar Samuel dengan tegas.Cintia merapatkan bibirnya.Dia selalu merasa akan menyakiti hati Samuel jika menolaknya saat ini.Dia berbalik untuk membelakangi Samuel, lalu memejamkan mata dan tidur.Samuel terus duduk di samping ranjang pasien Cintia, sembari melihat badannya yang kecil.Gadis yang kecil.Cukup kuat hingga membuat orang merasa pilu.Jakun Samuel pun bergerak.Kalau ... kalau saja waktu itu dirinya bisa menarik dan menghentikan Cintia saat gadis ini melarikan diri tanpa memedulikan apa pun.Apakah dia tidak akan percaya pada siapa pun lagi?...Cintia tidak menyangka dirinya akan tertidur.Awalnya, dia hany
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug