"Kalau sampai kamu menyebarkan isu yang tidak baik, akan aku tuntut kamu! Sekarang kamu pergi dari rumahku!" usir Aleena dengan tegas. Surti pun pergi dengan wajah ketakutan, lalu wanita cantik itu menyusul untuk pergi ke mamang sayur. Aleena sebenarnya masih merasakan sakit, tapi berusaha untuk menahan demi anaknya juga. Dia pun berbelanja dengan wajah tenang dan tetap ramah seperti biasa, meskipun pandangan para tetangga mulai berbeda. Memang mereka tutup mulut ketika ada wanita cantik berkulit putih, tapi mereka akan kembali membuka suara ketika Aleena pergi. "Anaknya laki-laki, Aleena?" tanya Dela basa-basi. Dirinya tidak tahan jika harus diam tanpa menyapa."Iya, laki-laki." Tidak banyak yang Aleena katakan, hanya menjawab seperlunya saja. "Hem ...." Dela manggut-manggut tanpa berbicara apa pun lagi. Wanita cantik pun mulai memilih sayur dan ayam potong yang ada di rombong. Setelah itu, dia menggunakan kertas berwarna merah untuk membayarnya. "Sudah ini saja, Mbak?" tanya H
Jelas saja wanita cantik itu terkejut saat pipinya kesakitan karena bekas dari tangan mertuanya. "Ada apa, Ma?" tanyanya meringis kesakitan."Gak usah pura-pura deh, aku sudah tahu semuanya. Kamu memang wanita tidak tahu diri!" hardik Dira dengan netra melotot hingga mau ke luar dari tempatnya."Pura-pura apa, Ma?" tanyanya lirih."Bayi yang lahir itu bukan cucu Mama 'kan? Aku sudah dengar semua dari tetangga waktu mau ke sini." Dira ternyata mendengarkan gosip saat dirinya hendak masuk ke rumah Aleena. Wanita cantik itu jelas diam, sebab memang dirinya salah. Lagi pula, tidak ada yang harus dijelaskan lagi setelah semua rahasia yang dimiliki terbongkar. Untuk membela diri juga percuma, hanya akan memperkeruh suasana."Kenapa kamu diam saja, hah! Berarti gosip itu benar 'kan?" tanyanya lagi dengan wajah memerah.Aleena jelas tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin juga 'kan dia mengakui dosa besar yang dilakukan di depan ibu mertuanya."Sudah, Ma. Jangan termakan gosip di luar,
Makan siang sudah disiapkan oleh Dira dengan cepat, lalu wanita setengah paruh baya itu pun memanggil menantu dan anaknya untuk makan bersama-sama. Tidak ada obrolan lagi dari Aleena setelah mendengar penjelasan dari Galuh. Pun pria itu tetap tidak sudi melihat wajah istrinya."Kamu makan yang banyak ya, biar asimu lancar. Juga badanmu sehat." Dira memasukkan nasi ke atas piring mertuanya. Aleena jelas tidak bisa menolak apa pun yang dilakukan oleh mertuanya. Meskipun sebenarnya, porsi nasi yang disajikan terlalu banyak di atas piringnya."Kamu habiskan ya," imbuh Dira ketika melihat Aleena menelan salivanya. Tidak terkecuali Galuh yang diminta untuk makan yang banyak karena sang Mama memberikan nasihat pada putranya untuk membantu wanita cantik itu merawat cucunya."Pokoknya Mama gak ingin mendengarkan alasan apa pun darimu, kamu harus membantu istrimu menjaga anakmu. Kamu mengerti 'kan?" cetus Dira melihat tajam ke arah Galuh. Seperti biasa, pria tampan itu hanya mengiyakan. Namun,
"Harus berapa kali Mama bilang padamu, Gala. Jangan pernah masuk ke rumah ini lagi tanpa permisi!" hardik Dira saat melihat putranya tiba-tiba ada di ruang tamu.Pria tampan itu tersenyum, lalu berkata, "Dari pada Mama marah-marah tidak jelas padaku, mending Mama duduk dulu. Kemudian dengarkan penjelasanku deh, biar gak marah-marah dan tidak cepat tua." Gala memberikan senyuman termanis yang dimiliki. Meskipun enggan, Dira tetap menuruti apa yang dikatakan oleh putranya. Pria tampan itu menarik napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan. "Gala ke sini cuma ingin memberikan hampers ini untuk bayi Galuh, tidak ada yang lain, Ma." Gala memberikan hampers bayi yang semula diletakkan di samping kursi tempat dia duduk.Langsung saja Dira mengambil dengan kasar, lalu berkata, "Sudah itu saja 'kan? Sekarang kamu bisa pergi dari rumah ini. Jangan sampai Mama marah karena kamu masih tetap di sini." Dira mengusir dengan kejam."Ya gak bisa gitu dong, Ma. Harusnya 'kan aku menggendong pon
Setelah memberikan instruksi pada Santi tentang apa saja yang harus dilakukan, Dira pun pamit pergi karena harus menemui suaminya. "Kamu tolong jaga Aleena ya, San. Apa pun yang diperintahkan kamu harus melakukannya selama itu kebaikan." Dira memberikan perintah sebelum dirinya pergi. "Baik, Nyonya." Hanya itu yang dikatakan Santi, sebab memang sebenarnya dia bekerja untuk Dira. "Kamu harus jaga cucuku dengan baik ya, Aleena. Jangan sampai kekurangan nutrisi. Mama pasti akan ke sini tiap hari meskipun sebentar untuk memastikan tumbuh kembang cucuku dengan baik," kata Dira saat Aleena juga ikut serta mengantarkan Mama mertuanya ke depan pintu. "Baik, Ma. Akan aku jaga Bagas dengan baik. Mama tenang saja," janji Aleena karena tidak ingin mengecewakan mertuanya."Oya, Galuh masih tidur?" tanya Dira mengingat putranya tidak ada di hadapannya."Iya, Ma. Mas Galuh mungkin kecapean, jadi tidurnya nyenyak sekali." Aleena menjawab sesuai fakta yang ada. "Ya sudah kalau gitu, biarkan saja.
Netranya mulai berkaca-kaca, tapi tidak sampai meneteskan buliran bening yang sebenarnya tidak dapat dibendung lagi. "Oh, kamu sudah mulai berani?" cetus Galuh dengan tatapan melotot.Aleena tidak menjawab, tatapannya mulai fokus ke wajah Bagas yang belum berhenti menangis. Mendengar tangisan bayi itu, Galuh merasa iba. Bahkan hati yang keras tiba-tiba luluh, ingin rasanya pria itu menggendong dan menenangkannya. Namun, keinginannya justru dikalahkan oleh gengsi yang ada pada dirinya. "Tenangkan bayimu sekarang juga! Aku tidak suka mendengar suara tangisan bayi terlalu lama!" bentak Galuh, lalu pergi meninggalkan istri dan bayi kecil yang masih menangis meronta-ronta. Aleena menahan tangisannya, meskipun berulang kali dilukai oleh sang suami. Akan tetapi, tetap saja dia tidak bisa meminimalisir keadaan hatinya. "Kamu yang tenang ya, Nak. Jangan menangis lagi," ucap wanita cantik itu dengan wajah memerah serta air mata yang tidak bisa dibendung lagi. Perlahan Aleena mengusap air m
Aleena meringis kesakitan, tapi beruntung dirinya bisa melawan apa yang telah dilakukan Surti. Dia dengan cepat membalas apa yang dilakukan oleh tetangga julid itu."Jangan coba-coba kamu mengusik kehidupanku lagi ya, jika tidak ingin aku berbuat lebih jahat dari ini," ancam Aleena sembari memelintir lengan kanan Surti. Tetangga yang lain melihat adegan itu hanya bisa meminta belas kasihan pada wanita cantik agar segera melepaskan pelintiran tangan pada Surti. "Kalian semua harus ingat, apa yang aku lakukan kepada kalian ini merupakan sebuah peringatan agar kalian tidak berbuat seenaknya lagi." Aleena langsung melepaskan genggaman tangan, lalu beranjak pergi tanpa mendengarkan obrolan para tetangga selanjutnya.Aleena tidak ingin membuang-buang waktu lagi, jadi dia segera membeli apa yang diinginkan oleh sang suami. Tanpa mengetahui kalau Galuh sengaja menyuruhnya karena suatu alasan. Bukan karena pria tampan itu suka makan rujak dan bahkan tidak pernah membelinya. "Mumpung Aleena
Galuh tidak tahu lagi harus berbicara apa pada istrinya, cuma bisa terdiam dan pergi begitu saja karena tidak ingin berbuat kasar pada sang istri."Tumben dia tidak melakukan kekerasan padaku, apa mungkin dia sudah berubah?" Aleena berpikir sejenak, lalu melupakan hal itu karena teringat akan bayi yang ditinggalkan. Dia melangkahkan kaki secara perlahan ke arah kamar Bagas, lalu memperhatikan bayinya yang sudah terlelap tidur ditemani oleh Santi."Sudah tidur dari tadi, Bi?" tanya Aleena melihat asisten rumah tangganya duduk santai. "Iya, Non." Santi berbicara dengan napas tersengal-sengal. "Bibi dari mana? Kok ngos-ngosan?" tanya Aleena penasaran."Gak dari mana-mana, Non." Santi tidak memberikan alasan. Untuk menghindari pertanyaan yang lebih banyak, jadi asisten rumah tangga itu pun pamit pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Aleena juga berpesan untuk tidak memasak terlalu banyak karena suaminya sudah makan rujak yang dibeli barusan. Di saat menjaga Bagas, wanita cantik
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat