Belum sempat bersembunyi, Gala akhirnya bertemu dengan Dira. "Ngapain kamu ke sini?" tanya wanita setengah paruh baya itu curiga."Mau bertemu Galuh," sahut Gala singkat. Wajahnya terlihat santai tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Dia gak ada di rumah, lebih baik kamu pergi saja sekarang juga!" usir Dira. Kali ini wajahnya tidak terlihat curiga apa pun.Gala melenggang pergi begitu saja tanpa harus berbicara panjang lebar lagi, dia tidak ingin Aleena dalam masalah hanya karenanya. "Lain kali kalau dia ke rumah ini, jangan dibukakan pintunya." Dira menasihati.Aleena hanya mengangguk, meskipun dia tidak pernah membukakan pintu rumah setelah Galuh mengetahui rahasianya. Mama mertuanya pun meminta untuk sang menantu cepat tidur, sebab hari sudah semakin gelap. "Kamu harus istirahat yang cukup, agar calon bayimu sehat. Jangan terlalu banyak begadang karena itu tidak baik." Dira menasihati, lalu pergi ke kamar untuk melanjutkan mimpi indahnya. Lain hal dengan Aleena yang justru pergi k
Aleena terkejut mendengar syarat yang diberikan oleh suaminya. "Kenapa kamu diam saja? Pasti kamu tidak mau 'kan?" cecar Galuh saat melihat Aleena berdiam diri. Dirinya bahkan paham kalau sang istri tidak akan mungkin mau melakukan hal tersebut."Apa gak ada syarat lain, Mas?" tanya Aleena berharap masih ada syarat yang lebih mudah."Aku sudah menyangka kalau kamu tidak akan mau melakukan apa yang aku inginkan. Sudah aku tebak dari awal, bahwa kamu tidak akan berani. Jadi, percuma saja aku berbicara denganmu. Sekarang lebih baik kamu pergi, dan jangan pernah ganggu aku lagi." Galuh meninggalkan Aleena yang masih berdiri mematung, memikirkan sebuah pilihan agar sang suami mau menerimanya lagi. Sedangkan pria itu saat ini sudah ada di atas meja makan untuk memakan nasi goreng yang dibuat oleh sang istri. Galuh tampak tersenyum miring saat mengingat ekspresi wajah Aleena saat diminta untuk menggugurkan kandungannya. "Dia kira, dia siapa? Dengan enak mau mendapatkan sebuah maaf dariku
Dua orang preman datang entah dari mana, mereka menatap Aleena dengan penuh nafsu hingga membuat wanita cantik itu ketakutan. "Mau ke mana, cantik?" tanya salah satu preman yang memakai kalung rantai.Aleena tidak bergeming, terus memalingkan wajahnya. "Jangan sok jual mahal gitu dong!" cetus preman yang memiliki tato bergambar naga di lengan sebelah kanan.Wanita cantik itu terus menghindar agar tidak diganggu, tapi kedua preman itu justru semakin merasa tertantang. Sebisa mungkin kedua preman yang tidak diketahui namanya merayu Aleena agar mau ditemani. Terlebih bisa menuntaskan hasrat yang mereka jalani."Kalau kalian tetap menggangguku, aku akan teriak sekarang juga!" ancam Aleena berharap dua pria itu pergi. "Teriak saja, tidak akan ada yang mau membantumu." Kedua pria itu semakin tertantang saja. Aleena terus menghindar agar tidak didekati, tapi tetap saja kedua preman itu semakin gencar merayunya. Bahkan preman yang memiliki tato bergambar naga di lengan kanan mengancam aka
Waktu sudah berlalu, tapi Aleena belum juga bertemu dengan suaminya sejak pergi ke klinik aborsi. Dia merasa kesepian di rumah setiap hari, terlebih mertua yang sering ke sana untuk berkunjung juga tidak pernah datang lagi. Bahkan kakak iparnya menghilang tanpa kabar."Mau sampai kapan aku seperti ini? Apakah mas Galuh benar-benar tidak ingin bersamaku lagi?" pikir Aleena sembari mengelus perutnya yang semakin membesar saja. Baru kali ini dia takut sendirian karena memang perutnya sering kontraksi. Sering kali dirinya mengirimkan pesan pada sang suami, tapi tidak ada balasan.Dia merebahkan tubuhnya setelah selesai membersihkan rumah. Netranya berusaha untuk terpejam, tapi tetap tidak bisa. Pikirannya benar-benar kalut sekarang, sebab hidup sendiri tidak membuatnya bahagia. "Apa aku harus menghubungi Gala?" pikirnya dengan segala gengsi yang ada.Baru saja dia mengambil ponselnya, tiba-tiba suara pintu terbuka. Dia pun bergegas ke depan untuk memastikan siapa yang datang. Netranya b
"Gak habis pikir deh, kenapa jadi suami gak bisa jaga istri yang lagi hamil. Harusnya istri hamil itu diperhatikan lebih!" pekik Dira dengan netra melotot."Jangan marahi mas Galuh, Ma. Semua bukan salahnya, tapi aku yang terlalu banyak mikir," ujar Aleena berusaha untuk menjelaskan agar sang suami tidak kena getahnya."Sudah, gak usah bela dia. Lagian kamu mikir apa?" tanya Dira dengan wajah yang masih memerah. Amarahnya belum mereda juga, sebab putranya dirasa tidak becus."Aku hanya khawatir memikirkan nanti, Ma. Bagaimana kalau lahiran, aku dengar sangat sakit." Aleena akhirnya berdusta demi sang suami."Oh karena itu, kamu gak usah terlalu mikir. Rasa sakitnya akan hilang nanti kalau bayinya sudah lahir." Dira memberikan wejangan."Iya, Ma." Hanya itu yang bisa dikatakan Aleena, sebab sang suami sudah berhasil keluar dari zona tidak nyaman. Wanita cantik itu pun kembali berbincang bersama mertuanya, mengenai persalinan dan apa saja yang harus dilakukan ketika bayinya lahir. Seda
Galuh tidak punya tempat lagi mau berkeluh kesah, jadi dia pun pulang ke rumah tanpa mengecek pesan yang dikirimkan oleh Aleena. Padahal sang istri sudah memberikan instruksi agar tidak pulang terlebih dulu sebelum Dira pulang.Dengan wajah lesu, pria tampan itu pun membuka pintu rumah. Bahkan netranya tidak memperhatikan sang Mama yang ada di ruang tamu telah menunggu sedari tadi."Dari mana saja kamu?" tanya Dira menahan kesal."Cari udara segar, Ma," jawabnya singkat. Lalu pergi begitu saja meninggalkan sang Mama yang masih asik duduk di ruang tamu menatapnya."Kamu jangan pergi dulu, Galuh! Mama belum selesai bicara!" cetus Dira sedikit berteriak. Perasaan Galuh mulai tidak nyaman, jadi dengan terpaksa dia kembali menghampiri sang Mama. "Maaf, Ma. Aku benar-benar capek, jadi tidak ada maksud untuk mengabaikan Mama." Galuh langsung memberikan alasan sebelum Dira menggertaknya."Kamu duduk sekarang juga!" perintahnya.Tanpa pikir panjang lagi, pria itu pun segera duduk di kursi ber
Aleena sudah selesai berbenah, wajahnya semakin terlihat cantik setelah memakai riasan tipis. Kali ini dia memiliki rencana agar sang suami mau meliriknya lagi. Sampai kapan pun, dia akan terus berusaha untuk mendapatkan cinta serta permintaan maaf dari Galuh. "Kamu cantik sekali hari ini," puji Dira sembari menata sarapan di atas meja makan."Mama bisa saja mujinya," ujar Aleena tersipu. Untuk pertama kalinya sang mertua memang memuji kecantikan Aleena."Ya sudah, kita sarapan sekarang. Di mana Galuh?" tanya Dira karena putranya tidak kelihatan batang hidungnya."Sebentar lagi dia nyusul, Ma. Soalnya tadi masih bersiap-siap untuk pergi ke kantor." Aleena menjelaskan."Dia mau ke kantor?" tanya Dira heran."Iya, Ma. 'Kan biasanya memang seperti itu," sahut wanita cantik itu lemah lembut."Memang iya, tapi kali ini berbeda. Harusnya dia jangan ke kantor dulu, soalnya kandunganmu sudah membesar. Biar Mama yang menasihatinya biar dia tidak berangkat." Dira menyeret kursi, lalu duduk den
Aleena hanya menyimpan semua kepahitan yang dialami seorang diri, sebab pria yang dimaksud suaminya sudah tidak pernah datang menemui."Mungkin memang ini adalah hukuman yang pantas untukku." Aleena bermonolog dengan isak tangis yang menjadi-jadi. Dia berusaha untuk menguatkan diri sendiri dan sabar dalam menghadapi hari demi hari. Dia duduk bersimpuh serta menyesali semua yang telah terjadi. Di waktu yang sama, bel rumah berbunyi. Aleena segera menghapus air matanya agar tidak terlihat menyedihkan, meskipun dia tidak tahu siapa yang datang kali ini.Wanita cantik itu pun melangkahkan kaki secara perlahan menuju pintu rumah, lalu membuka kunci tanpa melihat siapa yang datang dari jendela. Betapa terkejutnya saat mendapati ayah mertuanya datang."Di mana Dira?" tanya Fathan tanpa basa-basi. "Ke arisan, Pa." Aleena menjawab singkat."Oh, ya sudah kalau gitu. Papa pamit pergi dulu," ujar Fathan ketika mendapati sang istri tidak ada di dalam rumah.Sengaja Aleena tidak menawarkan duduk
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat