Share

Bab 97: Mimpi Masa Depan

Author: Rizki Adinda
last update Huling Na-update: 2025-02-20 16:56:10

Pada hari yang dipenuhi cahaya itu, Adrian dan Ayla menghabiskan waktu berlarut-larut dalam pembicaraan tentang mimpi dan harapan yang merekah di antara mereka.

Adrian, dengan langkah ringan, mengajak Ayla menyusuri taman kecil yang bersembunyi tepat di sudut rumah mereka, tempat dimana pepohonan rindang merayakan kedamaian, melindungi mereka dari terik matahari yang semakin berani.

Dalam pelukan bayangan daun-daun yang berdesir lembut, mereka pun menetapkan hati di atas bangku kayu tua, melanjutkan percakapan yang seakan-akan menjadi awal dari suatu petualangan yang lebih luas dan mendalam.

“Lalu, bagaimana jika kita bicara tentang rumah impian kita?” usul Adrian, kepala sedikit miring, menampilkan senyum yang sarat akan rasa penasaran.

Ayla merenung sejenak, kemudian melontarkan jawabannya dengan penuh pertimbangan, “Aku menginginkan sebuah rumah yang sederhana, namun dipenuhi dengan kehangatan dan cinta. Mungkin, di belakang rumah ada

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 98: Keberanian Menghadapi Dunia

    Setelah beberapa jam perjalanan, Adrian dan Ayla akhirnya tiba di rumah keluarga Adrian yang besar dan megah. Taman luas yang mengelilingi rumah itu tampak rapi dan menyegarkan mata. Tempat inilah yang menjadi saksi bisu dari awal mula kisah mereka.Sekarang, dengan napas penuh tekad, mereka kembali untuk memulai babak baru.Dengan langkah yang terkesan santai, Adrian membuka pintu gerbang. Namun, Ayla dapat merasakan ketegangan yang menyelimuti bahu Adrian. Ia pun meraih tangan Adrian, menggenggamnya dengan erat, memberikan dukungan yang tak terucapkan.Adrian menoleh dan tersenyum tipis, “Terima kasih,” bisiknya halus.Mereka melanjutkan langkah ke dalam halaman. Suara langkah kaki mereka di jalan setapak yang berbatu terdengar bergema, memecah keheningan. Ketika sampai di pintu depan, pintu tersebut terbuka perlahan, mengungkap sosok yang menjadi inti dari konflik mereka—Bram.Bram berdiri dengan postur yang tegap, mengenakan k

    Huling Na-update : 2025-02-20
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 99: Memaafkan Diri Sendiri

    Ruang tamu di rumah besar keluarga Adityo bergema dengan obrolan yang hangat dan penuh keakraban. Aroma masakan Jawa yang memikat bercampur aduk dengan suara denting peralatan makan dan tawa riang yang sesekali pecah di meja makan.Pada hari itu, keluarga Adityo berkumpul kembali, menghidupkan tradisi yang telah lama mereka pelihara. Namun kali ini, pertemuan tersebut mempunyai makna yang lebih dalam bagi Ayla dan Adrian.Ayla berdiri dengan anggun di dekat pintu, merapikan gaunnya yang elegan. Napasnya terasa sedikit berat, namun ia menyembunyikannya di balik senyum hangat yang tak pernah pudar dari wajahnya. Di sampingnya, Adrian dengan lembut menepuk punggungnya, memberikan semangat."Kita pasti bisa melalui ini bersama," bisik Adrian, suaranya penuh dengan ketenangan dan kepastian.Ayla memalingkan wajah, menatap mata Adrian. Dalam kilauan matanya, Ayla menemukan sumber kekuatan yang selama ini ia cari. Ia mengangguk pelan, erat menggenggam tangan Adr

    Huling Na-update : 2025-02-21
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 100: Cinta yang Menguatkan

    Malam itu, setelah makan malam yang penuh gelak tawa namun juga tegang, Ayla melangkah keluar menuju teras untuk menikmati hembusan udara segar.Cahaya lampu taman yang lembut menerangi seluruh halaman, menciptakan suasana yang menenangkan, sangat berbeda dengan ketegangan yang mungkin masih terasa di dalam rumah.Dia berdiri di sana, membiarkan pandangannya melayang ke langit yang dipenuhi bintang, sambil mencoba menenangkan debaran di dadanya yang belum juga reda.“Berat, ya?” suara Bram tiba-tiba terdengar, memecah kesunyian malam.Ayla terkejut, tetapi dia berusaha keras untuk tidak memperlihatkan kekagetannya. Ia menoleh dan melihat Bram berdiri beberapa langkah di belakangnya, wajahnya kini terlihat lebih lembut, meski masih ada gurat kelelahan yang tersembunyi di matanya.“Ya,” jawab Ayla dengan suara yang jujur, namun lembut. “Tapi aku sudah tahu ini tidak akan mudah.”Bram melangkah mendekat, berd

    Huling Na-update : 2025-02-21
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 101: Saling Percaya

    Hari itu, mereka berdua memilih untuk menghabiskan waktu di taman kecil yang selalu mereka anggap sebagai sudut paling istimewa di kota ini. Pohon besar yang menjadi penjaga taman itu masih berdiri dengan gagah, daun-daunnya berbisik rahasia lewat desau angin.Adrian menggelar tikar kecil yang dibawanya, sementara Ayla membawa keranjang yang isinya cukup untuk menyenangkan siapa saja yang menikmatinya."Rasanya sudah berabad-abad kita tidak melakukan ini," ungkap Ayla sambil lembut menyebarkan tikar itu di bawah naungan pohon.Adrian hanya mengangguk, menemani duduk di sampingnya. "Iya, kita terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memusingkan omongan orang lain. Tapi hari ini, yang ada hanya kita berdua."Mereka berdua duduk bersisian, meresapi kedamaian yang telah lama tidak mereka rasakan di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang mereka jalani. Ayla membuka keranjangnya, mengeluarkan dua sandwich yang telah ia siapkan dengan penuh cinta.Adrian tidak

    Huling Na-update : 2025-02-22
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 102: Mimpi yang Bersanding

    “Enggak, aku juga udah mau pulang,” ujar Rita dengan nada yang terburu-buru. Ia meneguk kopinya sekali lagi sebelum berdiri. “Aku titip Ay, ya, Dian.”Adrian mengangguk, memperhatikan langkah Rita yang menjauh sebelum akhirnya duduk di kursi yang ditinggalkan. Ayla tetap diam, matanya tertuju ke arah jalanan kecil di depan mereka, penuh dengan pikiran.“Aku bawa ini,” Adrian akhirnya membuka suara, mengangkat beberapa lembar kertas yang dipegangnya. “Sketsa rumah... yang kemarin kamu ceritakan.”Mata Ayla berbinar, seolah ada cahaya hangat yang menyelimuti wajahnya. “Kamu serius bikin itu?”“Tentu. Kamu pikir aku cuma dengar-dengar aja?” Adrian mengeluarkan selembar kertas dan meletakkannya di meja kecil di antara mereka. Di atas kertas, tergambar sketsa sederhana sebuah rumah dengan taman kecil di depan, serta ruang tengah yang luas tanpa banyak sekat.“Ini ruang keluarg

    Huling Na-update : 2025-02-22
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 103: Ujian Kehadiran

