“Dimana Claire?!” bentak Nick dengan amarah bergejolak.
Serius, saat melihat Levin berada dalam satu kamar yang sama dengan sahabatnya, saat itu pula otak Nick dipenuhi dengan berbagai macam pikiran buruk.Apakah kehadiran Nick terlambat? Apakah Claire sudah terlanjur masuk ke dalam perangkap buaya brengsek macam Levin? Ya Tuhan, semoga saja tidak! Namun jika tidak, kenapa mereka bisa berada berduaan di dalam kamar? Iya kan?Namun jika iya, hatinya pasti akan didera oleh rasa bersalah yang berkepanjangan karena tidak bisa menjaga Claire dengan baik!Levin menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya. Tidak menyangka kalau Nick akan menyerangnya seganas itu dengan pukulan telak yang langsung membuat Levin hampir tumbang. Dan sialnya, Levin sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menghindar! Damn! Sungguh memalukan!Mata Levin menatap Nick dengan pandangan tidak suka. Ya, di mata Levin, Nick adalah saingan dalam memperebutkan perhatian Claire. Wajar jika dSetibanya di rumah Claire, Nick membaringkan wanita itu dan memanggil Susan, asisten rumah tangga yang sudah bekerja pada keluarga Claire sejak mereka masih kecil. Bisa dibilang Susan adalah ibu pengganti bagi Claire karena wanita paruh baya itu selalu menyayangi dan memperhatikan Claire seperti anak kandungnya sendiri. Sejak kepergian mommy Adele, selain Nick, ada Susan yang bisa Claire andalkan. Tidak heran kalau Nick dan Claire sudah menganggap Susan sebagai bagian dari keluarga.“Maaf karena membangunkanmu selarut ini, tapi aku ingin minta bantuan untuk menggantikan pakaian Claire. Dia mabuk, jangan biarkan dia terlelap dengan pakaian kotor,” pinta Nick yang dipahami oleh Susan.“Baik, Tuan.”“Terima kasih, Susan.”Sejak awal, Susan memang meminta Nick dan Claire untuk memanggilnya dengan nama saja tanpa ada embel-embel ‘bibi’ atau lain sebagainya. Mungkin terdengar tidak sopan karena usia Susan hampir menyamai orangtua Nick maupun Claire, tapi karena itu pe
Ucapan Nick membuat Claire teringat akan kejadian kemarin meski tidak seluruhnya. Claire ingat kalau dirinya memang mabuk berat semalam. Claire ingat kalau ada yang merampas ponselnya saat sedang menghubungi Nick.Claire ingat ada pria yang ingin memaksakan ciuman padanya meski akhirnya ada yang membantu Claire untuk menggagalkan niat jahat pria itu.Tapi hanya sebatas itu, Claire bahkan tidak tau siapa yang membantunya. Apakah Nick? Bukankah Claire menghubunginya? Bisa saja kan? Tapi apa mungkin? Mengingat jeda waktu yang sangat singkat? Ahh, entahlah, Claire pusing! Otaknya masih belum sepenuhnya pulih! Otaknya belum bisa diajak berpikir! Jika boleh, Claire ingin tetap melanjutkan tidurnya, tapi ucapan Nick selanjutnya menggagalkan niat Claire. “Bangunlah, karena setelah ini ada hal yang harus kamu jelaskan padaku!”Ucapan Nick membuat Claire mengerang malas, sadar kalau sebentar lagi dirinya akan diinterogasi oleh pria itu, bukan hanya diinte
Johan menarik nafas pelan saat mendengar jawaban Levin. Baru kali ini Johan melihat tuan mudanya segalau ini hanya karena masalah wanita. Biasanya para wanitalah yang galau karena ulah tuan mudanya, tapi sekarang malah sebaliknya. Sepertinya inilah yang dinamakan dengan hukum karma! “Menilik dari cerita anda, saya yakin kalau anda memang menyukai nona Claire meski mungkin sekarang anda masih perlu waktu untuk meyakinkan diri, tapi cepat atau lambat anda pasti akan menyadari perasaan anda terhadap nona Claire. Sedangkan mengenai hubungan antara nona Claire dengan pria yang bernama Nick, saya sebenarnya cukup ragu dengan persahabatan mereka. Bisa saja mereka berdua memiliki perasaan khusus namun enggan mengungkapkannya karena takut merusak persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-tahun hingga akhirnya menjadikan persahabatan sebagai cara aman untuk saling menunjukkan perhatian,” analisis Johan. “Apalagi mendengar dari cerita anda barusan, saya menangkap hubungan
Mia bertanya-tanya dalam hati. Siapa pria itu sebenarnya? Apakah Claire memiliki bodyguard tanpa sepengetahuan Mia? Makanya rencananya selalu gagal? Tapi sepertinya tidak karena wanita itu tidak pernah bercerita mengenai hal itu. Atau Claire memang sengaja menutupinya? Mia meremas rambutnya dengan frustasi. Tidak memahami apa yang terjadi. Namun apapun itu, Mia tau kalau dirinya tidak bisa lagi melanjutkan rencananya atau perbuatannya akan tersebar luas dan merugikan dirinya sendiri. ‘Lebih baik untuk saat ini aku tidak melakukan apapun. Aku tidak ingin celaka hanya karena wanita sialan itu!’ batin Mia, terpaksa memupus rencana busuknya, meski hanya sementara waktu karena nanti, jika waktu yang tepat kembali muncul, Mia pasti tidak akan menyia-nyiakannya dan saat hari itu tiba, Mia akan pastikan kalau rencananya berjalan mulus, tidak seperti kemarin! *** “Jadi apa yang terjadi semalam?” tanya Nick, memulai sesi interogasi setelah Claire selesai mandi dan tampak s
Nick mendekati Claire yang sibuk meredakan batuknya karena shock mendengar jawabannya barusan. Dengan lembut pria itu mengusap punggung Claire agar batuknya mereda hingga tidak lama kemudian hanya batuk kecil yang terdengar. “What?! Maksud kamu, aku sekamar dengan pria brengsek itu?!” pekik Claire meski kekagetannya mungkin sedikit terlambat akibat batuk yang datang menyela. Nick mengangguk membuat Claire ternganga. Menolak percaya, tapi masalahnya, Claire yakin kalau Nick tidak mungkin berbohong untuk hal sepenting ini, jadi apa yang diucapkan pria itu pasti kenyataan. Damn! “Tapi tidak ada yang terjadi kan? Hmm… kamu pasti tau maksudku kan? Dia tidak melakukan hal itu lagi padaku kan?” cecar Claire panik. Tidak ingin melakukan kesalahan bodoh untuk yang kedua kalinya. Kepanikan yang muncul di wajah Claire membuat Nick curiga namun pria itu berusaha mengabaikannya, berpikir kalau itu adalah hal yang normal. Bagaimana tidak? Siapapun pasti panik jika tau telah se
“Aku ingin bicara!” Ucapan yang bernada perintah keluar dari bibir Claire. Setelah itu, Claire berjalan menuju mobil, seolah isyarat bagi Levin agar mengikutinya. Claire tidak ingin ada orang lain yang melihat dirinya sedang bicara berduaan dengan Levin. Claire tidak ingin dijadikan bahan gossip. Dan yang lebih penting, Claire tidak ingin perbincangan mereka didengar oleh orang lain. Apa yang hendak Claire bicarakan kali ini adalah rahasia. Secret and confidential! Jika mahasiswa lain tau dirinya berada di kamar berduaan dengan Levin, pasti bisa jadi skandal yang menghebohkan! Levin, yang masih tidak menyangka kalau Claire akan menghampirinya hanya bisa menurut dan mengikuti langkah kaki wanita itu, meski sedikit heran karena Claire mengajaknya ke mobil membuat pikiran nakal berkelebat di benaknya.“Jangan membayangkan hal kotor! Claire tidak mungkin mengajakku melakukan hal itu di mobil, apalagi ini di kampus! Apa jadinya jika mahasiswa lain melihat ada mobil yan
“Apa kamu sering mabuk? Sepertinya dua kali kita bertemu secara tidak sengaja dan dua kali pula kamu dalam keadaan mabuk,” tanya Levin tiba-tiba.Pertanyaan yang membuat Claire mengernyitkan kening. Belum mengetahui kemana arah pembicaraan Levin tertuju, namun di telinga Claire, pertanyaan itu seperti sedang menyinggungnya membuat sikap ketusnya kembali muncul. “Apa kamu pikir aku alkoholik yang sering mabuk?” ketus Claire, salah memahami maksud pertanyaan Levin hingga pria itu berdecak. “Maksud pertanyaanku bukan itu. Tolong jangan selalu menganggap negative pertanyaanku,” keluh Levin membuat Claire terdiam, merasa sedikit bersalah. Akhirnya wanita itu menjawab pelan,“Tidak. Tubuhku terbilang cukup kuat menghadapi alkohol.”“Lalu kenapa kemarin kamu mabuk? Apa ada yang menjebakmu lagi?” selidik Levin, ingin mengetahui sampai sebatas mana Claire akan merespon pertanyaannya. Claire terdiam. Di telinganya, pertanyaan Levin terkesan menjebak dan terlal
Mia memandang dari kejauhan. Meski samar, tapi matanya tidak minus ataupun buta, Mia mengenal dengan jelas sosok Levin dan Nick yang ada di dekat Claire, seolah sedang ‘mengapit’ wanita itu dari sisi kiri dan kanan, meski kata ‘mengapit’ hanya sekedar kiasan karena kenyataannya Nick berada di luar mobil, di samping kanan Claire, sedangkan Levin berada di dalam mobil, di samping kiri Claire. Pemandangan itu membuat Mia curiga sekaligus iri. Tidak suka jika Claire didekati oleh dua pria yang memiliki ketampanan di atas rata-rata dan menjadi incaran dari banyak wanita di kampus ini, termasuk Mia! Dan lagi, sejak kapan Claire mengenal Levin hingga bisa berduaan di mobil dengan pria itu? Kenapa Mia tidak menyadarinya?Kalau hanya Nick, Mia tidak akan seheran ini karena mereka berdua memang bersahabat sejak lama, tapi masalahnya ini adalah LEVIN! Playboy tampan yang terkenal dengan kebrengsekannya di kampus tapi tetap tidak mengurangi pesona yang dimilikinya. Wajar jika Mia
Malam harinya…Claire mendesah kesal saat telepon di kamarnya berbunyi dan security memberitahu tentang kedatangan Levin. Padahal Claire ingin istirahat karena tubuhnya terasa lelah setelah hampir seharian menemani Nick mencari kado untuk ulang tahun pernikahan orangtuanya, tapi Levin malah menghancurkan rencana Claire! Oh, ini semua pasti karena ucapan bodohnya yang mengiyakan permintaan Levin untuk berteman. Lihatlah apa yang terjadi sekarang? Tidak heran kalau Levin merasa bebas datang ke rumah ‘temannya’ kan? Damn! Ingin rasanya Claire mengusir Levin, tapi jika begitu dirinya akan terlihat seperti wanita yang tidak punya pendirian dan tidak bisa menepati ucapannya sendiri. Sedangkan Claire tidak suka dicap seperti itu. Meski enggan, Claire terpaksa menemui Levin. Claire turun dengan wajah memberengut kesal. Malam ini, meski hari minggu, daddy Alex harus pergi ke Singapura karena besok pagi ada meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Praktis, di rumah hanya
Claire menggenggam tangan daddy Alex sambil mengulas senyum tipis. “Ini memang sudah kehendak Tuhan, Dad. Yang penting daddy tidak pernah melupakan mommy. Mommy pasti merasa bahagia karena bisa menjadi pendamping hidup daddy meski dalam waktu yang terbilang singkat.”“Ya, kamu benar. Daddy pun merasa seperti itu. Kehadiran mommy kamu di dalam hidup daddy adalah hal yang paling membahagiakan untuk daddy.”Hening sejenak sebelum daddy Alex kembali bersuara. “Claire, daddy ingin minta maaf.”Claire mengangkat alis. Tidak paham kenapa daddy Alex meminta maaf padanya. Bukankah Claire yang membuat masalah? Tapi kenapa daddy Alex yang minta maaf?“Minta maaf mengenai apa, Dad? Seingatku daddy tidak memiliki kesalahan apapun padaku. Justru aku yang harus minta maaf karena telah membuat daddy kecewa.”Tapi anehnya, daddy Alex menggeleng.“Daddy berutang permintaan maaf pada kamu sejak lama. Saat mommy pergi meninggalkan kita, tidak seharusnya daddy sibuk ber
Claire memutar bola matanya dengan malas saat Nick tidak berhenti mengomel. Benarkan ucapannya semalam? Nick sangat protektif dan suka bersikap menyebalkan, inilah salah satu contoh nyatanya. Padahal hanya perkara ponsel tidak aktif, apalagi jika pria itu tau tentang kehamilan Claire? Nick pasti langsung ceramah tanpa jeda! Atau yang lebih parahnya lagi, misalkan Nick tau pria yang menghamili Claire adalah Levin, habis sudah riwayat Levin, dan juga riwayat Claire pastinya! Bisa terjadi perang ketiga tanpa peringatan! “Iyaaaaa, udah sih jangan marah-marah terus. Cepat tua lho! Lagipula ini masih pagi, tolong jangan mulai ceramah!” sungut Claire. “Aku khawatir, Claire! Aku pikir kamu lagi clubbing dan terkapar lagi entah dimana,” sindir Nick membuat Claire meringis, sadar kalau pria itu sedang menyindirnya yang pernah sekamar berduaan dengan Levin meski tanpa sadar.Oh, Nick tidak tau kalau Claire tidak akan clubbing lagi. Apa jadinya kalau dirinya masih minum alko
Daddy Alex mengangkat alis saat mendengar permintaan Claire. “Nick juga tidak tau tentang kehamilan kamu? Bagaimana mungkin kamu menutupinya dari Nick yang adalah sahabat terdekatmu?”“Mungkin saja, Dad. Karena sampai detik ini hanya daddy yang tau dan aku juga tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanku, termasuk Nick.”“Daddy paham jika kamu tidak ingin orang lain tau mengenai kehamilanmu, tapi harusnya dengan Nick tidak masalah kan?” tanya daddy Alex, masih belum memahami jalan pikiran putri kandungnya. “Justru jika Nick tau mengenai kehamilanku, itu akan menjadi masalah besar, Dad. Daddy tau sendiri kalau Nick jauh lebih protektif daripada daddy. Selain protektif, Nick juga suka bertindak menyebalkan, dia pasti akan mengomeliku dan menceramahiku habis-habisan. Padahal daddy saja tidak melakukannya,” sungut Claire membuat daddy Alex terkekeh pelan. Tidak bisa memungkiri kebenaran dari ucapan putrinya. Ya, bagaimanapun juga daddy Alex melihat Nick tumbuh
Daddy Alex mengusap wajahnya yang terlihat semakin tua setelah mendengar pengakuan Claire. Pria paruh baya itu menghela nafas berat. “Jujur, daddy sangat kecewa dengan kamu. Selama ini daddy tidak pernah melarang kamu untuk melakukan apapun yang kamu suka, tapi daddy sudah berulang kali mengingatkan kamu agar tidak melewati batas, tapi malah akhirnya terjadi hal seperti ini. Namun di sisi lain, daddy menghargai kejujuran kamu. Mengakui hal sebesar ini pasti bukan hal yang mudah untuk kamu.” “Maaf, Dad.”“Tapi daddy juga merasa bangga karena kamu berani bertanggung jawab atas kesalahan yang telah kamu lakukan, meski tanpa sengaja. Kamu sudah dewasa dan sudah bisa menentukan jalan hidupmu sendiri, jadi jika kamu merasa Melbourne adalah negara yang tepat untuk ditinggali, daddy tidak akan melarang kamu. Daddy akan mendukung apapun keputusan kamu, asalkan kamu yakin kalau itu memang yang terbaik untukmu dan si kecil.”Claire menatap daddy Alex dengan mata berkaca-kaca.
Lagi, daddy Alex mendesah berat. Melihat kekecewaan yang terpancar dari wajah sang daddy membuat rasa bersalah yang menyerbu hati Claire kian meningkat. Selama ini Claire bertekad untuk tidak mengecewakan orangtuanya, tapi lihatlah kini apa yang dirinya lakukan terhadap daddy Alex? Claire bukan hanya mengecewakan daddy Alex, tapi juga membuatnya malu dengan hamil di luar nikah, tanpa tau siapa ayah dari bayi yang dikandungnya, setidaknya itulah yang Claire akui pada daddy Alex. “Apa kamu tidak berniat mengugurkan bayi itu?”“Tentu saja tidak, Dad! Bayi ini tidak berdosa, jadi aku tidak akan pernah membunuhnya. Apalagi meski bayi ini hadir karena kecerobohanku, tapi dia tetap darah dagingku, Dad!” sergah Claire, cukup kaget dengan pertanyaan daddy Alex.Tak urung hal itu membuat hati Claire bergetar takut. Takut daddy Alex memaksanya untuk melakukan aborsi, hal yang tidak mungkin Claire lakukan. Cukup sekali dirinya melakukan kesalahan, Claire tidak ingin melak
Keesokan harinya…Telapak tangan Claire saling bertaut. Hal yang selalu dilakukannya saat rasa gelisah melanda hatinya. Ini adalah hari pengakuan, wajar jika jantungnya berdebar kencang.Saking gelisahnya, suara ketukan pelan pun terdengar bagaikan bom di telinga Claire hingga wanita itu terlonjak kaget. “Nona, tuan besar sedang menunggu anda di ruang makan agar bisa makan malam bersama,” panggil Susan lembut. Oke, inilah saatnya. Tidak ada lagi kata mundur. Setiap weekend, daddy Alex memang lebih sering berada di rumah, kecuali jika ada urusan di luar kota atau luar negeri. Sedangkan hari-hari biasa dari Senin sampai Jumat, Claire malah tidak tau daddy Alex pulang ke rumah jam berapa saking sibuknya, maka dari itu Claire memilih weekend untuk mengaku dosa. Saat dimana daddy Alex bisa bersantai di rumah. “Oke. Sebentar lagi aku turun ke ruang makan.”Susan berlalu pergi, meninggalkan Claire yang sibuk menyiapkan hati. Wanita itu menghembuskan nafas panjang
Claire menelan saliva dengan gugup saat mendengar ucapan sang dokter. Tidak heran kalau suaranya sedikit terbata saat menjawab,“Ba… baik, Dok.”“Untuk point terakhir biasanya cukup sulit dilakukan karena suami anda belum terbiasa saat harus ‘puasa’ dadakan, ditambah lagi umumnya gairah ibu hamil bisa melonjak naik karena pengaruh hormon,” lanjut Rena, tidak memahami rasa canggung yang Claire rasakan. Atau bukan tidak paham tapi tidak peduli? Entahlah, yang pasti Claire hanya diam mendengar ucapan dokter yang membuat wajahnya memerah. Meski itu adalah hal yang wajar mengingat dokter kandungannya tidak mengetahui tentang kondisi Claire yang sebenarnya dengan pria yang menanam benih dirahimnya.“Baik, Dok.”Claire keluar dari ruangan, bergegas menebus resep yang ditulis dan pulang ke rumah.Usai makan malam, Claire merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sibuk memandangi foto bayinya, yang baru terlihat seperti seukuran kacang, tapi dirinya tetap merasa takjub de
Claire mendorong piringnya menjauh, meski hanya lima suapan, tapi setidaknya sudah ada makanan yang masuk ke dalam perutnya. Itu lebih baik daripada kosong sama sekali. Wanita itu menoleh ke arah Susan yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa sekotak sandwich, bekal yang selalu Claire bawa ke kantor karena perutnya selalu meronta kelaparan meski belum waktunya jam makan siang akibat si kecil. “Thank you, Susan,” ucap Claire dan bergegas ke kantor sebelum terlambat.Sore hari di RS Permata Bunda…Claire meremas kedua tangannya dengan gelisah. Sekarang dirinya sedang menunggu antrian untuk menemui dokter kandungan. Heran, waktu sudah sore, tapi kenapa antriannya masih cukup panjang? Apakah dokter yang ditemuinya ini memang bagus?Sejujurnya, Claire tidak tau menau tentang dokter kandungan sama sekali. Dirinya hanya mencari rumah sakit yang cukup jauh dari kantor maupun rumahnya agar kemungkinan untuk bertemu dengan orang yang dikenalnya semakin menipis. Namun ha