Keesokan paginya, seluruh penghuni Bramasta Mansion gempar oleh kabar kehamilan Nona Sandra.
Tina membusungkan dadanya dengan bangga karena dia menjadi pelayan di mansion itu yang pertama kali mengetahui dan juga yang menyebarkan informasi tersebut.
Tidak membutuhkan waktu lama, kabar ini juga sampai ke telinga Agatha.
“Apakah kamu yakin Sandra sudah hamil?”
Tina yang disuruh datang untuk menghadap Oma Agatha di ruang tamu, menundukkan kepalanya. “Seratus persen yakin, Oma. Tadi pagi saat saya mengantarkan sarapan, Nona Sandra langsung berlari ke kamar mandi dan mual-mual. Saya kira Nona masuk angin jadi saya menawarkan obat. Tapi Nona Sandra sendiri yang bilang kalau mungkin itu gejala morning sickness.”
Guratan-guratan menghiasi wajahnya saat Agatha tersenyum. “Akhirnya aku akan punya cicit! Dia masih di kamarnya?”
Tina menggelengkan kepalanya. “Setelah mandi Nona Sandra langsung pergi ke kantor. Dia juga tidak makan sarapannya.”
Bab ini didedikasikan untuk Kak Albina, Vanda & Van_da Thank you uda vote dan support SSS ღ
Joce membelalakkan matanya. “Tes DNA?” Dia masih dalam posisi membungkuk dengan kedua tangan di belakang untuk melihat tiga buah kanvas berukuran 40x60cm yang Sandra letakkan di lantai. Lalu cepat-cepat berdiri tegak seperti tidak yakin dengan apa yang dia dengar sampai dia melihat ekspresi Sandra sendiri. Sandra bahkan tidak mengedipkan matanya saat dia menyapu cat abu-abu pada lukisan domba yang sedang berlari di antara taburan bintang. “Hmm.” Joce berdiri di samping easel, melipat kedua tangannya di depan dada, dalam posisi menginterogasi. “Stop dulu. Oma Agatha berani bilang begitu? Jadi apa tanggapanmu?” Sandra meletakkan palet cat ke pahanya, lalu memijat pelan punggung bawahnya. Dia sudah menyelesaikan tiga lukisan dalam waktu dua hari dan sedang mengerjakan yang keempat. Memang agak capek tapi dia merasa senang saat sudah menyelesaikan satu lukisan dan tanpa terasa waktu berjalan lebih cepat. “Kalau Moses setuju, aku ak
Moses menarik napas dalam-dalam, ini akan menjadi penjelasan yang panjang dan harus ekstra konsentrasi. Salah sedikit kata saja bisa membuat semuanya runyam. Dia mulai dari saat dia duduk di sofa rumah Jessica dan Kylie datang dengan semangkuk sereal, minta dipangku. Karena tidak hati-hati, isi mangkuk tersebut tumpah ke baju Moses. Mumpung dia ada membawa jas cadangan di mobil, jadi dia mandi saja langsung di rumah Jessica agar lebih nyaman berkendara dan bisa langsung pulang untuk makan malam. Setelah mendengar itu, Sandra memberinya tatapan tidak percaya. “Sumpah. Apa perlu aku membawa Kylie kesini sekarang juga sebagai saksinya?” “Terus kamu mandi berapa lama sampai jam 10 baru pulang?” “Itu karena Kylie minta dibacakan Little Mermaid, kamu tau? Putri duyung yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pangeran...” Moses tampak memutar otaknya sejenak. Dia menyerah, “Argh, aku lupa! Setelah satu buku itu habis, dia tidak
Kehangatan telapak tangan Moses menjalar sampai ke relung hatinya yang terdalam. Sandra ingin waktu berhenti sejenak, merasakan kedekatan ini lebih lama lagi. Andaikan saja hanya ada mereka bertiga di dunia, tanpa bayang-bayang Jessica. Moses berbisik. “Hello Guppy, Ini Papa.” “Such a silly name,” protesnya karena nama itu sangat tidak gagah, namun bibirnya terangkat ke atas karena kekonyolan Moses. Dia sudah memberi nama panggilan untuk anak mereka yang masih berbentuk embrio. Moses mengelus perutnya dan berkata dengan nada lembut, “Karena Mama sangat menginginkan anak laki-laki, jadi kita akan memanggilmu Guppy. Tapi pertanyaannya adalah kamu laki-laki atau perempuan?” Dia mengangkat kepalanya dan menatap Sandra, seakan pertanyaan itu ditujukan padanya. Menahan tangannya untuk tidak mengelus rambut hitam itu, mata hazel Sandra menemuinya. “Dia pasti laki-laki.” Mungkin dia tidak bisa menjadi seperti Mama atau Jessica yang pandai masa
Sandra baru saja bangun dan masih terduduk di kasurnya, mengumpulkan jiwa-jiwa yang masih melayang. Tiba-tiba dia langsung menutup mulutnya dan secepat kilat berlari ke kamar mandi, kacamatanya sampai terlupakan. Biasanya dia mual muntah setelah mencium aroma sarapan yang dibawa masuk Tina ke kamar. Jadi sejak itu Sandra selalu mandi dulu baru turun untuk sarapan. Tapi kali ini dia mual tanpa alasan. Selesai mandi, dia mendapati Tina sedang membereskan tempat tidurnya. “Tina, Moses belum bangun ya?” Dia berjalan ke dalam walk in closet, langsung menuju bagian pakaian kerja yang berderet rapi disusun berdasarkan warna. Gaya berpakaiannya selama lima tahun tidak pernah berubah. Terkesan monoton dan membosankan. Atau mungkin dia memang harus mendengar saran Joce bertahun-tahun yang lalu untuk mengubah gaya berpakaiannya? “Belum, Nona. Sepertinya Tuan Moses masih capek karena baru pulang dari luar kota,” sahut Tina dari luar. Sandra membuk
Matanya membulat dengan tatapan syok seakan Moses menyuruhnya minum racun. Dia bahkan tidak sadar betapa dia rindu menggoda istrinya. Bagi Moses, semua ekspresi yang menghiasi wajah Sandra adalah kejutan. “Yaaah, sayang banget. Pegawai toko yang merekomendasikan ini saat aku mencari barang untuk merangsang perkembangan bayi di dalam perut.” Moses kecewa karena dia sudah bersemangat untuk mencoba memasukkan benda berbentuk bola warna pink tersebut. “Bukannya janin baru dapat bereaksi terhadap musik setelah berusia 5 bulan lebih? Lagipula menempelkan headset ke perut juga udah bisa. Tidak perlu pakai alat ekstrem begitu.” Sandra bergidik. “Aku juga tidak mungkin memasukkan benda asing ini ke dalam vag… Aarggh! Kamu memang gila, Moses!” Sandra merebut tas tersebut dari tangan Moses dan menarik resleting untuk menutupnya. Dia berjalan ke arah tong sampah. Tangannya hampir membuang tas tersebut, tapi dia mengurungkan niatnya. “Tidak
Sip & Savor - Illinois, Chicago Sandra mengamati wanita yang duduk di hadapannya. Jari-jari lentik Jessica memeluk cangkir kopi hangat dalam kedua tangannya. Dia berpakaian kasual yang harga bajunya tidak mahal ataupun branded tapi apapun yang dikenakan Jessica pasti terlihat mewah. Jessica memberinya satu senyuman dari bibir merah yang menawan—bibir yang pernah dicium oleh Moses. “Kenapa terburu-buru? Kalau supirmu tidak bisa menunggu, aku bisa mengantarmu pulang. Kylie juga sudah aku titipkan ke rumah neneknya jadi kita bisa lebih santai mengobrol.” “Oh, tidak perlu repot-repot. Rumah kita berbeda arah. Aku pikir kamu datang kesini naik angkutan umum.” Sandra berusaha menatap matanya lurus. Tawa Jessica terdengar seperti bel perak, ringan dan elegan. “Tidak semua orang terlahir dengan keberuntungan sepertimu, San. You were born with a silver spoon in your mouth*. Aku hanya bisa membayangkan pergi kemana-mana diantar oleh su
“Moses pernah bilang begitu?” tanya Sandra tercengang. Hal terakhir yang tidak dia sangka dari pertemuannya dengan Jessica adalah mendapatkan pencerahan. Mengetahui pendapat Moses tentang dirinya bagaikan gerbang menuju surga yang terbuka lebar. Ternyata selama ini bukan Moses yang tidak mau dekat dengannya, melainkan karena Sandra susah didekati! “Ya, dia juga bilang kalau dia hanya menganggapmu sebagai teman. Kedatangan Moses kemarin untuk mengatakan bahwa aku dan dia tidak mungkin bisa bersama lagi.” Jessica menatap ke perut Sandra. “Karena dia tidak tega melihat anaknya lahir dalam keluarga yang berantakan.” Sandra refleks meletakkan tangan di atas perutnya dan dengan cepat berkata, “Aku berencana untuk pisah secara baik-baik. Anak ini akan tetap mendapatkan kasih sayang Moses.” Manik mata biru Jessica menatapnya tajam. “Di sana kamu sungguh egois, San. Kalau saja kamu tidak mengajukan syarat itu…” Dia menghela napas panjang.
Biasanya Sandra jarang sekali pergi ke supermarket karena bukan dia yang membeli kebutuhan rumah. Kalaupun ada perlu, biasanya Sandra menyuruh asistennya. Keluar dari supermarket, troli belanjaan Sandra penuh dengan makanan yang disukai Moses, terutama Snickers bar. Jalan menuju hati seorang pria adalah melalui perutnya, benar bukan? Mengungkapkan kata cinta saja tidak cukup, Sandra harus mulai menunjukkan perhatiannya pada Moses. Setelah James membantunya memasukkan barang belanjaan ke bagasi mobil, mereka melanjutkan perjalanan pulang. 1 km sebelum mencapai mansion, sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan tinggi, melewati mereka. “Itu bukannya mobil Tuan Moses, ya, Nona?” tanya James. Sandra tidak sempat melihat plat mobil tersebut karena Porsche hitam itu menyambar dengan cepat. “Iya sepertinya mobil Moses. Kenapa dia ngebut sekencang itu?” “Tidak tau, Nona.” Sandra tidak mungkin langsung menelepon
Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta
Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45
“Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal
Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid
Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl
“I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar
[Singapore] “Jadi saya hanya perlu mengirimkan sertifikat internasional kursus piano Nona ke alamat ini?” “Betul. Pastikan tidak ada yang tahu kamu mengirim paket ke luar negeri.” “Minggu ini saya pulang ke rumah. Saya akan meminta anak saya untuk mengantarnya. Nona tidak perlu khawatir.” “Baik, begitu saja Fiona. Maaf merepotkanmu.” “Tidak masalah, Nona Sandra. Oh ya… kemarin Tuan Moses ada—“ “Sudah dulu ya. Aku tidak bisa bicara lama-lama. Jaga kesehatanmu, Fiona.” “Baik, Nona juga.” Sandra mematikan panggilan internasional itu dan menghela napasnya. Dia terpaksa harus menelepon Fiona memakai telepon koin yang tersedia di stasiun MRT, berjaga-jaga agar keberadaannya tidak terlacak dari nomor ponsel. Sudah hampir lima bulan dia hidup sendiri di Singapura, negara dengan wilayah paling kecil di ASEAN namun mendapat julukan Macan Asia berkat kekuatan ekonominya. Sandra juga sudah terbiasa kemana-mana dengan berjal
“Kamu tidak peduli meskipun ini menyangkut keberadaan Nona Sandra?” Tristan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Moses menghiraukan pria itu, duduk di atas sofa kulitnya, mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan mengambil satu tegukan lagi. Minum alkohol sudah seperti minum air putih. Dengan mabuk, dia tidak akan terus memikirkan Sandra. “Jangan bercanda. Bahkan detektif paling hebat di Amerika Serikat saja tidak dapat menemukannya.” Keberadaan Sandra sama sekali tidak terdeteksi. Tidak ada penggesekan kartu kredit, tidak ada penarikan uang dengan kartu debit. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang di dunia ini? Keberadaan terakhir yang berhasil Moses ketahui setelah melakukan cara ilegal, yaitu membayar seseorang untuk membuka data list penumpang penerbangan. Sandra terbang dari Alaska menuju Paris. Dia menyewa detektif swasta untuk mengawasi Jocelyn. Karena siapa lagi yang bisa membantu Sandra di Paris kalau buk
[Lima Bulan Kemudian] Seseorang membuka lampu ruangan yang tadinya gelap. Moses mengerang saat silaunya cahaya menyerang, mengganggu waktu tidurnya. Kepalanya berdenyut hebat akibat alkohol yang dikonsumsinya sepanjang malam. “Go away…” Moses menutup matanya dengan lengannya sendiri. “Astaga, Bos! Kamu dapat darimana vodka ini? Padahal aku sudah menyita semua koleksi alkoholmu.” Tristan menyambar botol kaca kosong itu dan melemparnya ke dalam tong sampah terdekat. Dia memeriksa seisi ruangan itu, manatau Moses berhasil menyimpan satu atau dua botol alkohol tanpa sepengetahuannya. Sejak Nona Sandra melarikan diri saat mereka sedang berlibur ke Alaska lima bulan yang lalu, Moses pulang ke Chicago seperti cangkang yang kosong. Terlebih lagi, dua dokumen penting sudah menunggu tanda tangan Moses. Yang satu adalah surat cerai. Satunya lagi berisi surat pemindahan kepemilikan saham. Ya, Sandra melepas semua sahamnya untuk Mos