Share

Bab 19 - Tea Time

Author: JEMMA JEMIMA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Iya, kamu orangnya tertutup dan irit bicara,” ujar Ela menanggapi.

Ela yang kini berada di hadapannya sambil memegang cangkir teh yang hangat terlihat sedikit lebih rileks dibandingkan ketika Dipta menemuinya tadi di halaman depan rumahnya saat gadis itu berniat kabur dari rumahnya.

Ah, benar juga. Rasanya Dipta harus berbincang mengenai rencana Ela ke depannya. Apalagi kini Dipta perlu terlibat secara penuh karena baik langsung maupun tak langsung, kini kehidupannya akan terus bersinggungan dan terus berjalan beriringan dengan hidup Ela.

Tapi tunggu dulu, sampai mana pembicaraan mereka tadi? Rasanya Dipta mudah sekali terdistraksi oleh hal-hal yang berkaitan dengan Ela akhir-akhir ini. Fokusnya jadi mudah terbagi.

Ah, ya! Tentang dirinya yang irit bicara.

“Kalau bekerja ya memang harus fokus, makanya nggak perlu banyak bicara,” ucap Dipta. Jawabannya sedikit lebih lambat dari yang seharusnya.

“Tapi ternyata kalau bicara berdua begini, malah kelihatan lebih cerewet,” kikik
JEMMA JEMIMA

Aku nggak tahu kenapa ini, dua hari terakhir sepertinya salah pencet tombol yang seharusnya save jadi publish, makanya chapter ini agak gantung dan satu chapter di bab lainnya sempat menggantung gitu ceritanya. Tapi sudah diperbaiki kok, dan semoga saja dalam beberapa hari atau beberapa waktu ke depan sudah bisa tayang versi lengkapnya ya setelah editor approve. Thanks a lot guys, happy reading

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
JEMMA JEMIMA
haha, karakter karakter Jemma emang kebanyakan ngomongnya gado-gado kek anak Jaksel ya
goodnovel comment avatar
carsun18106
yaudh la, curhat aja sama bang dip, lambat laun kamu akan menyadari betapa your so-called keluarga itu not that worthed #anakjkselmodeon xixixi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 20 - Perbincangan Hangat

    Malam ini dilalui Dipta dan Ela dengan sedikit kikuk selepas gadis itu curhat dan menangis di dalam pelukannya. Suasana melankolis pun mereda semakin malam, karena pada akhirnya Ela berhasil mengendalikan diri dengan baik dan sikapnya kembali tenang.Tapi ada yang berbeda dari gadis itu, karena kini senyumnya terlihat lebih ringan dan bias sedih di matanya menghilang sedikit demi sedikit.Seperti yang Dipta yakini, waktu pasti akan membantu menyembuhkan luka yang dirasakan Ela.“Ah, sebenarnya saya juga mau bicara satu hal sebelum kita tidur,” ujar Dipta tiba-tiba.Mereka berdua kini melanjutkan minum teh di ruang keluarga dengan berita bisnis malam hari yang disiarkan di televisi sebagai latar suara yang melingkupi mereka saat ini.&nb

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 21 - In the Morning

    ELAEla bangun dalam keadaan disorientasi. Ketika membuka matanya, dia menatap langit-langit asing dan juga bantal dan ranjang yang rasanya berbeda dengan yang biasa dia pakai di rumah. Anehnya, Ela bisa mendengar suara derung motor dan mobil di luar secara samar-samar. Berbeda 180 derajat dengan kamarnya yang di-setting kedap suara demi kenyamanan maksimal saat Ela terlelap. Koper,cangkir teh, diskusi mendalam, Tangis dalam pelukan,Kepingan ingatan kembali menyeruak seiring peningkatan kesadarannya setelah dia bangun. Ela paham di mana dia sekarang. Dia berada di rumah Dipta, eks pengawal pribadinya. Dia duduk dan bersandar sejenak sembari stretching di pagi ini. Menikmati pagi yang lambat dengan menyusun rencana yang akan dilakukan pagi ini. Yang pertama, mencari tempat tinggal yang proper. Sepertinya apartemen adalah satu pilihan masuk akal saat ini. Yang kedua, membuka kembali portal linkedin-nya dan mulai aktif mencari lowongan pekerjaan agar dia bisa kembali bekerja.

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 22 - Pembicaraan Hangat

    Ela terdiam sejenak ketika mendengar pertanyaan lanjutan dari Dipta. ‘Kenapa kamu bertanya begitu?’Ela rasa pertanyaan Dipta bisa menciptakan satu wacana baru tentang hasil hubungan satu malam mereka. “Jujur aja, Mas Dipta… aku nggak pernah tahu kehidupan pribadi kamu, even I don’t know when is your birthday! Aku bahkan nggak tahu apa kamu sedang menjalin hubungan dengan orang lain–Oh gosh! Jangan bilang kamu punya pacar, Mas?” Ela menatap horor ke arah Dipta. Dia tak ingin dicap sebagai pelakor yang merebut laki-laki lain! Sudah cukup dia mendapatkan hinaan karena rumor dan fitnah tentang dirinya merebut Harsya dari Mbak Deshinta!Dipta hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. “Nggak kok, saya nggak punya pacar–” jawab Dipta sebelum diselak oleh Ela yang sedang panik. “Istri juga nggak punya, kan?” bisik Ela penuh ketegangan. Dipta justru tersenyum semakin lebar menanggapi pertanyaan Ela. “Nggak, kok!” bantahnya sambil terkikik geli. “Pacar, istri, tunangan bena

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 23 - Tektok Perbincangan

    “Masih butuh penjelasan lagi? Saya bisa membeberkan daftarnya sekarang kalau kamu mau, Ela.” Kedua manik mata Dipta menatapnya dengan intens. Pria itu sepertinya tahu jika Ela membutuhkan ruang dan jarak agar otaknya bisa berfungsi normal kembali. Ruang napasnya terasa semakin menyempit dan dia bernapas dengan berat. Dipta tak berkata apapun, dan dia hanya menaikkan sedikit alisnya saat mendapati Ela mundur beberapa langkah. The tension was high! Ela tak tahu kalau mereka bisa menciptakan suasana seperti ini hanya dari pembicaraan spontan di pagi hari ketika ingin sarapan. “Nggak, udah cukup, Mas.” Ela mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia tak tahu apa yang akan terjadi jika dia melanjutkan diskusi dengan tensi tinggi seperti ini. Dipta pun sepertinya menyadarinya, dan dia mengerutkan dahinya dan menghembuskan napas perlahan. “Ayo kita duduk dulu, sepertinya ini bukan pembicaraan yang bisa diselesaikan dengan kita berdiri seperti ini.” Dipta menunjuk kursi dengan gestur ke

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 24 - Intensity

    DIPTASepertinya diskusi yang mereka lakukan pagi hari ini membawa tensi baru dalam hubungan mereka. Dipta tahu dia seharusnya lebih berhati-hati lagi dalam bertindak dan bersikap di hadapan Ela.Tapi dia menganggap jika apa yang dilakukannya kini seperti menarik plester luka secara cepat dari luka dalam yang dirasakan Ela saat ini. Supaya luka yang dialami Ela tak akan membusuk jika didiamkan terlalu lama.Dipta pun merasa seperti memiliki kewajiban moral untuk menuntun arah hubungan mereka menuju sesuatu yang lebih baik lagi dibanding dengan hubungan Ela yang telah kandas sebelumnya secara tiba-tiba, dengan cara yang cukup menyakitkan pula!“Bicaramu cukup menyakitkan, Mas. Aku nggak menyangka ternyata kamu begitu blak-blakan dalam menunjukkan apa

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 25

    “Mobilnya sudah selesai dipanaskan, kabari saya ya kalau kamu sudah siap,” ujar Dipta seraya melongok ke dalam rumah untuk mengabari Ela keadaan mobilnya sekarang.Mobil Toyota Rush bekas miliknya akhirnya bisa dioperasikan kembali. Dipta bahkan tidak ingat kapan terakhir kali dia memakai mobil ini kecuali bertujuan untuk memanaskan dan membawanya ke bengkel untuk servis rutin.Jika dia ingin bepergian, dia mengandalkan si Maryam–motor Honda CBR kesayangannya yang sudah menemaninya hampir empat tahun.“Oke, Mas! Sebentar lagi siap!” jawab Ela dari kamar tamu di lantai dua.Setelah sarapan ringan dengan diskusi berat tadi pagi, kini mereka sepakat untuk mengantar Ela mencari apartemen, makan siang bersama, mengantar Di

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 26 - Apartment Hunting I

    Ela sepertinya menaruh rasa iba kepadanya, makanya gadis itu akhirnya mengangguk dan menyanggupi ‘syarat’ darinya jika Ela ingin tinggal sendiri di apartemen. Rasanya kekhawatirannya merupakan hal yang lumrah, terlebih Ela mengalami kejadian traumatis malam itu di hotel. Dipta kembali mengingat ucapan keras Mas Sultan yang mengatakan untung saja ini bukan kasus pemerkosaan, dan Dipta semakin kalut jika memikirkan kemungkinan terburuk kasus penjebakan mereka berdua. “Ya udah, nanti aku kabari.” Ela bergumam kesal, meskipun sejurus kemudian gadis itu melempar senyum kepadanya. Menawarkan perdamaian agar perdebatan mereka tak terus berlarut-larut. Mereka melipir ke sebuah apartemen yang terletak di dekat kawasan bisnis M.H Thamrin. Tentu saja apartemen yang dipilih Ela adalah yang tipe premium dengan fasilitas nomor satu di kelasnya, dan privasi penuh menyeluruh yang membuat penghuninya merasa aman tinggal di apartemen mewah ini. Developer Luxe Haven Apartment ini adalah dari salah

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 27 - Apartment Hunting II

    “Kami ada CCTV di setiap sudut luar koridor apartemen. Tiap koridor hanya ada tiga unit untuk menjaga privasi para tenant. Ada pintu khusus yang hanya bisa dibuka dengan pindai sidik jari tenant yang mengarah langsung keluar koridor jika dibutuhkan. Misalnya tim housekeeper, security, atau tamu tanpa access card, bisa datang lewat sini. Namun semua harus lewat pre-approval list dari resepsionis dan tenant. Jadi aman, Pak.” “Dan sebagai informasi, semua tenant kami melewati pemeriksaan latar belakang dengan ketat, sesuai perintah paling atas, Pak. Nanti Ibu Elaina dan Pak Dipta juga akan melewati background check juga sebelum disetujui oleh tim manajemen atau tidak. Jadi kami tidak sembarangan menerima tenant begitu saja. Ada banyak yang kami tolak karena tidak sesuai dengan kriteria kami,” ucap Ratri panjang lebar dan ditambah dengan senyum sopan ke arah mereka berdua. “Okay, deal. Bisa saya pindah secepatnya?” Ela kemudian duduk di sofa dan menatap Ratri penuh tanya. Dipta beri

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 101 - Safehouse

    Kemarahan yang tak dapat Dipta tahan akhirnya meledak juga tatkala dirinya mendapati keadaan Ela di dalam ruang meeting bersama Hakim dan Dhanu. Hakim dengan santai memperhatikan Dhanu dan Ela yang bertengkar hebat ketika Dipta dan kedua rekannya menjejakkan kaki di dalam ruangan tersebut. Tanpa basa-basi, Dipta langsung menghambur menghampiri Ela. Prioritas utamanya, untuk memastikan istri tercintanya tak kurang satu apapun. Rambut Ela berantakan, lengannya yang halus berubah menjadi kemerahan. Sontak semuanya membuat Dipta gelap mata dan dia paham siapa yang menyebabkan keadaan Ela seperti sekarang. Dhanu, manusia brengsek yang terguling memegang selangkangannya sambil mencicit kesakitan seperti hama tikus. Tanpa pikir panjang, Dipta menarik kerah baju Dhanu dan mulai menghajarnya. Kegeramannya tak bisa ditahan-tahan lagi, dan Dhanu memang layak mendapatkan bogem mentah setelah semua hal gila yang dia lakukan kepada Ela. Even killing him in one go was still not enough for Dipta

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 (II) - Buzzer

    Pagi hari dirinya dan Ela berpisah tujuan, sang istri ke galeri memulai kegiatannya dan Dipta berkumpul bersama Mas Sultan untuk pergi ke basecamp yang disewa Reza demi mengecek hasil buzzing mereka semalam. Turned out it went exceptionally well. Apalagi ketika muncul beberapa bukti tentang betapa bejatnya seorang Dhanu. Pria itu menggunakan kekuasaan ayahnya dengan serampangan, dan betapa mudah mengangkangi hukum. Terutama ketika narasi pria itu pernah mabuk sambil membawa mobil dan menabrak seseorang hingga meninggal dunia. Kasusnya sempat ramai beberapa tahun lalu, sebelum akhirnya hilang terkubur begitu saja tanpa bekas. Tentu karena kekuasaan seorang Rahmat Trihadi yang berhasil membungkam semuanya dan membersihkan informasi tersebut, ditambah lagi Dhanu diungsikan ke luar negeri dengan dalih bersekolah di luar. Ketika berita lama itu kembali muncul ke permukaan, perbincangan dunia maya lambat laun beralih pada kapabilitas Rahmat Trihadi dalam bursa pemilihan presiden. Tagar k

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 - Buzzer

    Sejak kemarin malam, Dipta bersama Mas Sultan, Gala dan juga Reza–ketua tim elit Alfa yang dibentuk oleh Nero sibuk mengunjungi satu gedung perkantoran kecil dan tak mencolok yang rupanya dipakai sebagai salah satu basecamp kelompok buzzer yang berafiliasi dengan tim Alfa untuk operasi menjatuhkan reputasi Dhanu Trihadi. Suatu hal baru bagi Dipta berkecimpung di dunia abu-abu seperti ini. Namun, Dipta percaya kepada Mas Sultan dan Nero yang akan membantunya untuk melepaskan ikatan dirinya dengan Rustam serta memastikan keadilan untuk istrinya. Tentu saja buzzer yang dipakai oleh tim Reza adalah tim kualitas terbaik yang dibantu dengan teknologi mutakhir artificial intelligence dengan data set machine learning yang mumpuni. Jadi mereka tak perlu banyak orang dalam menggerakkan buzzer di dunia maya, karena akun-akun ternakan tersebut merupakan bot dengan kemampuan berbahasa yang lebih natural. Sehingga semua cuitan dan serangan online yang dilancarkan oleh tim buzzer ini berkualitas se

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 99 - Baku Hantam

    Ela ragu bagaimana dia harus bersikap di hadapan Hakim dan Dhanu sekarang untuk membalas ancaman dan juga ucapan mereka yang tak Ela mengerti satu pun. Yang bisa Ela tanggapi hanyalah tentang video privat dirinya dan Dipta yang sialnya… mungkin sudah jatuh ke tangan Hakim dan Dhanu. Badannya seketika menggigil. Ela merasa ditelanjangi dan dipermalukan oleh kedua pria kurang ajar ini. “Kalian cuma bisa mengancam perempuan untuk menyelesaikan masalah seperti ini? You? All of the people?” Ela mengejek dan memprovokasi mereka. Sikapnya yang seperti ini semata dilakukan untuk melindungi diri agar tak diinjak-injak lebih dalam lagi. “Siapa sih konsultan politik kalian? They can’t even navigate and cool down the negative news?” tambalnya dengan nada dingin. Kali ini Hakim yang terlihat jengkel, dan Dhanu geram karena diskak oleh Ela. “How was it, sleeping with Dipta? Better than Dhanu?” Tapi Hakim justru membalas ucapan Ela dengan remark yang merendahkan martabatnya sebagai perempuan.

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 98 - Ancaman

    Baru saja Ela keluar dari galeri, dia sudah dihadang oleh dua orang pria yang tidak Ela kenali. “Ibu Elaina? Pak Hakim sudah menyiapkan mobil,” ujar seorang pria yang kini beralih pindah ke sebelah Ela. Satu orang lagi bergerak di belakang Ela. “Saya bawa mobil sendiri.” Dia mencoba menghindar dan memperlebar jarak dari keduanya. Tapi sayang, mereka sudah mengepungnya dan memaksanya untuk ikut ke dalam mobil. “Pergi atau saya teriak–” ancam Ela dengan sungguh-sungguh. Kedua pria itu saling menatap, berkomunikasi tanpa kata hingga salah seorang pria menganggukkan kepalanya. “Saya ikut dalam mobil Anda. Rekan saya akan mengikuti dari belakang.”Itu bukanlah balasan yang Ela ingin dengar. Tetap saja berbahaya baginya. “Nggak bisa!” tolaknya dengan keras. “Jangan mempersulit, Bu. Kami tidak akan melukai Anda. Kami hanya butuh mengantar Anda sesuai tujuan. Lebih cepat lebih baik. Pak Hakim berkata jangan main-main,” ancamnya yang membuat Ela semakin frustasi dan ketakutan. Mereka

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 97 - A Call

    “Ela, semua bahan press udah naik tayang ya di beberapa media? Dari komunitas lelang, charity dan donor sendiri gimana? Apa feedback dari mereka? Dan untuk komunitas dari luar negeri sudah beres di handle? Perwakilan mereka sudah ada LO masing-masing, kan?” Mbak Rengganis memberikan daftar panjang checklist hal-hal yang harus Ela persiapkan menjelang pembukaan art exhibition yang sudah semakin dekat. “Aman, Mbak. Kita udah sebar juga ke komunitas, artists, dan art influencer di beberapa media sosial seperti Tiktok, i*******m, vlogger dan blogger. All good, dan hype di media juga cukup oke kalau saya pantau,” jawab Ela untuk satu pertanyaan Mbak Rengganis. Rengganis mengangguk mendengar penjelasannya. “Lalu untuk badan amal, charity sudah cukup banyak yang RSVP, dan beberapa donor pun sudah RSVP untuk acara pembukaan. Mereka sudah siap dengan bidding lot beberapa karya yang akan dilepas untuk lelang,” lanjutnya sambil mengecek buku agendanya. Mengecek secara detail pertanyaan dari

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 96 - Sunday Morning

    ELA“Kamu mau sampai kapan tiduran terus, Sayang? Memang nggak pusing?” Suara bariton khas suaminya membuat Ela semakin nyaman bergelung di dalam selimutnya. “Hmm,” protesnya tanpa membuka matanya yang masih terasa berat. “Nanti kamu malam malah nggak bisa tidur, lho. Kacau semua jadwal tidurmu nanti. Terus nanti kamu malah nenggak espresso dan makin jadi itu GERD-nya! Ayo bangun dulu!” Kini Dipta tak hanya memintanya bangun. namun tangan lelaki itu sudah sibuk menjawil pipinya dan menggelitiki perutnya dengan leluasa. “Mas!” Suara protesnya semakin membesar.Susah payah Ela menepis tangan Dipta yang sudah mulai usil mengganggu kesenangan tidurnya pagi ini. Eh, ini masih pagi, bukan? Astaga, Ela masih begitu ngantuk! A little more sleep couldn’t hurt, ‘kan?Acara soiree semalam sukses membuatnya seperti zombie hidup hingga lepas tengah malam. Mereka berdua baru bisa kembali ke rumah hingga jam tiga dini hari. Bahkan Ela tak ingat apa yang dia lakukan setelah melepaskan sepatu yan

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (II)

    “Gue udah dapat lead tentang video itu. Setelah pengembangan investigasi dari informasi Grace Hariman, kita bisa tracing di mana mereka menyimpan file tersebut. Kemungkinan besar ada di kediaman Dhanu.” Nero bergumam. “Gue udah coba trace sisa-sisa file dari device Grace dan komplotannya. Sejauh ini memang tidak ada, tapi memang gue sejujurnya masih khawatir kalau gue melewatkan hal krusial,” ujar Mas Sultan menimpali. “Double confirm. Gue juga udah nyuruh anak buah gue–Reza, untuk mengecek kembali seluruh device Grace dan anak buahnya. Sudah bersih. Gue hampir yakin master file ada di tangan Dhanu.” Nero mengangguk setuju. Dipta menoleh ke arah Nero yang bersedekap. “Kita bagi tugas, gimana?” celetuk Nero tiba-tiba. Mas Sultan menaikkan sebelah alisnya. “Tell us, I am all ears.” “Tugas pertama adalah tarik master file dari Dhanu. By all means necessary. Bahkan sampai harus pakai jalan hacking, bribery, and well, you know–” Dipta mengangguk, mengerti ke mana arah pembicaraan Ner

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (I)

    “Lho? Sudah selesai rapatnya toh?” Dewi Sastrowilogo terperangah ketika melihat gerombolan pria yang berdiri di depan lift dengan beragam ekspresi yang tercipta di wajah mereka masing-masing. Raka yang kepalang kesal, Darius dan Nero yang getol ngecengin Raka, serta dirinya dan Mas Sultan yang kebingungan di tengah internal joke yang saling dilemparkan tiga serangkai ini. Mereka berlima memberikan jalan kepada tiga perempuan itu untuk keluar dari lift, dan menutup kembali pintu lift. Membatalkan rencana untuk turun demi berbincang dengan Bu Dewi dan rombongan kecilnya. “Mau ke mana kalian?” todong Bu Dewi. “Ke bawah, Tante. Mau ngerokok–” Darius menjawab sebelum berhenti ketika melihat istrinya melotot ke arahnya. “Err… cari angin di luar,” ralatnya buru-buru. “Temani kami saja, ini Ibu mau tunjukkan koleksi spesial Ibu kepada Amira dan Prajna, supaya mereka tahu beberapa pusaka dari Sastrowilogo,” tutur Bu Dewi yang membuat para lelaki mati kutu di tempat mereka berdiri. Amira

DMCA.com Protection Status