Aleena sudah selesai berbenah, wajahnya semakin terlihat cantik setelah memakai riasan tipis. Kali ini dia memiliki rencana agar sang suami mau meliriknya lagi. Sampai kapan pun, dia akan terus berusaha untuk mendapatkan cinta serta permintaan maaf dari Galuh. "Kamu cantik sekali hari ini," puji Dira sembari menata sarapan di atas meja makan."Mama bisa saja mujinya," ujar Aleena tersipu. Untuk pertama kalinya sang mertua memang memuji kecantikan Aleena."Ya sudah, kita sarapan sekarang. Di mana Galuh?" tanya Dira karena putranya tidak kelihatan batang hidungnya."Sebentar lagi dia nyusul, Ma. Soalnya tadi masih bersiap-siap untuk pergi ke kantor." Aleena menjelaskan."Dia mau ke kantor?" tanya Dira heran."Iya, Ma. 'Kan biasanya memang seperti itu," sahut wanita cantik itu lemah lembut."Memang iya, tapi kali ini berbeda. Harusnya dia jangan ke kantor dulu, soalnya kandunganmu sudah membesar. Biar Mama yang menasihatinya biar dia tidak berangkat." Dira menyeret kursi, lalu duduk den
Aleena hanya menyimpan semua kepahitan yang dialami seorang diri, sebab pria yang dimaksud suaminya sudah tidak pernah datang menemui."Mungkin memang ini adalah hukuman yang pantas untukku." Aleena bermonolog dengan isak tangis yang menjadi-jadi. Dia berusaha untuk menguatkan diri sendiri dan sabar dalam menghadapi hari demi hari. Dia duduk bersimpuh serta menyesali semua yang telah terjadi. Di waktu yang sama, bel rumah berbunyi. Aleena segera menghapus air matanya agar tidak terlihat menyedihkan, meskipun dia tidak tahu siapa yang datang kali ini.Wanita cantik itu pun melangkahkan kaki secara perlahan menuju pintu rumah, lalu membuka kunci tanpa melihat siapa yang datang dari jendela. Betapa terkejutnya saat mendapati ayah mertuanya datang."Di mana Dira?" tanya Fathan tanpa basa-basi. "Ke arisan, Pa." Aleena menjawab singkat."Oh, ya sudah kalau gitu. Papa pamit pergi dulu," ujar Fathan ketika mendapati sang istri tidak ada di dalam rumah.Sengaja Aleena tidak menawarkan duduk
Fathan ketakutan melihat kondisi menantunya saat ini. "Aku gak ngapa-ngapain kamu, kenapa bisa seperti itu?" tanyanya heran."Pa, tolong aku!" pinta Aleena memelas.'Duh gawat ini, kalau sampai ada yang tahu kalau aku di rumah ini. Terus aku membantunya ke rumah sakit, sudah pasti semua orang akan menyalahkan aku. Lebih baik aku pergi saja dari pada harus menanggung malu dan kesalahan yang belum aku perbuat.' Pikirannya kalut. Melihat kondisi menantunya seperti itu, dia pun memutuskan untuk pergi walaupun hati kecilnya meminta agar membantu Aleena."Pa! Jangan pergi!" pinta Aleena, tapi justru tidak dihiraukan. Wanita cantik itu pun kebingungan apa yang harus dilakukan saat ini, dia pun duduk di kursi dan berusaha untuk menahan kontraksi. "Kalau begini terus, bisa-bisa bayiku tidak akan selamat," ujar Aleena. Beruntung Gala datang di waktu yang tepat. Ternyata pria itu hendak bertemu wanita yang dicintai karena memiliki firasat tidak enak. Benar saja, ketika melihat Fathan ketakuta
Gala berbuat nekat dengan menyetujui semua saran bidan demi keselamatan bayi dan Aleena. Tidak hanya itu, dia juga yang membayar lunas biaya persalinan wanita yang dicintainya. "Lakukan apa pun yang terbaik untuk Aleena dan bayinya, Bu." Gala meminta penuh harap."Mas tenang saja, pasti semuanya selamat. Kalau Mas mau menemani waktu bersalin, monggo." Yani memberikan izin."Memang tidak apa-apa, Bu?" tanya Gala memastikan."Gapapa, lagi pula Mas ini suaminya 'kan?" tanya Yani memastikan. Pria tampan itu pun terpaksa berbohong agar bisa menemani Aleena bersalin. Dengan begitu, Yani pun mengajak Gala masuk ke ruang bersalin. Ternyata di sana wanita yang dicintainya sudah memakai selang infus serta diberikan obat. Melihat Aleena penuh perjuangan melahirkan bayi hasil dari benihnya, membuat Gala tidak berdaya. Rasa sakit yang dirasakan wanita cantik berkulit putih itu terlihat jelas dari raut wajahnya. Dia sendiri tidak tega, tapi berusaha untuk tetap tegar agar Aleena memiliki semanga
