Share

Besok Sabtu double up ya

Penulis: JEMMA JEMIMA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Readersss....

author izin absen dulu ya hari ini ngga upload. author balik ke rumah mama dan ngga sempat buka laptop seharian.

bahkan sulit banget curi-curi waktu pas kerja tadi.

Baru jadi 300an kata dan rasanya ngga maksimal kalau nulis yang penting terpenuhi jumlah kata tanpa ada substansi.

Seharusnya sih besok bisa double up buat nutupin hari ini.

Anyway, rencana awal penulisan cerita ini tuh sampai di sekitaran 150k yang digarap rencananya sampai Bulan Mei paling akhir.

Semoga aja bisa konsisten ya sampai cerita selesai dan nggak mengecewakan readers semua.

Sekalian minta tolong boleh yaa...

Jangan lupa kasih review di cerita author ini biar bisa kesundul makin ke atas dan makin banyak yang ngebucin bareng buat kisah Dipta dan Ela ini.

Maaciih sayang-sayangku,

Have a good night and have a good rest yaa.

Love you all

Komen (3)
goodnovel comment avatar
JEMMA JEMIMA
sudah update ya kak
goodnovel comment avatar
carsun18106
alriiight santai aja jemma, enjoy your quality time with mama ^_^
goodnovel comment avatar
Ida Purnama
kok gak nambah mbak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 39 - Mengejar Hendra Dharmawan

    ELAMereka berdua akhirnya melihat ayahnya yang keluar dari restoran Plataran Dharmawangsa didampingi asisten kepercayaannya Pak Subagyo dan pengawal pribadinya Pak Ridho yang berjalan di belakang papa. Saat ini papa sedang intens berbincang dengan rekan politisinya. Papa merupakan salah satu petinggi partai yang mengusung Pak Rahmat Trihadi sebagai calon presiden kontestasi pemilu presiden mendatang. Tawa lebar menghiasi pembicaraan mereka sampai-sampai mereka tak sadar ada Ela dan Dipta yang memperhatikan di satu sudut meja dekat pintu keluar. Justru Pak Ridho duluan yang menyadari kehadiran mereka berdua yang kini berdiri dari tempatnya dan berjalan menghampiri rombongan papa. Pak Ridho bersitatap sejenak dengan Dipta, sebelum memutus kontak dan menghampiri papanya sambil membisikkan sesuatu. Papa mengernyit sejenak, menoleh ke arah mereka berdua sebelum akhirnya mengeraskan rahangnya. Papa menggeleng keras dan memilih untuk terus berbincang dengan rekan kerjanya. “Papa, tolon

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 40 - Syarat direstui

    Ela duduk di samping papanya di kursi belakang. Dipta berada di kursi penumpang bagian depan samping supir. “Kumpul kebo, hah? Semakin lama semakin kamu tunjukkan sikap aslimu, Ela. Wanita liar yang mencoreng nama keluarga!” bentak papanya dengan suara menggelegar. “Itu karena sejak awal Papa nggak pernah mau mendengarkan dan membelaku! Ini semua hasil penjebakan, aku dan Dipta sebagai korban di sini.” Entah sudah berapa lama dia mengulang kaset rusak ini. Menceritakan duduk perkara sebenarnya yang tak pernah divalidasi oleh orang tuanya sendiri. Mengakui bahwa yang mereka katakan saja tidak, apalagi menyetujui permintaan mereka untuk merestui pernikahan! Sungguh jauh panggang dari api! “Tapi kamu yang paling rugi, tahu nggak, Ela!” Papa masih bersikeras dengan argumennya yang penuh penghakiman. “Kamu sudah papa siapkan untuk dijodohkan dengan putra calon presiden, justru bertingkah dan melepaskan Dhanu. Okelah kalau itu hasil penjebakan, tapi pada akhirnya kamu nggak jadi menika

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 41 - Asal Usul Dipta

    “Ayahmu seorang Jeremy Rustam?” Ela masih mengulang-ulang pertanyaan yang sama karena saking terkejutnya dia dengan penuturan Dipta di lobi The Royal Ruby Hotel Senayan. “Tapi kok aku jarang dengar beritanya? Aku tahunya satu lagi putranya yang sekarang memegang jabatan komisaris independen di beberapa BUMN penting yang bergerak di industri petrokimia.” Tak hentinya Ela mencecar Dipta dengan berbagai pertanyaan yang mengawang di dalam pikirannya. “Ah, yeah… panjang ceritanya, Ela.” Dipta tertawa miris seraya menjawab dengan praktis. “Kamu nggak mau cerita tentang itu?” todong Ela. Dia penasaran setengah mati tentang asal usul Pradipta Bagaskara Rustam yang sedang mengendarai mobil dengan tenang di sampingnya. “Nanti aku ceritakan, rasanya nggak elok aku cerita di tengah perjalanan kita saat ini.” Dipta membalasnya dengan bijak. Memang benar, saat ini mereka sudah kembali dari restoran Plataran Dharmawangsa untuk mengambil mobil Dipta yang tertinggal sejak mereka berkendara

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 42 - Rencana Pernikahan Ekspress

    DIPTA“Bisa,” ujarnya menyanggupi.Ela menatapnya tak percaya.“Gimana caranya?”“Pikiran pertamaku adalah private garden party. Maksimal lima puluh undangan dari keluarga dan kerabat dekat saja. Yang penting kamu keluar dari rumahmu dan akhirnya memiliki kuasa serta kendali atas hidupmu sendiri. Tidak lagi tunduk dalam bayang-bayang papamu yang otoriter.” Dipta menjelaskannya sambil tersenyum lebar.“Dan kamu yakin bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu… berapa lama tadi? dua minggu? tiga minggu?”Dipta hanya nyengir lebar

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 43 - Ruko Elektronik

    Dipta tahu jika Ela tidak nyaman duduk di sampingnya dalam sebuah ruko tiga lantai yang di bagian depannya tertulis sebagai toko elektronik dan reparasi barang. Mereka saat ini berada di lantai tiga dengan interior seadanya serta asap rokok yang masih membumbung tinggi meskipun Dipta memaksa anak buah papanya untuk membuka jendela ruko agar terjadi pergantian udara. “Seharusnya aku nggak menuruti keinginanmu untuk ikut ke sini, Ela.” Dipta berbisik di telinga Ela. Dia menyesal mengikuti keinginan tuan putri yang justru mengkhawatirkan dapat membahayakan Ela. “Nasi sudah menjadi bubur, uhuk-uhuk–” balas Ela sambil terbatuk-batuk. Dengan susah payah gadis itu mengibaskan asap yang lewat di depan mukanya dengan kedua tangannya. “Duh untung aja ak

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 44 - Kebenaran Terkuak

    “Jangan kebanyakan omong, keluar aja sekarang.” Perintah papanya sambil menatap tajam ketiga anak buahnya yang Dipta terka masih berada di level terbawah.Tidak ada inner circle papa yang sebegitu bodohnya tak bisa menebak suasana hati bosnya seperti cecunguk ini. Dengan patuh ketiga orang tersebut akhirnya mengikuti perintah papa dan hanya menyisakan empat orang saja di dalam ruangan ini.“Sorry, Jaka nggak bisa cabut. Dia harus tetap berada di sisi saya. Kamu ingat Jaka, bukan?” Papanya menunjuk satu orang yang tetap berada di belakang papa tanpa bicara satu patah kata pun.Dipta melirik ke arah pria d

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 45 - Waktu untuk Menyendiri

    ELA“Mas Dipta,” tegur Ela saat mereka sudah memasuki gerbang perumahan Dipta. Suasana di dalam mobil pun tak kondusif selepas mereka berbicara dengan Jeremy Rustam. Sepertinya Dipta menyimpan segudang kemarahan yang butuh pelampiasan. “Nggak sekarang, Ela. Please biarin aku menenangkan diri dulu.” Hanya itu jawaban Dipta. “Tapi aku mau ikut–” Ela tak ingin membiarkan Dipta sendirian dalam kekalutannya. “Aku mau sendirian dulu,” ulangnya sekali lagi. Ela kembali terdiam mendengar penolakan Dipta. “Kamu nggak nyaman sama aku?” tanya Ela dengan hati-hati. Sudut hatinya berdenyut, takut jika Dipta menjawab iya. Pikirannya sudah melayang ke mana-mana. Dia tahu selama ini dialah yang membutuhkan Dipta, bukan sebaliknya. Tapi jika Dipta melisankannya entah bagaimana Ela menerimanya–“Bukan, tapi aku yang lagi nggak bisa sama siapa-siapa dulu, please–” Namun sanggahan Dipta membuat hatinya sedikit lega, meskipun hatinya tetap berdenyut sakit. Apa karena dia ikut merasakan kesedihan ya

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 46 - Hubungan yang Kompleks

    Kepala Mas Dipta langsung tersentak tatkala mendengar ucapannya barusan.“Apa kamu bilang?” Dipta mengernyitkan dahinya sesaat setelah mendengar ucapan paranoid Ela yang spontan keluar begitu saja.“Apa kita harus membatalkan pernikahan ini? Rasanya nggak adil kalau aku membuat dirimu jadi kayak begini–” Ela kembali mengulang ucapannya.Menegaskan kembali ketakutannya karena pernyataan Dipta yang multi tafsir.“Jangan bicara yang aneh-aneh, Ela.” Dipta menepisnya dengan cepat.Dipta menghembuskan napasnya. Tak berapa lama pria di sampingnya itu akhirnya menarik tangan Ela dan mengecup punggung tangannya. Setelah puas melakukan itu, kini Dipta memainkan je

Bab terbaru

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 101 - Safehouse

    Kemarahan yang tak dapat Dipta tahan akhirnya meledak juga tatkala dirinya mendapati keadaan Ela di dalam ruang meeting bersama Hakim dan Dhanu. Hakim dengan santai memperhatikan Dhanu dan Ela yang bertengkar hebat ketika Dipta dan kedua rekannya menjejakkan kaki di dalam ruangan tersebut. Tanpa basa-basi, Dipta langsung menghambur menghampiri Ela. Prioritas utamanya, untuk memastikan istri tercintanya tak kurang satu apapun. Rambut Ela berantakan, lengannya yang halus berubah menjadi kemerahan. Sontak semuanya membuat Dipta gelap mata dan dia paham siapa yang menyebabkan keadaan Ela seperti sekarang. Dhanu, manusia brengsek yang terguling memegang selangkangannya sambil mencicit kesakitan seperti hama tikus. Tanpa pikir panjang, Dipta menarik kerah baju Dhanu dan mulai menghajarnya. Kegeramannya tak bisa ditahan-tahan lagi, dan Dhanu memang layak mendapatkan bogem mentah setelah semua hal gila yang dia lakukan kepada Ela. Even killing him in one go was still not enough for Dipta

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 (II) - Buzzer

    Pagi hari dirinya dan Ela berpisah tujuan, sang istri ke galeri memulai kegiatannya dan Dipta berkumpul bersama Mas Sultan untuk pergi ke basecamp yang disewa Reza demi mengecek hasil buzzing mereka semalam. Turned out it went exceptionally well. Apalagi ketika muncul beberapa bukti tentang betapa bejatnya seorang Dhanu. Pria itu menggunakan kekuasaan ayahnya dengan serampangan, dan betapa mudah mengangkangi hukum. Terutama ketika narasi pria itu pernah mabuk sambil membawa mobil dan menabrak seseorang hingga meninggal dunia. Kasusnya sempat ramai beberapa tahun lalu, sebelum akhirnya hilang terkubur begitu saja tanpa bekas. Tentu karena kekuasaan seorang Rahmat Trihadi yang berhasil membungkam semuanya dan membersihkan informasi tersebut, ditambah lagi Dhanu diungsikan ke luar negeri dengan dalih bersekolah di luar. Ketika berita lama itu kembali muncul ke permukaan, perbincangan dunia maya lambat laun beralih pada kapabilitas Rahmat Trihadi dalam bursa pemilihan presiden. Tagar k

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 - Buzzer

    Sejak kemarin malam, Dipta bersama Mas Sultan, Gala dan juga Reza–ketua tim elit Alfa yang dibentuk oleh Nero sibuk mengunjungi satu gedung perkantoran kecil dan tak mencolok yang rupanya dipakai sebagai salah satu basecamp kelompok buzzer yang berafiliasi dengan tim Alfa untuk operasi menjatuhkan reputasi Dhanu Trihadi. Suatu hal baru bagi Dipta berkecimpung di dunia abu-abu seperti ini. Namun, Dipta percaya kepada Mas Sultan dan Nero yang akan membantunya untuk melepaskan ikatan dirinya dengan Rustam serta memastikan keadilan untuk istrinya. Tentu saja buzzer yang dipakai oleh tim Reza adalah tim kualitas terbaik yang dibantu dengan teknologi mutakhir artificial intelligence dengan data set machine learning yang mumpuni. Jadi mereka tak perlu banyak orang dalam menggerakkan buzzer di dunia maya, karena akun-akun ternakan tersebut merupakan bot dengan kemampuan berbahasa yang lebih natural. Sehingga semua cuitan dan serangan online yang dilancarkan oleh tim buzzer ini berkualitas se

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 99 - Baku Hantam

    Ela ragu bagaimana dia harus bersikap di hadapan Hakim dan Dhanu sekarang untuk membalas ancaman dan juga ucapan mereka yang tak Ela mengerti satu pun. Yang bisa Ela tanggapi hanyalah tentang video privat dirinya dan Dipta yang sialnya… mungkin sudah jatuh ke tangan Hakim dan Dhanu. Badannya seketika menggigil. Ela merasa ditelanjangi dan dipermalukan oleh kedua pria kurang ajar ini. “Kalian cuma bisa mengancam perempuan untuk menyelesaikan masalah seperti ini? You? All of the people?” Ela mengejek dan memprovokasi mereka. Sikapnya yang seperti ini semata dilakukan untuk melindungi diri agar tak diinjak-injak lebih dalam lagi. “Siapa sih konsultan politik kalian? They can’t even navigate and cool down the negative news?” tambalnya dengan nada dingin. Kali ini Hakim yang terlihat jengkel, dan Dhanu geram karena diskak oleh Ela. “How was it, sleeping with Dipta? Better than Dhanu?” Tapi Hakim justru membalas ucapan Ela dengan remark yang merendahkan martabatnya sebagai perempuan.

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 98 - Ancaman

    Baru saja Ela keluar dari galeri, dia sudah dihadang oleh dua orang pria yang tidak Ela kenali. “Ibu Elaina? Pak Hakim sudah menyiapkan mobil,” ujar seorang pria yang kini beralih pindah ke sebelah Ela. Satu orang lagi bergerak di belakang Ela. “Saya bawa mobil sendiri.” Dia mencoba menghindar dan memperlebar jarak dari keduanya. Tapi sayang, mereka sudah mengepungnya dan memaksanya untuk ikut ke dalam mobil. “Pergi atau saya teriak–” ancam Ela dengan sungguh-sungguh. Kedua pria itu saling menatap, berkomunikasi tanpa kata hingga salah seorang pria menganggukkan kepalanya. “Saya ikut dalam mobil Anda. Rekan saya akan mengikuti dari belakang.”Itu bukanlah balasan yang Ela ingin dengar. Tetap saja berbahaya baginya. “Nggak bisa!” tolaknya dengan keras. “Jangan mempersulit, Bu. Kami tidak akan melukai Anda. Kami hanya butuh mengantar Anda sesuai tujuan. Lebih cepat lebih baik. Pak Hakim berkata jangan main-main,” ancamnya yang membuat Ela semakin frustasi dan ketakutan. Mereka

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 97 - A Call

    “Ela, semua bahan press udah naik tayang ya di beberapa media? Dari komunitas lelang, charity dan donor sendiri gimana? Apa feedback dari mereka? Dan untuk komunitas dari luar negeri sudah beres di handle? Perwakilan mereka sudah ada LO masing-masing, kan?” Mbak Rengganis memberikan daftar panjang checklist hal-hal yang harus Ela persiapkan menjelang pembukaan art exhibition yang sudah semakin dekat. “Aman, Mbak. Kita udah sebar juga ke komunitas, artists, dan art influencer di beberapa media sosial seperti Tiktok, i*******m, vlogger dan blogger. All good, dan hype di media juga cukup oke kalau saya pantau,” jawab Ela untuk satu pertanyaan Mbak Rengganis. Rengganis mengangguk mendengar penjelasannya. “Lalu untuk badan amal, charity sudah cukup banyak yang RSVP, dan beberapa donor pun sudah RSVP untuk acara pembukaan. Mereka sudah siap dengan bidding lot beberapa karya yang akan dilepas untuk lelang,” lanjutnya sambil mengecek buku agendanya. Mengecek secara detail pertanyaan dari

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 96 - Sunday Morning

    ELA“Kamu mau sampai kapan tiduran terus, Sayang? Memang nggak pusing?” Suara bariton khas suaminya membuat Ela semakin nyaman bergelung di dalam selimutnya. “Hmm,” protesnya tanpa membuka matanya yang masih terasa berat. “Nanti kamu malam malah nggak bisa tidur, lho. Kacau semua jadwal tidurmu nanti. Terus nanti kamu malah nenggak espresso dan makin jadi itu GERD-nya! Ayo bangun dulu!” Kini Dipta tak hanya memintanya bangun. namun tangan lelaki itu sudah sibuk menjawil pipinya dan menggelitiki perutnya dengan leluasa. “Mas!” Suara protesnya semakin membesar.Susah payah Ela menepis tangan Dipta yang sudah mulai usil mengganggu kesenangan tidurnya pagi ini. Eh, ini masih pagi, bukan? Astaga, Ela masih begitu ngantuk! A little more sleep couldn’t hurt, ‘kan?Acara soiree semalam sukses membuatnya seperti zombie hidup hingga lepas tengah malam. Mereka berdua baru bisa kembali ke rumah hingga jam tiga dini hari. Bahkan Ela tak ingat apa yang dia lakukan setelah melepaskan sepatu yan

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (II)

    “Gue udah dapat lead tentang video itu. Setelah pengembangan investigasi dari informasi Grace Hariman, kita bisa tracing di mana mereka menyimpan file tersebut. Kemungkinan besar ada di kediaman Dhanu.” Nero bergumam. “Gue udah coba trace sisa-sisa file dari device Grace dan komplotannya. Sejauh ini memang tidak ada, tapi memang gue sejujurnya masih khawatir kalau gue melewatkan hal krusial,” ujar Mas Sultan menimpali. “Double confirm. Gue juga udah nyuruh anak buah gue–Reza, untuk mengecek kembali seluruh device Grace dan anak buahnya. Sudah bersih. Gue hampir yakin master file ada di tangan Dhanu.” Nero mengangguk setuju. Dipta menoleh ke arah Nero yang bersedekap. “Kita bagi tugas, gimana?” celetuk Nero tiba-tiba. Mas Sultan menaikkan sebelah alisnya. “Tell us, I am all ears.” “Tugas pertama adalah tarik master file dari Dhanu. By all means necessary. Bahkan sampai harus pakai jalan hacking, bribery, and well, you know–” Dipta mengangguk, mengerti ke mana arah pembicaraan Ner

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (I)

    “Lho? Sudah selesai rapatnya toh?” Dewi Sastrowilogo terperangah ketika melihat gerombolan pria yang berdiri di depan lift dengan beragam ekspresi yang tercipta di wajah mereka masing-masing. Raka yang kepalang kesal, Darius dan Nero yang getol ngecengin Raka, serta dirinya dan Mas Sultan yang kebingungan di tengah internal joke yang saling dilemparkan tiga serangkai ini. Mereka berlima memberikan jalan kepada tiga perempuan itu untuk keluar dari lift, dan menutup kembali pintu lift. Membatalkan rencana untuk turun demi berbincang dengan Bu Dewi dan rombongan kecilnya. “Mau ke mana kalian?” todong Bu Dewi. “Ke bawah, Tante. Mau ngerokok–” Darius menjawab sebelum berhenti ketika melihat istrinya melotot ke arahnya. “Err… cari angin di luar,” ralatnya buru-buru. “Temani kami saja, ini Ibu mau tunjukkan koleksi spesial Ibu kepada Amira dan Prajna, supaya mereka tahu beberapa pusaka dari Sastrowilogo,” tutur Bu Dewi yang membuat para lelaki mati kutu di tempat mereka berdiri. Amira

DMCA.com Protection Status