    Petang itu, langit membuka tirainya lebar-lebar, membiarkan hujan turun berderai. Di dalam ruang tamu yang tenggelam dalam keheningan, suara gemericik air yang berdentang di atas genting membawa kesunyian yang lain.Ayla bersimpuh di sofa kecil, memeluk tubuhnya yang terbungkus sweater abu-abu—satu ukuran terlalu besar. Di genggaman tangannya, cangkir cokelat panas beruap, meski ia hanya memandanginya, tanpa sekali pun meneguk.Adrian memasuki ruangan, mengibaskan payungnya yang basah dan meletakkannya di sudut dekat pintu. Wajahnya tampak segar karena sentuhan udara dingin, namun ada bayang berat yang terselip di antara rautnya.“Apa yang terjadi?” Ayla bertanya, kepala miring, cangkirnya kini terletak di meja.Adrian menghela napas dalam, seolah mengumpulkan keberanian, sebelum duduk menghadap Ayla. Rambutnya yang masih lembap memberi kesan lebih muda, namun matanya berkata lain, serius. “Aku bertemu Sofia hari ini,”

    Huling Na-update : 2025-02-23
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 104: Teguran Kesetiaan

    Malam itu, Adrian muncul di depan pintu rumah Ayla seperti rutinitas yang telah mereka jalani bersama. Kali ini, suasana hati Ayla terasa berbeda, lebih hening dari biasanya.Dia terduduk lemas di sofa, mata sayu menatap ke angkasa, sementara segelas teh di tangannya tampak tak tersentuh, seolah menunggu hangatnya kembali."Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Adrian, sambil duduk di sampingnya, suara penuh kehangatan.Ayla menoleh dengan perlahan, lalu dengan suara yang bergetar pelan, dia berkata, "Aku bertemu Sofia hari ini."Adrian, tampak terkejut, alisnya mencerminkan kebingungan. "Apa yang dia katakan padamu?"Senyum pahit terukir di bibir Ayla, matanya berkaca-kaca, "Dia bilang kamu mungkin masih menyimpan perasaan untuknya. Benarkah itu?"Adrian dengan cepat meraih tangan Ayla, menggenggamnya dengan penuh keyakinan. "Tidak, Ay. Perasaanku padanya sudah lama hilang.""Tapi dia mengatakan ingin memperbaiki segala kesalahannya,

    Huling Na-update : 2025-02-23
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 105: Pengorbanan dalam Keheningan

    Dalam perjalanan pulang yang terasa lebih lama dari biasanya, Ayla bersemayam di pojok jendela mobil Adrian. Dengan tangan terlipat rapi di pangkuan dan pandangan mengarah ke luar, ia seperti tenggelam dalam lautan pikirannya yang bergelora. Di sekitarnya, dunia berlalu cepat, namun hatinya seakan berhenti.Setelah menimbang kata-kata dengan berat, Adrian memecah keheningan yang terbentang di antara mereka. “Ayla, aku mengakui kesalahanku dan sangat menyesal. Namun, tolong, berikan aku kesempatan untuk menjelaskan bahwa perasaanku terhadap Sofia tidak lebih dari sekedar profesional.”Dengan suara yang tetap datar, Ayla belum siap untuk menjawab.Adrian melanjutkan, penjelasannya semakin tergesa-gesa, “Pertemuan itu tidak sengaja, Ayla. Sofia yang mendatangi kantor dengan sebuah proposal kerja sama. Sungguh, aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya begitu saja.”Ayla hanya berbisik lirih, nyaris tidak terdengar. “Tapi kamu s

    Huling Na-update : 2025-02-24

Pinakabagong kabanata

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 176: Cinta yang Terus Hidup

    Siang itu, di antara kehangatan matahari yang lembut, Adrian dan Aruna melangkah memasuki toko bunga. Mereka sepakat untuk menambahkan tanaman baru ke taman kecil di rumah, sebuah tempat yang selalu terasa seperti ruang istimewa untuk keluarga mereka.Rak-rak yang dipenuhi bunga warna-warni menyapa mereka dengan aroma segar dan pemandangan yang memanjakan mata.Saat melewati deretan bunga mawar, langkah Aruna terhenti di depan mawar putih yang tersusun rapi dalam keranjang rotan. Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak salah satu bunga, seolah takut merusaknya."Mama suka mawar putih, kan, Pa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Adrian, matanya penuh kenangan.Adrian tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dia bilang mawar putih itu lambang cinta yang murni. Meja makan kita hampir selalu dihiasi bunga ini."Aruna tersenyum, seolah menemukan jawaban atas kerinduan yang samar. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, memeluknya dengan lembut sepe

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 175: Cinta yang Membanggakan

    Sore itu, Adrian dan Aruna duduk di ruang kerja Ayla, sebuah sudut kecil yang seakan menyimpan jiwa pemiliknya. Rak-rak penuh buku berjajar rapi, dihiasi benda-benda kecil yang seolah berbicara tentang kenangan masa lalu.Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, memantulkan rona keemasan di dinding ruangan.Aruna, yang sedang menelusuri rak buku, tiba-tiba menemukan sebuah jurnal tua dengan nama Ayla tertulis di sampulnya. Tulisan tangan itu sederhana, tetapi penuh makna.“Ini jurnal Mama?” tanya Aruna dengan nada ingin tahu sambil membuka halaman pertama.Adrian yang duduk di sofa dekat jendela mengangguk perlahan. “Iya. Mama kamu selalu suka menulis. Baginya, itu cara terbaik untuk menyampaikan apa yang tidak sempat diungkapkan dengan kata-kata.”Dengan hati-hati, Aruna mulai membaca halaman demi halaman. Tulisan Ayla mencatat berbagai momen penting dalam hidupnya—dari pertemuan pertamanya dengan Adrian hingga keb

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 174: Mengenang yang Terkasih

    Malam itu, setelah Aruna kembali ke rumahnya sendiri, Adrian duduk sendirian di ruang keluarga. Di hadapannya tergeletak sebuah album foto yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu.Jari-jarinya perlahan membuka halaman demi halaman, menghidupkan kembali senyum Ayla yang terbingkai dalam setiap gambar. Setiap potret adalah pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang pernah memenuhi hidupnya.Tangannya terhenti pada sebuah foto pernikahan. Ayla tampak memukau dalam balutan gaun putih yang anggun, sementara Adrian di sampingnya terlihat muda, penuh semangat, dan percaya diri. Ia memandang gambar itu lama, seolah ingin menangkap kembali momen kebahagiaan yang tak tergantikan.“Ayla,” bisiknya dengan suara yang serak oleh emosi. “Aku harap kamu tahu... aku selalu mencintai kamu. Setiap hari. Setiap detik.”Ia memejamkan mata, membiarkan arus kenangan membanjiri pikirannya. Meski dadanya terasa sesak oleh rasa rindu yang menusuk, ada kehang

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 173: Warisan Cinta

    Hari-hari setelah kepergian Ayla adalah masa yang sulit bagi Adrian. Kesedihan seperti bayangan yang selalu mengikutinya, tetapi ia tahu, Ayla tidak pernah benar-benar pergi. Setiap sudut rumah mereka menyimpan kenangan; dindingnya seolah berbisik tentang tawa dan percakapan mereka.Setiap bunga yang mekar di taman menjadi peringatan akan cinta yang mereka bangun dengan penuh kasih sayang.Di malam-malam sunyi, Adrian sering duduk di kursi goyang di teras belakang, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit gelap. Ada rasa damai sekaligus rindu yang melingkupi hatinya."Aku nggak akan lupa janji kita, Ay," gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desir angin. "Aku akan terus hidup dengan bahagia, untukmu."Cinta mereka tidak berhenti di situ. Cinta itu tetap hidup, bersemayam dalam setiap kenangan yang mereka ciptakan, dalam napas Aruna—putri kecil mereka yang menjadi buah hati dari kisah cinta yang tak tergantikan.

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 172: Saling Menemani Hingga Akhir

    Hujan turun perlahan, butirannya meliuk-liuk di kaca jendela kamar Ayla dan Adrian, seakan menari dalam kesunyian malam.Udara dingin menembus hingga ke tulang, namun di dalam kamar itu, kehangatan terasa begitu nyata—kehangatan yang berasal dari cinta yang telah mereka rawat bersama selama bertahun-tahun. Ayla terbaring di tempat tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut tebal.Wajahnya tampak pucat, tapi sorot matanya tetap memancarkan kelembutan yang menjadi ciri khasnya, kelembutan yang selalu membuat Adrian jatuh cinta.Adrian duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, sebuah buku terbuka di tangannya. Suaranya lembut saat ia membacakan cerita, setiap kata meluncur seperti irama yang menenangkan. Ia seolah ingin menjadikan kata-kata itu jubah hangat yang membungkus hati Ayla.“...dan akhirnya, sang putri menemukan kebahagiaan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah akhir yang mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk membuatnya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 171: Kehidupan Penuh Cinta

    Di meja makan, aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat memenuhi udara pagi itu. Adrian duduk di seberang Ayla, mengaduk kopinya dengan gerakan pelan, sesekali melirik istrinya yang tengah menikmati sarapannya.Keheningan di antara mereka terasa nyaman, seolah tak perlu ada kata-kata untuk mengisi ruang. Namun tiba-tiba, Adrian membuka suara, suaranya lembut namun cukup jelas memecah kesunyian."Aku ingat," katanya, senyuman tipis menghiasi wajahnya.Ayla mengangkat alis, meletakkan sendoknya dengan hati-hati. Tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Ingat apa?" tanyanya lembut.Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Ayla dengan sorot yang sulit diartikan. "Waktu pertama kali aku sadar kalau aku jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan, seperti berbicara langsung dari hatinya.Kata-kata itu membuat Ayla tertegun. Dia tidak menduga Adrian akan mengungkit kenangan itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, tapi s

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 170: Perpisahan Menguatkan

    Adrian terdiam. Tatapannya mengabur, diselimuti emosi yang terus ia tahan agar tak tumpah. "Ay, aku nggak mau membicarakan itu sekarang," ucapnya pelan, nyaris berbisik."Tapi aku perlu kamu dengar, Din," balas Ayla, suaranya tegas namun tetap lembut, seperti angin sore yang menyentuh kulit tanpa melukai. "Aku tahu kamu mencintaiku. Aku tahu kamu rela melakukan apa saja untukku. Tapi, Din, aku juga ingin kamu tahu… kebahagiaanmu penting buatku. Sama pentingnya."Adrian menatap Ayla lama, seolah-olah sedang mencari sesuatu di dalam matanya—sebuah harapan, mungkin. Matanya, yang biasa penuh dengan ketenangan, kini berkilat, dihiasi air mata yang menunggu untuk jatuh."Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu, Ay," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris pecah.Ayla tersenyum, walaupun air mata mulai menitik di pipinya. "Aku nggak akan pernah benar-benar pergi, Din. Aku akan selalu ada di sini." Jemarinya perlahan menyent

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 169: Tantangan Terakhir

    Sesampainya di rumah, Adrian langsung mengantar Ayla ke kamar. Dengan penuh perhatian, ia merapikan bantal dan menyelimuti tubuh istrinya yang tampak kelelahan. Ayla hanya bisa tertawa kecil, senyumnya menghangatkan suasana."Din, aku bukan anak kecil," ucap Ayla lembut, tangannya menyentuh pipi Adrian dengan kehangatan yang membuatnya sejenak terhenti.Adrian mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Tatapannya penuh kasih. "Aku tahu kamu bukan anak kecil. Tapi kamu istriku, Ay, dan aku akan selalu memastikan kamu baik-baik saja."Nada suaranya—tenang namun tegas—membuat Ayla terdiam. Ia meraih tangan Adrian, menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, Din? Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih karena selalu ada untukku."Adrian tersenyum lembut. Ia membawa tangan Ayla ke bibirnya, mengecupnya dengan perlahan. "Aku nggak akan pernah pergi, Ay. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Nggak ada yang bisa mem

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status