"Salahku apa, Galuh!" teriak Gala karena sudah tidak tahan terus dipukuli saudara kembarnya. "Kamu masih tanya salahmu apa, hah?" Galuh benar-benar penuh amarah.Gala sudah tidak tahan lagi dipukuli, jadi dia pun mulai membalas pukulan tersebut. Hingga terjadilah pertengkaran antara keduanya. Keributan jelas terdengar oleh Latifah yang memang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya. Dengan cepat, dia pun memanggil tetangga sekitar. Tetangga yang merupakan teman-teman bergosip karena mereka satu frekuensi. "Pasti saudara kembar itu sedang memperebutkan wanita tidak tahu diri itu!" Latifah mulai mengompori teman-teman tetangga."Iya, benar. Tapi memang si Aleena itu tidak tahu diri deh, Jeng. Soalnya aku lihat sendiri, mertua sama Gala sering ke luar masuk ke rumah Galuh diam-diam. Gak tahu deh, apa yang mereka lakukan." Sumiati ikut mengompori. Tapi memang benar, sudah lama wanita itu selalu melihat Fathan serta Gala ke luar masuk rumah Aleena."Wah, kamu serius, Jeng? Kenapa gak
Akhir-akhir ini Galuh memang sulit ditebak, apa sebenarnya maunya. Ingin bertahan, tapi mencampakkan wanita cantik berkulit putih itu. Bahkan dia tidak peduli dengan kehadiran bayi dan membencinya. Apakah yang dilakukan itu memang sebuah hukuman yang akan membuat Aleena menderita?"Aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku!" Gala tidak mau mengalah. Dia tidak ingin anak kandungnya harus menerima perlakuan tidak baik hanya gara-gara kesalahan yang pernah dilakukan bersama adik iparnya. "Silakan saja kalau kamu bisa, sebab Aleena tidak bisa menggugat cerai aku. Pun aku tidak akan pernah melepaskannya. Lebih baik kamu pergi dari rumahku sekarang juga! Atau aku akan menyeretmu dengan paksa!" usir Galuh dengan mata melotot.Gala sebenarnya tidak mau pergi begitu saja, sebab merasa bahwa hidup Aleena dan putranya pasti akan terancam jika bersama saudara kembarnya. Namun, dia juga tidak ingin diseret paksa oleh Galuh. Mengingat di halaman rumah banyak pasang mata yang pasti sedan
Aleena terkejut karena suara bantingan keras cangkir berisi kopi panas, bahkan mengenai kakinya. Dia tidak tahu apa yang sudah membuat suaminya kali ini naik pitam."Ada apa, Mas?" tanya wanita cantik berkulit putih itu menahan sakit di kakinya."Kamu masih tanya kenapa? Apa kamu ingin membuat lidah dan mulutku melepuh? Kenapa kopinya sepanas itu? Hah?" pekik Galuh mencari alasan untuk menyalahkan istrinya."Biasanya 'kan memang begitu, Mas. Kenapa baru sekarang protes?" cetus Aleena menjelaskan."Oh ... jadi ceritanya kamu sekarang sudah berani melawan? Hah! Kamu sudah berani padaku? Apa kamu mau aib yang kamu miliki itu aku sebar dan bayimu yang tidak bersalah itu menjadi korban penghinaan?" Galuh mulai mengancam, wajahnya terlihat jelas sedang mengeluarkan amarah yang telah lama disimpan.Aleena memilih diam karena ucapan suaminya sudah menyangkut bayi yang baru dilahirkannya. "Kenapa kamu diam saja?" pekik Galuh semakin kesal karena Aleena mulai ketakutan."Lantas Mas Galuh mauny
"Kalau sampai kamu menyebarkan isu yang tidak baik, akan aku tuntut kamu! Sekarang kamu pergi dari rumahku!" usir Aleena dengan tegas. Surti pun pergi dengan wajah ketakutan, lalu wanita cantik itu menyusul untuk pergi ke mamang sayur. Aleena sebenarnya masih merasakan sakit, tapi berusaha untuk menahan demi anaknya juga. Dia pun berbelanja dengan wajah tenang dan tetap ramah seperti biasa, meskipun pandangan para tetangga mulai berbeda. Memang mereka tutup mulut ketika ada wanita cantik berkulit putih, tapi mereka akan kembali membuka suara ketika Aleena pergi. "Anaknya laki-laki, Aleena?" tanya Dela basa-basi. Dirinya tidak tahan jika harus diam tanpa menyapa."Iya, laki-laki." Tidak banyak yang Aleena katakan, hanya menjawab seperlunya saja. "Hem ...." Dela manggut-manggut tanpa berbicara apa pun lagi. Wanita cantik pun mulai memilih sayur dan ayam potong yang ada di rombong. Setelah itu, dia menggunakan kertas berwarna merah untuk membayarnya. "Sudah ini saja, Mbak?" tanya H
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat