“Ada… Namun, hasilnya tidak sesempurna apabila kami mengerjakannya langsung dengan tangan kami sendiri. Ini adalah acara kenegaraan, jadi kami harus menampilkan yang terbaik dari diri kami. Iya nggak?” Tampak Violeta Fiorenza kini sudah bisa tersenyum.Yongki Yamato terlihat mangut-mangut mendengarkan penuturan Violeta Fiorenza.“Penyanyi dan penari di sini hanya akan menyanyi dan menari apabila ada undangan begitu?” tanya Yongki lagi untuk bisa lebih memahami bagaimana seluk-beluk dunia hiburan di negeri dewa naga.Violeta Fiorenza mengangguk, “Kebanyakan sih begitu, Yongki. Bagaimana dengan di dunia manusia? Para artis di sana bukan hanya menyanyi dan menari apabila ada undangan?”“Ya, selain konser dan tampil di acara-acara begitu, mereka juga ada buat apa yang namanya temu kangen dengan para penggemar, buat video klip baru, mengarang not dan lirik lagu yang baru. Video klip dan lagu-lagu mereka bisa setiap saat dicari dan diputar dari internet – jaringan komputer yang bisa menjang
Robert Martin terlihat menyeringai lebar.“Aku lebih terbiasa dipanggil dengan namaku sendiri. Aku bukan pejabat tinggi apa pun. Aku hanyalah seorang manusia biasa yang kebetulan beruntung saja terpilih menjadi salah satu dari pengawal kerajaan. Aku hanya bantu-bantu di sini – bisa dibilang begitu.”Linda Bella cukup terpana menyaksikan pembawaan Robert Martin.“Sungguh aku tidak pernah bertemu dengan seorang pejabat tinggi negara yang low profile sepertimu deh, RM. Dari penampilanmu saja, aku tahu kau bukanlah manusia biasa. Kau tidak terlihat seperti seorang manusia biasa. Kau juga tidak terlihat mirip dengan satu dari tujuh pengawal tertinggi di kerajaan. Kalian bertujuh itu… Kalian bertujuh itu… Bagaimana bilangnya ya?”“Kami bertujuh apa?” tantang Robert Martin masih menyeringai lebar.“Jika saja aku tidak pernah melihat Putra Mahkota secara langsung, sekarang aku akan berpikir kalianlah tujuh pangeran penerus negeri ini.”Robert Martin terbahak sejenak.“Memangnya mirip?”“Entah
“Ayahanda juga gugur dalam pertempuran dengan raja dewa naga itu di masa lalu. Ibunda juga meninggal menyusul Ayahanda karena tidak tahan ditinggal oleh lelaki yang dicintainya. Kini muncul pula tujuh pengawal tertinggi di Kerajaan Negeri Elemen. Oh, mereka sudah hebat rupanya… Mereka belum tahu siapa raja yang memimpin Negeri Pusaran Lautan sekarang. Mereka ingin main-main denganku ya… Oke… Oke…” Terlihat sepasang bola mata Raja Orlando Sean yang mendelik tajam.“Hahaha… Apakah Raja Orlando Sean dari Negeri Pusaran Lautan ini akan diam saja sesudah kedua prajuritnya ini tewas di tangan tujuh pengawal tertinggi dari Negeri Elemen?”Terdengar suara perempuan muda sinis yang teramat intens dari mulut gua. Sejurus kemudian, butiran-butiran salju warna putih bersih mulai beterbangan ke sana ke sini. Butiran-butiran salju beterbangan masuk ke dalam gua dan akhirnya menggumpal membentuk sosok seorang perempuan muda yang berpakaian putih dari atas sampai bawah.“Apa yang dilakukan oleh Ratu
Hari demi hari berlalu di Negeri Elemen. Ketika tidak ada tugas di istana pusat, ketujuh pengawal kerajaan tampak menghabiskan hari-hari mereka di penginapan mereka di pinggiran ibu kota. Ketika sedang bertugas, tentu saja mereka bertujuh harus tidur di kamar mereka di istana pusat. Mereka bertujuh berbagi satu kamar tidur yang sangat luas nan super mewah.Hari ini, mereka bertujuh tidak menetap di Negeri Elemen. Semuanya sepakat untuk kembali ke dunia manusia sebentar karena mereka begitu merindukan keluarga mereka di dunia manusia. Kepulangan mereka tentu saja mengagetkan orang tua mereka. Tangisan mengharu biru antara ayah, ibu dan anak tentu saja tidak terhindarkan lagi. Rasa tidak percaya, terkejut, heran, haru, dan segala macam perasaan lainnya berbaur menjadi satu dalam lubuk hati orang tua mereka yang terdalam.Bandung, pertengahan Juni 2017“Negeri Elemen? Makhluk yang berupa dewa-dewi naga?” Tentu saja pada mulanya ibu Robert Martin sungguh sulit menerima cerita anaknya mesk
Robert Martin mengibaskan tangannya lagi. Dalam sekejap, lantai rumah langsung berganti keramik. Robert Martin mengibaskan tangannya lagi. Kipas angin berganti menjadi AC. Robert Martin ingin mengibaskan tangannya lagi ketika si ayah mengangkat tangannya sembari tertawa renyah.“Cukup, Bert… Jika ada terlalu banyak perubahan mendadak pada rumah kita, para tetangga akan mencurigai yang tidak-tidak. Ayah dan Ibu akan susah jadi orang nanti. Lebih baik Ayah bangun kembali bisnis rumah makan Ayah dengan uang yang kauberikan itu, dan perlahan-lahan Ayah akan ganti semuanya ini. Itu terlihat lebih natural dan orang-orang tidak akan mempertanyakan yang tidak-tidak. Iya nggak?”Robert Martin menganggukkan kepalanya seraya menyeringai lebar.Malam itu dilalui Robert Martin dengan menceritakan segala pengalamannya di negeri dewa naga kepada kedua orang tuanya.***Medan, pertengahan Juni 2017Tampak Gisella Clarissa terburu-buru turun dari lantai dua rumahnya. Si ibu langsung melihat anaknya be
Banyak teman-temannya yang sudah berkumpul dalam suatu kafe di kompleks Cemara Asri. Tiara Andhara masih menunggu beberapa temannya yang belum tiba di lokasi pesta. Salah satunya adalah Gisella Clarissa. Dia berkali-kali melirik ke jam ponselnya. Jam ponsel sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat. Dia hanya bisa menghidangkan makanan pembuka. Dia belum bisa menghidangkan makanan inti karena para tamu undangannya belum lengkap semua.“Besok pesawatmu jam berapa, Tiara?” tanya salah satu temannya yang sudah hadir di kafe tersebut.“Besok jam delapan pagi dari Medan sini ke Kuala Lumpur,” jawab Tiara dengan sebersit senyuman kecut.“Dari Kuala Lumpur langsung ke Tokyo ya?”“Iya… Dari Tokyo ke Alaska dulu, dan habis itu baru terbang ke New York.” Tiara Andhara mendadak terlihat sedikit murung. Tangannya terus menyentuh kalung yang tengah melingkar di lehernya pada saat itu.“Kau… Kau…”Tidak ada yang berani menanyakan pertanyaan sensitif itu kepada Tiara Andhara. Salah seorang tema
Tampak Jimmy Ferry menyeringai lebar. Kendati ia menyeringai lebar, matanya yang awas terus memperhatikan sosok siluman lipan yang kini tengah menyamar menjadi seorang manusia. Merasa ia sudah di-scan oleh salah seorang pengawal tertinggi Negeri Elemen, mau tidak mau, cepat-cepat siluman lipan segera berpamitan nan mengundurkan diri dari kafe tersebut.“Aku ke tempat lain dulu, Gis… Ibuku minta aku belikan bahan-bahan kue. Ia ingin buat cake besok,” tukas Bebilonio Bondan berbohong.Gisella Clarissa hanya mengangguk. Sembari tersenyum cerah, ia melambaikan tangan tanda sampai jumpa kepada siluman lipan. Terlihat jelas siluman lipan ingin menggenggam tangan Gisella Clarissa sambil mengucapkan sampai jumpa. Namun, lagi-lagi Gisella Clarissa mengangkat tangannya lagi tatkala tangannya dan tangan siluman lipan sudah mulai bersentuhan.Dengan sedikit kecewa dan awan hitam yang menggelantung di wajahnya, siluman lipan bilang sampai jumpa dan segera mengundurkan diri dari kafe tersebut. Sebe
Gisella Clarissa menggeleng polos.“Belum pacaran saja sudah begitu. Tidak tepat janji dan habis itu sama sekali tidak ada kabarnya lagi. Entah mengabari sedang ada urusan mendadak atau lagi di mana kek… Ini nggak! Menyebalkan deh laki-laki seperti itu!” Julinda mulai menampakkan wajah kesal.Gisella Clarissa sedikit meringis, “Mungkin memang dia ada urusan mendadak, Jul… Dan tidak sempat mengabariku. Tadi sebelum cabut, dia bilang mau beli bahan-bahan kue karena esok pagi ibunya mau buat cake.”“Alasan itu…! Dia pergi beli sendiri bahan-bahan kue? Dia kan bukan ahli dalam pastry. Ada-ada saja alasannya!” Julinda memang sejak awal kurang suka dengan siluman lipan ketika Gisella Clarissa memperkenalkan sosok siluman lipan itu kepadanya, kepada Tiara dan kepada beberapa teman dekat mereka.“Iya deh, Gis… Kalian kan belum begitu dekat kan? Aku rasa sebaiknya laki-laki seperti ini dijauhi deh… Bukan maksudku untuk ikut campur ke dalam hubungan asmaramu, Gis… Tapi aku rasa, laki-laki seper
Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan
“Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc
Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c
“Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.
“Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta
Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah
Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan
Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d
“Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung