“Aku kesini untuk menjemput istriku.”
Mereka langsung menjadi pusat perhatian karena pas jam segini adalah waktunya karyawan Salinskie pulang kantor. Pipi Sandra bersemu merah saat beberapa dari mereka langsung bisik-bisik pada temannya. Ada yang terang-terangan menghampiri.
“Wah, Nyonya Sandra. Suami Nyonya romantis banget,” ucap seorang gadis yang bekerja di bagian markom—Marketing Communication.
“Nyonya sungguh beruntung. Suaminya bukan cuma tajir, tapi ganteng banget.” Teman di sampingnya menimpali, sambil melewati mereka.
Sandra sebenarnya tidak suka dipanggil Nyonya, tapi Bambi yang bersikeras kalau dia lebih kelihatan berwibawa jika dipanggil Nyonya dan sebutan itu menunjukkan statusnya di perusahaan.
“Kenapa kamu tidak bilang dulu mau menjemputku? Aku sudah janji dinner bareng Samuel karena ini hari terakhirnya di Chicago.”
“Tidak apa-apa. Aku bisa pergi makan dengan tim-ku,” ucap Samuel sembari menundukkan kepalanya pada beber
Semuanya terjadi begitu cepat. Tau-tau bibir lembut Samuel sudah menempel pada bibirnya. Sandra mendorong badan Samuel dan menamparnya dengan keras. PLAKK!! Dia menekan bibirnya dengan punggung telapak tangannya, napasnya memburu dan dia memberi Samuel tatapan tidak percaya. Ciuman pertamanya telah direnggut! Samuel memegang pipinya sambil menggerakkan rahangnya. “Kamu benar-benar menamparku sekuat tenaga.” Dia memakai kembali kacamata hitamnya, masih belum sadar kalau ciuman pertama yang telah dia curi itu sangat berarti buat Sandra. Area masuk dan keluar bandara itu khusus untuk tamu VIP, jadi hanya ada mobil mereka di sana. Meskipun begitu, Samuel melihat ke kiri dan kanan untuk memastikan kembali bahwa tidak ada orang yang berada di sekitar mereka. “Bye, Samuel.” Sandra menggeser pintu mobil tapi tidak sempat menutupnya saat dicegah tangan Samuel. “Please, jangan tersinggung. Aku kira itu sudah biasa di sini sebagai
Moses tidak bisa berhenti menatap wanita yang sedang berbicara dengan Tuan Besar Rivano. Dress hitam ketat itu membalut tubuhnya dengan sempurna. Tidak, bentuk tubuh Sandra yang sempurna. Tanpa pakaian longgar yang selalu dia pakai, Moses akhirnya dapat melihat paha mulusnya yang hanya pernah dia sentuh beberapa kali dalam kegelapan. Lalu pinggang kecil dan pinggul yang dia pegang saat dia menghunjamkan tubuhnya ke dalam… Moses menggelengkan kepalanya. Malam masih panjang. Jadi dia melewatkan bagian tubuhnya dan melihat ke wajah Sandra. Kenapa dulu dia berpikir wajah istrinya biasa-biasa saja? Sandra memiliki wajah yang semakin lama dilihat, semakin manis. Rambut hitamnya yang biasa dicepol ke atas, sekarang tergerai bergelombang sampai ke pinggangnya. Moses memang sangat suka melihat wanita berambut panjang. Pesta pernikahan Rafael digelar secara outdoor di taman Mansion Rivano. Dia tidak menghadiri acara pemberkatan sahabat baiknya karena be
“Kita sudah sampai di rumah. Aku akan bantu membuka pakaianmu.” Sandra mengerjapkan matanya. “Kenapa bisa seorang malaikat datang ke rumahku? Di rumah ini hanya ada Oma Agatha dan Moses. Kamu kenal dia? Dia pria yang menyebalkan, setiap hari bertanya hal yang sama. Apa yang aku lakukan semuanya dia harus tau... Tadi juga dia melarangku minum.” Beberapa kata yang Sandra ucapkan tidak terdengar jelas namun Moses masih bisa memahami maksudnya. “Benarkah? Hmm… Mungkin pria menyebalkan itu terus bertanya karena mengkhawatirkanmu.” Sandra mendengus. “Tidak mungkin. He’s a control freak.” Apa? Ternyata di mata istrinya, Moses adalah suami yang suka ngatur. Dia semakin penasaran untuk menguak isi hati Sandra. Mungkin keadaan ini tidak akan terulang yang kedua kalinya. “Apa hubunganmu dengannya sampai kalian tinggal serumah?” “Dia suamiku selama lima tahun terakhir tapi…,” Sandra meliriknya ragu. “Boleh aku bicara jujur?” Moses
“Mencekik siapa, Sandra? Kalau aku meninggal, siapa yang akan membopongmu ke atas kasur saat kamu mabuk lagi?” Moses menyandarkan bahunya pada kusen pintu dengan kedua tangan diselipkan pada kantong celananya. Senyum iblis tersungging di wajahnya. Kenapa Sandra bisa berpikir dia adalah malaikat saat pertama kali melihatnya? Dia pasti seorang iblis dalam penyamaran. “Siapa bilang aku akan mencekikmu sampai mati? Tidak, aku akan membuatmu sengsara terlebih dahulu.” Sandra mengikat tali pinggang jubah mandinya dengan lebih erat. “Dan aku tidak akan mabuk lagi. Semalam adalah pertama dan terakhir kalinya.” Moses menyuruh Tina keluar dengan sekali gerakan kepalanya. “Kamu juga silahkan keluar, Moses. Aku mau mandi.” Berbanding terbalik dengan keinginan Sandra, Moses malah melangkahkan kakinya ke lantai granit kamar mandi. “Kenapa kamu marah? Kita sama-sama menginginkannya.” “Tapi aku tidak sepenuhnya sadar dengan perbuatanku
Matahari sudah tenggelam ketika Moses baru sempat mengunjungi makam Pritta Alinskie dan seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah ada sebuket bunga lili segar di atasnya. Kemudian dia melajukan mobilnya ke Mansion Alinskie setelah mendapat kabar dari James. Sekarang dia tidak perlu repot-repot bertanya pada Sandra lagi karena James yang akan mengabari semua kegiatan nona-nya. Seorang suami mengkhawatirkan istrinya tentu sah-sah saja kan? Dia tidak melarang Sandra mau pergi kemana, hanya saja dia harus tahu. Alunan melodi piano terdengar pelan dari sebuah ruangan dan kakinya melangkah menuju arah suara itu. Sepertinya Sandra begitu larut dalam penghayatannya sampai dia tidak sadar kalau Moses sudah berdiri di ambang pintu, melihatnya. Dia hampir lupa kalau Sandra sangat mahir bermain piano. Jari-jari lentiknya menari dengan lincah walaupun matanya terpejam. Suara dentingannya terdengar melankolis, seakan memanggil kekasih yang telah pergi untuk kembali. Mo
“Bukankah itu kesepakatan kalian di awal?” Embusan napas yang panas keluar dari hidung Agatha. Satu buah jeruk jatuh ke atas paha Moses saat dia tidak sempat menangkapnya. “Aku berubah pikiran. Tidak mungkin anakku lahir tanpa ayahnya, Oma.” Pelayan yang tadi dia suruh, kembali dengan segelas jus jeruk dingin. “Apa kamu pelayan baru? Aku tidak suka yang dingin. Ganti dengan yang biasa.” Pelayan itu menundukkan kepalanya. “Baik. Maaf, Tuan Moses.” Oma menghardiknya setelah pelayan itu keluar. “Moses! Kamu tidak pernah bicara dengan nada kasar pada pelayan. Sejak kamu dekat dengan Sandra, sikapmu perlahan berubah.” “Maaf, Oma. Tapi kenapa semuanya salah Sandra? Oma tenang saja, aku sudah berjanji akan menikahi Jessica dan aku akan menepatinya.” “Ya, aku harap kamu tidak berubah pikiran lagi setelah anakmu lahir. Mungkin nanti kamu mau menunggu sampai dia berumur 18 tahun! Jessica bisa-bisa direbut pria lain duluan.” Moses
Launching produk Salinskie sukses besar dan bahkan penjualannya melebihi ekspektasi. Rangkaian perawatan wajah dengan tema Glass Skin yang membidik pasar milenial itu bahkan langsung habis terjual hanya dalam beberapa jam di sejumlah toko. “Saya sebagai owner Salinskie, mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan harapan kalian semua sehingga rangkaian terbaru kita, Glass Skin, bisa disambut dengan antusiasme yang besar dari pelanggan setia Salinskie.” Seluruh karyawan yang berkumpul di ruang pertemuan itu memberi tepuk tangan meriah untuk Sandra. Apalagi ketika mendengar bahwa mereka akan diberikan bonus sebagai apresiasi. Setelah itu, mereka kembali bekerja lagi untuk menangani keluhan pelanggan yang tidak kebagian produk dan juga merencanakan jumlah pasokan tambahan yang akan dikirim ke beberapa negara. Sandra masuk ke ruangan kantornya yang sudah dipenuhi oleh buket bunga dan kartu ucapan selamat dari beberapa teman dan kolega bisnis. Di
“Jangan tunggu aku, James. Aku pulang sendiri aja.” Sandra memasukkan ponselnya ke dalam tas dan turun dari mobil. Dia sudah mengabari Moses kalau dia tidak bisa pergi ke Graham Elliot Bistro. “Baik, Nona.” Sebelum masuk ke dalam kafe, Sandra memastikan kalau James benar-benar pergi. Tidak butuh waktu lama, matanya langsung menangkap sosok yang dicari, berada di meja paling ujung, membelakangi pintu. Sandra duduk di hadapannya, memangku tasnya dan menatap pria yang duduk tertunduk dengan topi hitam di kepalanya, sedang mengelus bulu seekor kucing tabby. “Andrew.” Pria bernama Andrew itu mengangkat kepalanya dan Sandra terkesiap saat melihat mukanya penuh dengan luka lebam. Mata kirinya bengkak, hidung dan pipinya dihiasi goresan-goresan merah. “Apa yang terjadi?” “Dia memukulku lagi,” jawabnya pelan, tidak berhenti mengelus kucing di pahanya. “Aku benar-benar tidak akan kembali padanya. Tapi saat aku bilang mau putus, dia menga
Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta
Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45
“Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal
Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid
Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl
“I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar
[Singapore] “Jadi saya hanya perlu mengirimkan sertifikat internasional kursus piano Nona ke alamat ini?” “Betul. Pastikan tidak ada yang tahu kamu mengirim paket ke luar negeri.” “Minggu ini saya pulang ke rumah. Saya akan meminta anak saya untuk mengantarnya. Nona tidak perlu khawatir.” “Baik, begitu saja Fiona. Maaf merepotkanmu.” “Tidak masalah, Nona Sandra. Oh ya… kemarin Tuan Moses ada—“ “Sudah dulu ya. Aku tidak bisa bicara lama-lama. Jaga kesehatanmu, Fiona.” “Baik, Nona juga.” Sandra mematikan panggilan internasional itu dan menghela napasnya. Dia terpaksa harus menelepon Fiona memakai telepon koin yang tersedia di stasiun MRT, berjaga-jaga agar keberadaannya tidak terlacak dari nomor ponsel. Sudah hampir lima bulan dia hidup sendiri di Singapura, negara dengan wilayah paling kecil di ASEAN namun mendapat julukan Macan Asia berkat kekuatan ekonominya. Sandra juga sudah terbiasa kemana-mana dengan berjal
“Kamu tidak peduli meskipun ini menyangkut keberadaan Nona Sandra?” Tristan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Moses menghiraukan pria itu, duduk di atas sofa kulitnya, mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan mengambil satu tegukan lagi. Minum alkohol sudah seperti minum air putih. Dengan mabuk, dia tidak akan terus memikirkan Sandra. “Jangan bercanda. Bahkan detektif paling hebat di Amerika Serikat saja tidak dapat menemukannya.” Keberadaan Sandra sama sekali tidak terdeteksi. Tidak ada penggesekan kartu kredit, tidak ada penarikan uang dengan kartu debit. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang di dunia ini? Keberadaan terakhir yang berhasil Moses ketahui setelah melakukan cara ilegal, yaitu membayar seseorang untuk membuka data list penumpang penerbangan. Sandra terbang dari Alaska menuju Paris. Dia menyewa detektif swasta untuk mengawasi Jocelyn. Karena siapa lagi yang bisa membantu Sandra di Paris kalau buk
[Lima Bulan Kemudian] Seseorang membuka lampu ruangan yang tadinya gelap. Moses mengerang saat silaunya cahaya menyerang, mengganggu waktu tidurnya. Kepalanya berdenyut hebat akibat alkohol yang dikonsumsinya sepanjang malam. “Go away…” Moses menutup matanya dengan lengannya sendiri. “Astaga, Bos! Kamu dapat darimana vodka ini? Padahal aku sudah menyita semua koleksi alkoholmu.” Tristan menyambar botol kaca kosong itu dan melemparnya ke dalam tong sampah terdekat. Dia memeriksa seisi ruangan itu, manatau Moses berhasil menyimpan satu atau dua botol alkohol tanpa sepengetahuannya. Sejak Nona Sandra melarikan diri saat mereka sedang berlibur ke Alaska lima bulan yang lalu, Moses pulang ke Chicago seperti cangkang yang kosong. Terlebih lagi, dua dokumen penting sudah menunggu tanda tangan Moses. Yang satu adalah surat cerai. Satunya lagi berisi surat pemindahan kepemilikan saham. Ya, Sandra melepas semua sahamnya untuk Mos