“Mencekik siapa, Sandra? Kalau aku meninggal, siapa yang akan membopongmu ke atas kasur saat kamu mabuk lagi?”
Moses menyandarkan bahunya pada kusen pintu dengan kedua tangan diselipkan pada kantong celananya. Senyum iblis tersungging di wajahnya.
Kenapa Sandra bisa berpikir dia adalah malaikat saat pertama kali melihatnya? Dia pasti seorang iblis dalam penyamaran.
“Siapa bilang aku akan mencekikmu sampai mati? Tidak, aku akan membuatmu sengsara terlebih dahulu.” Sandra mengikat tali pinggang jubah mandinya dengan lebih erat. “Dan aku tidak akan mabuk lagi. Semalam adalah pertama dan terakhir kalinya.”
Moses menyuruh Tina keluar dengan sekali gerakan kepalanya.
“Kamu juga silahkan keluar, Moses. Aku mau mandi.”
Berbanding terbalik dengan keinginan Sandra, Moses malah melangkahkan kakinya ke lantai granit kamar mandi.
“Kenapa kamu marah? Kita sama-sama menginginkannya.”
“Tapi aku tidak sepenuhnya sadar dengan perbuatanku
Matahari sudah tenggelam ketika Moses baru sempat mengunjungi makam Pritta Alinskie dan seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah ada sebuket bunga lili segar di atasnya. Kemudian dia melajukan mobilnya ke Mansion Alinskie setelah mendapat kabar dari James. Sekarang dia tidak perlu repot-repot bertanya pada Sandra lagi karena James yang akan mengabari semua kegiatan nona-nya. Seorang suami mengkhawatirkan istrinya tentu sah-sah saja kan? Dia tidak melarang Sandra mau pergi kemana, hanya saja dia harus tahu. Alunan melodi piano terdengar pelan dari sebuah ruangan dan kakinya melangkah menuju arah suara itu. Sepertinya Sandra begitu larut dalam penghayatannya sampai dia tidak sadar kalau Moses sudah berdiri di ambang pintu, melihatnya. Dia hampir lupa kalau Sandra sangat mahir bermain piano. Jari-jari lentiknya menari dengan lincah walaupun matanya terpejam. Suara dentingannya terdengar melankolis, seakan memanggil kekasih yang telah pergi untuk kembali. Mo
“Bukankah itu kesepakatan kalian di awal?” Embusan napas yang panas keluar dari hidung Agatha. Satu buah jeruk jatuh ke atas paha Moses saat dia tidak sempat menangkapnya. “Aku berubah pikiran. Tidak mungkin anakku lahir tanpa ayahnya, Oma.” Pelayan yang tadi dia suruh, kembali dengan segelas jus jeruk dingin. “Apa kamu pelayan baru? Aku tidak suka yang dingin. Ganti dengan yang biasa.” Pelayan itu menundukkan kepalanya. “Baik. Maaf, Tuan Moses.” Oma menghardiknya setelah pelayan itu keluar. “Moses! Kamu tidak pernah bicara dengan nada kasar pada pelayan. Sejak kamu dekat dengan Sandra, sikapmu perlahan berubah.” “Maaf, Oma. Tapi kenapa semuanya salah Sandra? Oma tenang saja, aku sudah berjanji akan menikahi Jessica dan aku akan menepatinya.” “Ya, aku harap kamu tidak berubah pikiran lagi setelah anakmu lahir. Mungkin nanti kamu mau menunggu sampai dia berumur 18 tahun! Jessica bisa-bisa direbut pria lain duluan.” Moses
Launching produk Salinskie sukses besar dan bahkan penjualannya melebihi ekspektasi. Rangkaian perawatan wajah dengan tema Glass Skin yang membidik pasar milenial itu bahkan langsung habis terjual hanya dalam beberapa jam di sejumlah toko. “Saya sebagai owner Salinskie, mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan harapan kalian semua sehingga rangkaian terbaru kita, Glass Skin, bisa disambut dengan antusiasme yang besar dari pelanggan setia Salinskie.” Seluruh karyawan yang berkumpul di ruang pertemuan itu memberi tepuk tangan meriah untuk Sandra. Apalagi ketika mendengar bahwa mereka akan diberikan bonus sebagai apresiasi. Setelah itu, mereka kembali bekerja lagi untuk menangani keluhan pelanggan yang tidak kebagian produk dan juga merencanakan jumlah pasokan tambahan yang akan dikirim ke beberapa negara. Sandra masuk ke ruangan kantornya yang sudah dipenuhi oleh buket bunga dan kartu ucapan selamat dari beberapa teman dan kolega bisnis. Di
“Jangan tunggu aku, James. Aku pulang sendiri aja.” Sandra memasukkan ponselnya ke dalam tas dan turun dari mobil. Dia sudah mengabari Moses kalau dia tidak bisa pergi ke Graham Elliot Bistro. “Baik, Nona.” Sebelum masuk ke dalam kafe, Sandra memastikan kalau James benar-benar pergi. Tidak butuh waktu lama, matanya langsung menangkap sosok yang dicari, berada di meja paling ujung, membelakangi pintu. Sandra duduk di hadapannya, memangku tasnya dan menatap pria yang duduk tertunduk dengan topi hitam di kepalanya, sedang mengelus bulu seekor kucing tabby. “Andrew.” Pria bernama Andrew itu mengangkat kepalanya dan Sandra terkesiap saat melihat mukanya penuh dengan luka lebam. Mata kirinya bengkak, hidung dan pipinya dihiasi goresan-goresan merah. “Apa yang terjadi?” “Dia memukulku lagi,” jawabnya pelan, tidak berhenti mengelus kucing di pahanya. “Aku benar-benar tidak akan kembali padanya. Tapi saat aku bilang mau putus, dia menga
Sandra menarik napasnya dalam-dalam dan mengetuk pintu kantor pribadi Moses sebanyak dua kali.“Moses? Kamu di dalam?”“Masuk.”Dia menjawab dengan nada yang tidak ramah, tapi karena sudah terlanjur dan tidak mungkin mundur, Sandra memberanikan diri membuka pintu ruang kerjanya.Moses duduk menyandarkan punggungnya di kursi putar, kedua tangannya terlipat di atas perutnya. Dia hanya memakai atasan polo dengan celana panjang katun berwarna khaki, namun Sandra kembali menarik napasnya karena ketampanan suaminya itu.“Ada apa?” tanya Moses membuyarkan lamunannya.“Maaf, aku akan pergi kalau kamu banyak kerjaan.”“Tidak. Apa kamu melihatku sedang bekerja sekarang?”“Tapi kamu kelihatannya tidak senang.” Sandra melangkah masuk, tapi tidak menutup pintunya.Moses duduk dengan tegak sekarang, kedua tangannya di atas meja. “Benarkah? Mungkin karena aku
“I love you. I love you, Moses.” Apa yang baru saja dia katakan? Sandra membeku di tempat. Tidak berani bergerak. Lagipula dia juga tidak bisa bergerak kemana-mana. Kemudian Moses memisahkan tubuh mereka dan melepas tangannya dari pinggang Sandra. Dia cepat-cepat menurunkan rok hitam selututnya dan merasakan sedikit cairan lengket perlahan mengalir di paha kirinya. Kakinya lemas seperti jelly tapi dia berusaha berdiri tegak. Tidak ada yang bisa dia lakukan pada bajunya. Hanya dua kancing pada bagian bawah yang utuh. Jadi Sandra mengaitkan bra-nya kembali dan memegang ujung kemejanya dengan erat. Lalu dia sadar kalau Moses tidak membalas pernyataan cintanya. Sandra menahan air mata yang hendak jatuh ketika Moses memegang bahunya. “Sandra…” “A-aku sebaiknya segera mandi.” Sandra memutar kunci pintu dan membukanya. “Tunggu. Apa yang kamu katakan tadi—“ Sandra menatap wajah Moses dan memaksakan sebuah senyuman. “Lupakan saj
Sandra menyodorkan sepiring spaghetti ke hadapan Andrew. Dengan ragu, pria berwajah manis itu mencoba saus tomatnya dulu. Dia menyendok sedikit dan mengecapnya.“Pffftt… Jujur ya San, kamu itu memang punya jiwa artistik. Hebat main piano dan jago melukis. Eh, punya jiwa bisnis juga. But sorry to say, kamu nggak berbakat di dapur!”Sandra tampak kecewa. “Emang segitu parahnya sampai nggak bisa dimakan?”Andrew mengaduk-aduk isi piringnya. “Nih, wortelnya aja masih keras, spaghetti-nya udah ok lah, tapi rasanya itu yang hambar.”Sandra terduduk lemas di kursi makan. Sudah tiga hari dia belajar masak spaghetti tapi masih gagal juga. Selain untuk memberi kejutan untuk suaminya, dia juga ingin menyajikan makan malam yang dia masak sendiri. Jadi dia sengaja meminta Fiona untuk mengajarinya di Alinskie Mansion biar Moses tidak tahu.“Kalau saja Nona Sandra punya waktu lebih banyak, Nona pasti berhasil.&rdqu
“Oh… Aku akan menelpon kembali setelah dia selesai mandi.” “Tunggu, Sandra. Aku mau minta maaf…” Suara Jessica sangat pelan, hampir berbisik. “Aku tau kamu yang melarang Moses untuk bertemu denganku.” Sandra mengernyitkan dahinya. “Tidak, aku tidak pernah—“ Jessica langsung menyela, “Aku mengerti perasaanmu karena kita sama-sama wanita. Kamu pasti tidak rela saat Moses lebih memilihku tapi aku juga tidak mau dianggap sebagai pelakor. Jadi aku mau minta maaf karena sebenarnya kemarin juga aku sudah bertemu dengan Moses.” “Kapan kamu bertemu dengannya?” tanya Sandra tanpa emosi sedikit pun. “Aku dan Moses bertemu saat pesta pernikahan Rafael. Maaf, Sandra. Tapi kami merindukan satu sama lain. Aku berjanji ini adalah pertemuan terakhirku dengan Moses. Aku akan membujuknya untuk tidak menemuiku lagi sampai kalian benar-benar sudah berpisah.” Sandra hanya mendengar sambil menatap kotak putih panjang yang dihiasi oleh pita biru dengan tatapa
Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta
Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45
“Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal
Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid
Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl
“I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar
[Singapore] “Jadi saya hanya perlu mengirimkan sertifikat internasional kursus piano Nona ke alamat ini?” “Betul. Pastikan tidak ada yang tahu kamu mengirim paket ke luar negeri.” “Minggu ini saya pulang ke rumah. Saya akan meminta anak saya untuk mengantarnya. Nona tidak perlu khawatir.” “Baik, begitu saja Fiona. Maaf merepotkanmu.” “Tidak masalah, Nona Sandra. Oh ya… kemarin Tuan Moses ada—“ “Sudah dulu ya. Aku tidak bisa bicara lama-lama. Jaga kesehatanmu, Fiona.” “Baik, Nona juga.” Sandra mematikan panggilan internasional itu dan menghela napasnya. Dia terpaksa harus menelepon Fiona memakai telepon koin yang tersedia di stasiun MRT, berjaga-jaga agar keberadaannya tidak terlacak dari nomor ponsel. Sudah hampir lima bulan dia hidup sendiri di Singapura, negara dengan wilayah paling kecil di ASEAN namun mendapat julukan Macan Asia berkat kekuatan ekonominya. Sandra juga sudah terbiasa kemana-mana dengan berjal
“Kamu tidak peduli meskipun ini menyangkut keberadaan Nona Sandra?” Tristan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Moses menghiraukan pria itu, duduk di atas sofa kulitnya, mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan mengambil satu tegukan lagi. Minum alkohol sudah seperti minum air putih. Dengan mabuk, dia tidak akan terus memikirkan Sandra. “Jangan bercanda. Bahkan detektif paling hebat di Amerika Serikat saja tidak dapat menemukannya.” Keberadaan Sandra sama sekali tidak terdeteksi. Tidak ada penggesekan kartu kredit, tidak ada penarikan uang dengan kartu debit. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang di dunia ini? Keberadaan terakhir yang berhasil Moses ketahui setelah melakukan cara ilegal, yaitu membayar seseorang untuk membuka data list penumpang penerbangan. Sandra terbang dari Alaska menuju Paris. Dia menyewa detektif swasta untuk mengawasi Jocelyn. Karena siapa lagi yang bisa membantu Sandra di Paris kalau buk
[Lima Bulan Kemudian] Seseorang membuka lampu ruangan yang tadinya gelap. Moses mengerang saat silaunya cahaya menyerang, mengganggu waktu tidurnya. Kepalanya berdenyut hebat akibat alkohol yang dikonsumsinya sepanjang malam. “Go away…” Moses menutup matanya dengan lengannya sendiri. “Astaga, Bos! Kamu dapat darimana vodka ini? Padahal aku sudah menyita semua koleksi alkoholmu.” Tristan menyambar botol kaca kosong itu dan melemparnya ke dalam tong sampah terdekat. Dia memeriksa seisi ruangan itu, manatau Moses berhasil menyimpan satu atau dua botol alkohol tanpa sepengetahuannya. Sejak Nona Sandra melarikan diri saat mereka sedang berlibur ke Alaska lima bulan yang lalu, Moses pulang ke Chicago seperti cangkang yang kosong. Terlebih lagi, dua dokumen penting sudah menunggu tanda tangan Moses. Yang satu adalah surat cerai. Satunya lagi berisi surat pemindahan kepemilikan saham. Ya, Sandra melepas semua sahamnya untuk Mos