Sandra menekan bel apartemen Samuel tanpa henti dengan tatapan kosong. Tidak menunggu lama, pintu berwarna coklat itu terbuka. Dia langsung menerobos masuk tanpa menyapa penghuninya.
Namun badan pria itu tidak membiarkannya lewat, sehingga Sandra menubruknya. Samuel dengan sigap menutup pintu, satu tangannya lagi memegang bahu Sandra.
“Sandra, kamu kenapa?” Dia bertanya khawatir.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut wanita itu, kepalanya tertunduk dan Samuel dapat merasakan bahunya bergetar dengan hebat.
“Apa yang terjadi? Sandra, look at me.” Samuel mengangkat dagunya.
Bulir air mata menetes dengan deras di balik kacamatanya, jatuh membasahi pipinya. Dia menggigit bibirnya sendiri untuk menahan isakan tangis. Samuel tida
Setelah Jessica dan Kylie pulang sore itu, Moses juga pergi untuk bermain tenis bersama tiga orang yang sudah menjadi teman akrabnya sejak dia masih duduk di bangku kuliah. Rafael Rivano, Melvin Maverick dan Cal Thompson melihatnya memantulkan bola dengan raket ke lantai. Mereka bertiga bingung kenapa Moses masih memiliki banyak energi padahal mereka sudah bermain selama dua jam secara bergantian. Melvin mengusap keringatnya setelah bermain melawan Moses dan duduk untuk bergabung dengan dua temannya yang lain. “Ada apa dengan anak itu? Dia membara sekali hari ini. Aku sampai capek mengejar pukulan bolanya.” “Tidak tau tuh sedang kerasukan apa si Moses.” Cal mengangkat bahunya, dia juga kalah tadi. “Hei, Moses! Sini istirahat dulu!” teriak Rafael.
Langit sudah gelap ketika Sandra memutuskan untuk pulang. Dia merasa terus diperhatikan oleh James yang beberapa kali melihatnya dari kaca spion bagian tengah mobil. Dia hendak bertanya tapi James sudah membelokkan mobil masuk ke halaman depan mansion. Dia turun dari mobil dan menekan kode touchscreen untuk membuka pintu depan. Seperti pencuri di rumahnya sendiri, Sandra mengendap masuk dan bernapas lega saat tak ada orang yang menunggunya di ruangan besar itu seperti kemarin. Setelah melepas sepatunya, kaki Sandra berlari menaiki anak tangga dengan ringan tanpa suara. Sandra masih sempat mengintip pintu kamar Moses sebelum membuka kamarnya sendiri. Tidak ada cahaya dari dalam berarti Moses sudah tidur atau belum pulang dari klub malam. Sandra belum selesai menghela napas lega ketika dia terkesiap dengan sosok pria yang duduk di
"Kamu pacaran dengan dia?” “Apa? Samuel itu Brand Ambassador perusahaanku dan hubungan kami hanya sebatas teman kerja. Mana mungkin aku pacaran sama dia.” Moses menatapnya lekat. “Selain dia? Apa kamu ada dekat dengan pria lain?” “Tidak ada. Kamu sendiri tau kan aku sibuk membangun karir. Tidak ada waktu untuk itu.” “Apa kamu pernah berpacaran sebelumnya?” Moses tidak tahan untuk tidak bertanya. “Belum pernah. Aku sudah bilang sebelum kita menikah kalau aku single.” Moses kelihatan terkejut. “Oh ya? Aku lupa kamu pernah bilang. Jadi kamu tidak pernah merasakan bagaimana pacaran itu?” Sandra hanya memberikan senyuman kecil. “Tidak tertarik. Dulu aku disibukkan
“Kenapa kamu bisa dapat akses masuk ke apartemen ini?” tanya Sandra setelah meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada yang perlu dia takuti.Dia bagaikan istri yang tertangkap basah selingkuh dengan pria lain. Manik abu-abu Moses menatapnya tajam, menuduhnya namun juga ada keterkejutan di sana.Tanpa menggerakkan kepalanya, bola matanya menyusuri Sandra dari atas kepala sampai ke bawah kaki. Sandra mendekap erat handuk itu ke dadanya. Dia seperti sedang dikuliti hidup-hidup.“Oh, jadi ini suami kamu, San? Hai, aku Samuel,” ucapnya tidak repot-repot mengulurkan tangan untuk berkenalan.Moses secara terang-terangan mengabaikan Samuel jadi Sandra berkata, “Dia Samuel Parker, Brand Ambassador Salinskie yang kemarin kubilang.”Moses hanya melempar satu anggukan kepala ke Samuel. Sandra meringis dalam hati karena sikap Moses sungguh tidak sopan dan keterlaluan. Dia akan minta maaf pada Samuel nanti.“Buka
“Sekali saja tidak akan menjamin keberhasilan kamu hamil. Kita harus melakukannya lagi.” Moses menarik baju Sandra ke atas.Sandra menahannya dengan erat. “Tunggu! A-aku mau mandi dulu.”Moses tampak berpikir sebentar, lalu melepaskannya. “Kamu bisa pakai kamar mandi master bedroom.”Dia melangkah mundur menuju sofa di ruang tamu dan menghempaskan badannya sambil menekan remote TV.“Tadi kamu bilang kalau kamu tidak pernah menginjakkan kaki di apartemen ini. Kenapa bisa ada Xbox?” Sandra memberinya tatapan tidak percaya sambil menunjuk benda yang dia maksud.“Oh, itu punya temanku. Cal sering menginap di sini. Sepertinya dia sudah menganggap apartemen ini miliknya.”Saat Sandra hanya berdiri saja melihatnya, Moses menoleh. “Kamu bilang mau mandi.”“O-oh ya.”Dia menemukan kamar yang dimaksud Moses, terletak di ujung ruangan dan dari ukurannya, m
Moses berbaring di sampingnya. Sandra dapat mendengar irama napasnya yang tenang namun lebih berat. Dia terkesiap saat telapak tangan hangat Moses menyentuh kaki kirinya, kemudian perlahan naik ke pahanya.Helaan napasnya bergetar ketika sapuan tangan Moses hampir menyentuh area tersembunyi di antara paha Sandra, tapi tidak jadi dan turun lagi ke bawah.“Apa tanggapan Jessica saat dia tau tentang… Saat dia tau kalau kamu harus menungguku hamil dulu baru bisa bercerai?”“Dia sudah setuju untuk menunggu.”“Semalam sebelum aku pergi, kalian bertengkar? Dia kelihatannya kesal sampai lupa dengan Kylie.”Sandra sengaja memutar adegan Moses dan Jessica berpelukan di benaknya agar dia tidak hanyut dalam belaian lembut Moses.“Apa kamu tidak punya topik lain?” Nadanya berubah jengkel. Sepertinya membicarakan tentang mantan kekasihnya di saat dia akan melahap istrinya bukanlah ide yang bagus.
Sandra terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yang mengalir keluar dari tubuhnya. “Tidak, tidak, tidak. Ini tidak mungkin terjadi.” Dia beranjak dari kasur dengan pelan dan mengunci pintu kamar mandi. Harapannya hancur saat menurunkan celananya dan melihat noda darah. Dia tidak hamil. Sandra mencuci celana dalamnya yang berwarna putih polos dengan sedikit renda sebagai pemanis dari bekas darah menstruasinya. Kemudian dia mengambil yang baru dari tas travel dan juga pembalut yang sudah disediakan Tina. Sepertinya Tina mempersiapkannya karena sudah tau ini adalah waktu mendekati masa datang bulan Nona-nya. Sandra kembali ke kasur dan meringkuk di samping Moses yang tertidur lelap. Semalam setelah makan, mereka bermain Xbox sampai larut malam. Dia mencoba untuk tidur kembali, menutup matanya namun dia tidak dapat menahan kesedihan yang menyelimuti hatinya lagi. Tangisan Sandra pun pecah. Dia menangisi benih yang terbuang sia
“Aku kesini untuk menjemput istriku.” Mereka langsung menjadi pusat perhatian karena pas jam segini adalah waktunya karyawan Salinskie pulang kantor. Pipi Sandra bersemu merah saat beberapa dari mereka langsung bisik-bisik pada temannya. Ada yang terang-terangan menghampiri. “Wah, Nyonya Sandra. Suami Nyonya romantis banget,” ucap seorang gadis yang bekerja di bagian markom—Marketing Communication. “Nyonya sungguh beruntung. Suaminya bukan cuma tajir, tapi ganteng banget.” Teman di sampingnya menimpali, sambil melewati mereka. Sandra sebenarnya tidak suka dipanggil Nyonya, tapi Bambi yang bersikeras kalau dia lebih kelihatan berwibawa jika dipanggil Nyonya dan sebutan itu menunjukkan statusnya di perusahaan. “Kenapa kamu tidak bilang dulu mau menjemputku? Aku sudah janji dinner bareng Samuel karena ini hari terakhirnya di Chicago.” “Tidak apa-apa. Aku bisa pergi makan dengan tim-ku,” ucap Samuel sembari menundukkan kepalanya pada beber
Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta
Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45
“Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal
Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid
Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl
“I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar
[Singapore] “Jadi saya hanya perlu mengirimkan sertifikat internasional kursus piano Nona ke alamat ini?” “Betul. Pastikan tidak ada yang tahu kamu mengirim paket ke luar negeri.” “Minggu ini saya pulang ke rumah. Saya akan meminta anak saya untuk mengantarnya. Nona tidak perlu khawatir.” “Baik, begitu saja Fiona. Maaf merepotkanmu.” “Tidak masalah, Nona Sandra. Oh ya… kemarin Tuan Moses ada—“ “Sudah dulu ya. Aku tidak bisa bicara lama-lama. Jaga kesehatanmu, Fiona.” “Baik, Nona juga.” Sandra mematikan panggilan internasional itu dan menghela napasnya. Dia terpaksa harus menelepon Fiona memakai telepon koin yang tersedia di stasiun MRT, berjaga-jaga agar keberadaannya tidak terlacak dari nomor ponsel. Sudah hampir lima bulan dia hidup sendiri di Singapura, negara dengan wilayah paling kecil di ASEAN namun mendapat julukan Macan Asia berkat kekuatan ekonominya. Sandra juga sudah terbiasa kemana-mana dengan berjal
“Kamu tidak peduli meskipun ini menyangkut keberadaan Nona Sandra?” Tristan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Moses menghiraukan pria itu, duduk di atas sofa kulitnya, mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan mengambil satu tegukan lagi. Minum alkohol sudah seperti minum air putih. Dengan mabuk, dia tidak akan terus memikirkan Sandra. “Jangan bercanda. Bahkan detektif paling hebat di Amerika Serikat saja tidak dapat menemukannya.” Keberadaan Sandra sama sekali tidak terdeteksi. Tidak ada penggesekan kartu kredit, tidak ada penarikan uang dengan kartu debit. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang di dunia ini? Keberadaan terakhir yang berhasil Moses ketahui setelah melakukan cara ilegal, yaitu membayar seseorang untuk membuka data list penumpang penerbangan. Sandra terbang dari Alaska menuju Paris. Dia menyewa detektif swasta untuk mengawasi Jocelyn. Karena siapa lagi yang bisa membantu Sandra di Paris kalau buk
[Lima Bulan Kemudian] Seseorang membuka lampu ruangan yang tadinya gelap. Moses mengerang saat silaunya cahaya menyerang, mengganggu waktu tidurnya. Kepalanya berdenyut hebat akibat alkohol yang dikonsumsinya sepanjang malam. “Go away…” Moses menutup matanya dengan lengannya sendiri. “Astaga, Bos! Kamu dapat darimana vodka ini? Padahal aku sudah menyita semua koleksi alkoholmu.” Tristan menyambar botol kaca kosong itu dan melemparnya ke dalam tong sampah terdekat. Dia memeriksa seisi ruangan itu, manatau Moses berhasil menyimpan satu atau dua botol alkohol tanpa sepengetahuannya. Sejak Nona Sandra melarikan diri saat mereka sedang berlibur ke Alaska lima bulan yang lalu, Moses pulang ke Chicago seperti cangkang yang kosong. Terlebih lagi, dua dokumen penting sudah menunggu tanda tangan Moses. Yang satu adalah surat cerai. Satunya lagi berisi surat pemindahan kepemilikan saham. Ya, Sandra melepas semua sahamnya untuk Mos