Home / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 84: Pengakuan Terakhir Bram

Share

Bab 84: Pengakuan Terakhir Bram

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-02-13 17:47:13

“Tidak,” jawab Bram dengan cepat, matanya terbelalak lebar. “Kamu bukan pelarian, Ayla. Memang, awalnya aku menikahimu karena aku ingin melupakan Sasha, tapi seiring waktu, perasaanku tumbuh. Aku benar-benar mencintaimu, Ayla. Hanya saja, mungkin cara aku mencintai tidak tepat.”

Ayla terkekeh kecil, suara tawanya terdengar pahit dan sarat ironi. “Cinta yang salah, begitu? Itulah alasannya kau bersikap dingin? Itulah alasanmu... mengkhianati aku?”

Wajah Bram memucat. “Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Aku sadar aku tidak layak memintamu untuk memaafkanku, tapi percayalah, aku tidak pernah bermaksud menyakitimu, Ayla.”

“Namun kau tetap melakukannya,” potong Ayla, suaranya bergetar sementara air mata mulai mengalir di pipinya. “Kau tidak pernah benar-benar ada untukku, Bram. Kau selalu lebih memilih pekerjaanmu, selalu lebih terikat dengan kenanganmu tentang Sasha, dan pada akhirnya, kau bahkan

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 85: Berusaha untuk Merelakan

    Pertanyaan tersebut membuat Bram terdiam untuk beberapa saat yang terasa panjang. Matanya menatap Ayla, dan wajahnya menyimpan cerita yang tak mudah untuk diurai—sebuah perpaduan dari rasa bersalah, kejujuran, dan kelelahan yang mendalam.Setelah sesaat, ia menarik napas dan mengungkapkan isi hatinya.“Aku mencintaimu, Ayla,” ucapnya dengan suara yang berat. “Namun, perasaanku terhadapmu tidak sekuat cintaku pada Sasha.”Ucapan Bram itu menghantam hati Ayla bak gelombang yang menghempas pantai. Meski sebagian dari dirinya telah menduga, tetapi mendengar hal itu langsung dari suaminya terasa menyakitkan. Matanya berkaca-kaca, tapi dengan keras ia menahan air mata yang siap tumpah.“Jadi, selama ini aku hanya pelarian bagimu?” suaranya bergetar, mencoba memahami kenyataan.Bram menggeleng perlahan, ekspresinya menjadi lebih lembut.“Tidak, Ayla. Aku menikahimu dengan harapan bisa memulai lembaran

    Last Updated : 2025-02-14
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 86: Keputusan untuk Lepas

    Pagi itu, cahaya matahari menerobos masuk dengan lembut melalui celah-celah tirai di kamar Ayla, mengirimkan serpihan-serpihan keemasan yang menari di udara. Udara segar dari jendela yang sedikit terbuka membawa aroma tanah yang baru saja basah oleh hujan semalam, mengingatkannya bahwa setiap akhir seringkali diikuti oleh awal yang baru.Duduk di tepi tempat tidurnya, Ayla memainkan cincin kawin yang masih melingkar di jarinya, matanya sesekali tertuju pada cermin di seberang ruangan. Di sana, ia melihat bayangan dirinya yang tampak lebih tenang, walaupun jelas terlihat ada keputusan besar yang sedang dihadapinya.Mengambil napas dalam-dalam, Ayla merasa ada beban besar yang terangkat dari bahunya. Pengakuan Bram semalam, meskipun menyakitkan, telah menutup bab panjang yang telah menghantui hidupnya bertahun-tahun.

    Last Updated : 2025-02-14
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 87: Memulai Dari Awal

    Malam itu, Ayla berada di balkon apartemennya yang menghadap ke lampu-lampu kota yang berkedip, menciptakan pemandangan bak permadani bercahaya. Dengan ponsel di tangan, ia merasakan getaran lembut pada jari-jarinya saat mengetik pesan yang berat hati untuk Bram."Terima kasih atas segalanya, Bram. Aku harap kita berdua dapat menemukan kebahagiaan sejati, meskipun kita harus berjalan di jalur yang berbeda." Setelah menekan tombol kirim, Ayla menghela napas panjang, seolah-olah dengan itu, ia menutup satu bab penting dalam hidupnya.Tak lama, ponselnya bergetar. Bram telah membalas, "Aku juga berharap yang terbaik untukmu, Ayla. Maafkan aku atas segalanya." Membaca kata-katanya, Ayla tersenyum tipis; air mata berlinang di kedua pipinya.Meski berat, ada rasa lega dan harapan yang bermunculan dari dalam hatinya. Masa depan mungkin masih terlihat kabur, namun, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa siap menghadapi apapun yang mungkin datang.

    Last Updated : 2025-02-15
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 88: Menyongsong Harapan Baru

    Namun, di tengah kesunyian yang mereka cari jauh dari keramaian kota, bayangan masa lalu Ayla dan Adrian masih sesekali muncul, mengusik kedamaian. Suatu malam, saat Ayla sedang merapikan dapur, getaran ponselnya memecah kesunyian. Di layar, terpampang nama Rita."Halo, Rita," sapa Ayla dengan nada yang hangat dan lembut."Ayla!" seru Rita. Suaranya ceria, namun ada semburat kekhawatiran yang terdengar. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kita tidak berbicara."Ayla tersenyum, meski sadar bahwa Rita tidak dapat melihatnya. "Aku baik-baik saja, Rita. Adrian dan aku baru saja pindah ke tempat yang baru. Kami mencoba untuk memulai segalanya dari awal."Sejenak Rita terdiam, kemudian berkata, "Itu sungguh kabar yang menggembirakan, Ayla. Aku benar-benar senang mendengar kamu telah menemukan keberanian untuk melakukannya. Tapi, apakah semuanya benar-benar baik-baik saja di sana?""Ya, semuanya sangat baik," jawab Ayla dengan tulus. "Tempat ini... bena

    Last Updated : 2025-02-15
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 89: Berusaha Menikmati Momen

    Saat fajar menyingsing, Ayla dan Adrian duduk berdua di sebuah meja kecil di teras depan, menyaksikan panorama lembah yang mulai berkilau terkena cahaya mentari pagi. Angin sejuk berhembus lembut, namun tidak mampu mengusir kehangatan yang terasa meresap di antara mereka.Ayla dengan hati-hati memotong sepotong pancake dan menyantapnya dengan lahap. Dengan senyum puas, ia berkomentar, "Hmm, lumayan enak juga, ya."Adrian, dengan sorot mata yang genit, menantangnya. "Cuma 'lumayan enak'? Padahal menurutku pancake ini bisa jadi yang terenak sejagat, loh."Ayla terkekeh, matanya berkilau penuh gembira saat memandang Adrian. "Ah, kamu ini, selalu saja berlebihan.""Memang," Adrian mengakui dengan senyuman yang mengembang, sambil menikmati tegukan kopinya. "Apalagi jika itu berkaitan dengan kamu."Merona, pipi Ayla memerah mendengar kata-kata manis itu, tapi dia memilih untuk tidak menjawab. Sebaliknya, ia menatap lembah yang terhampar luas di depan mer

    Last Updated : 2025-02-16
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 90: Membangun Kepercayaan

    “Bram...” Ayla mencoba menyela, tapi Bram mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk diberi kesempatan berbicara lebih dulu.“Aku tahu aku telah menyakitimu,” ujarnya, suaranya tergoyah sedikit.“Dan aku sadar, aku telah kehilangan kesempatan untuk memperbaiki segalanya. Tapi melihatmu di sini, menjalani hidup dengan bahagiamu... itu membuatku lega. Karena setidaknya kau telah menemukan kebahagiaan yang seharusnya selalu menjadi milikmu.”Kata-kata Bram membekukan kata-kata di bibir Ayla. Dia kehilangan kata-kata untuk diucapkan. Namun, di sudut hatinya, ada kelegaan bahwa Bram akhirnya menerima kenyataan tersebut.“Terima kasih, Bram,” ucapnya akhirnya, nada suaranya penuh kelembutan. “Semoga kau juga menemukan kebahagiaanmu sendiri.”Bram hanya mengangguk, lalu perlahan berdiri. “Aku harus pergi sekarang. Tapi ingat, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu.”Ayla me

    Last Updated : 2025-02-16
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 91: Harapan Baru

    Pada suatu malam yang tenang, ketika suasana ruang tamu hanya ditemani cahaya lampu yang lembut, Adrian mengambil sebuah kotak kecil dari laci meja. Ia memandang kotak itu sejenak, ragu-ragu, sebelum akhirnya memberikannya kepada Ayla dengan tangan yang sedikit gemetar.“Apa ini?” tanya Ayla, alisnya menggambarkan rasa penasaran yang dalam.“Silakan dibuka,” ujar Adrian, senyumnya sembunyi di balik keraguan yang masih tersisa.Perlahan, Ayla membuka kotak tersebut dan matanya terpaku pada sebuah liontin perak berbentuk hati yang bersinar. Di tengah liontin itu, ukiran kecil "Harapan Baru" menggema janji yang belum terucap.“Adrian...” suara Ayla tercekat oleh kekaguman dan kejutan. “Ini sangat indah.”Adrian memandang Ayla dengan mata yang penuh kelembutan.“Aku sadar kita masih punya banyak hal untuk diselesaikan, dan perjalanan ini mungkin tak akan selalu mulus. Namun, aku ingin kau tah

    Last Updated : 2025-02-17
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 92: Kehadiran Orang Tua

    Di ruang tamu yang nyaman, percakapan mengalir dengan lembut dan hangat. Awalnya, mereka berbagi cerita tentang hal-hal sepele—cuaca yang cerah, taman kecil di halaman rumah, dan bunga lavender yang baru saja Ayla tanam dengan penuh cinta.Namun, seiring waktu, seperti yang sudah Ayla duga, pembicaraan mulai menyentuh topik yang lebih berat."Ayla," ucap Pak Haris dengan suara penuh kelembutan, bersandar pada sofa yang empuk. "Kami hanya ingin memastikan, apakah kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu ini?"Ayla menarik napas dalam, matanya berbinar-binar karena keputusannya. "Ya, Ayah. Aku yakin sekali. Aku mengerti ini mungkin sulit untuk dipahami, tetapi aku merasa... hidupku kini terasa lebih indah."Bu Lina, dengan mata yang penuh kasih sayang, menatap putrinya. "Tapi sayang, meninggalkan Bram dan memulai lembaran baru dengan Adrian... ini bukan hanya tentang kamu, lho. Apakah kamu yakin ini yang terbaik untuk semua pihak?"Ayla menund

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 142: Bersama dalam Ujian

    Adrian tiba di rumah sore itu dengan langkah gontai. Sekilas pandang, Ayla sudah bisa menangkap duka yang tergurat di wajahnya. Sebelum suara Adrian sempat memecah kesunyian, Ayla menyambutnya dengan senyum yang hangat dan lembut."Kamu kelihatan lelah, Sayang. Aku sudah siapkan sayur lodeh kesukaanmu, mungkin bisa mengusir sedikit kepenatanmu," ujarnya sambil menarik Adrian ke meja makan.Adrian hanya mengangguk perlahan, kemudian mendekati Ayla dan memeluknya erat. Dalam dekapan itu, Ayla mengusap punggung Adrian, memberikan kelembutan yang menjadi penawar lelahnya. "Terima kasih, Ay," bisik Adrian dengan suara yang serak dan penuh emosi.Malam itu, mereka duduk bersantap bersama, dengan Aruna yang manis terlelap di pangkuan Adrian. Meski kesedihan masih menggelayut di hati Adrian, Ayla mulai berbicara mengenai beberapa ide cemerlang untuk mengatur keuangan mereka lebih baik lagi."Bagaimana kalau kita mulai dengan memasak lebih sering di rumah? Saya ju

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 141: Cobaan Keuangan

    Malam itu, atmosfer di rumah kecil mereka terasa berbeda. Biasanya, suara tawa Aruna atau celoteh ringan Ayla dan Adrian mengisi setiap sudut ruang tamu. Namun, malam ini, keheningan merayap masuk, seolah membawa bayangan yang berat dan tak terhindarkan.Adrian duduk termenung di meja makan, wajahnya tertunduk, tersembunyi di antara kedua tangannya yang kuat. Selembar kertas dengan tulisan yang rapi dan kecil tergeletak tak berdaya di depannya—laporan keuangan yang baru saja diterimanya dari kantornya.Ayla, berdiri di ambang pintu dapur, memperhatikan suaminya dengan cemas."Adrian?" suaranya terdengar lirih, seolah takut untuk memecah keheningan yang menggantung di udara.Adrian mendongak, matanya terlihat lelah, mencerminkan beban yang ia pikul. Ia memaksakan senyum, meski bibirnya sedikit gemetar. "Hey, Ay. Kamu belum tidur?"Ayla mendekat, menarik kursi dan duduk di seberangnya. "Bagaimana aku bisa tidur kalau kamu terlihat begitu tertek

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 140: Petualangan Keluarga Kecil

    "Terima kasih," ucap Ayla tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh dengan rasa syukur yang mendalam.Adrian menoleh, keheranan tergambar dari alisnya yang terangkat. "Untuk apa?" tanyanya, rasa ingin tahu memenuhi suaranya."Untuk semuanya," lanjut Ayla, matanya menatap Adrian dengan penuh arti. "Untuk tetap di sini, untuk mencintai aku apa adanya... bahkan ketika aku merasa bukan siapa-siapa lagi." Suaranya semakin lembut, seolah-olah takut mengganggu kesunyian yang menyelimuti ruangan itu.Adrian tidak ragu-ragu, bangkit dari kursinya, dan duduk tepat di sebelah Ayla di sofa empuk itu. Dengan perlahan, ia menarik Ayla ke dalam pelukannya, sebuah pelukan yang memberikan kehangatan dan perlindungan."Kamu tidak pernah menjadi 'bukan siapa-siapa', Ay. Bagiku, kamu adalah segalanya. Kamu adalah rumahku. Kamu tahu itu, bukan?"Di bawah naungan pelukan itu, Ayla mengangguk, biarkan detak jantung Adrian, yang terdengar stabil dan menenangkan, menjadi iram

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 139: Menjaga Api Cinta

    Mereka berkendara menuju sebuah danau kecil di pinggiran kota, tempat yang dulu kerap mereka singgahi sebelum kehadiran Aruna. Udara segar dan pemandangan yang berwarna-warni hijau itu menyambut mereka, menghadirkan kedamaian yang telah lama mereka idamkan.Adrian memandang ke sekeliling dengan rasa takjub. "Aku enggak percaya kamu masih ingat jalan ke tempat ini," ucapnya penuh keheranan."Tentu saja aku ingat," sahut Ayla sambil membuka keranjang piknik yang telah ia persiapkan dengan teliti. "Di sini, di tempat ini, kamu pertama kali mengungkapkan cintamu padaku."Sebuah tawa kecil terlepas dari bibir Adrian, wajahnya memerah seketika. "Itu adalah salah satu momen yang paling menggetarkan hatiku. Aku takut sekali kamu tidak akan membalas perasaanku," kenangnya."Namun aku membalasnya, bukan?" Ayla membalas dengan senyum menggoda yang memancar dari matanya.Adrian tertawa lagi, lalu dengan lembut duduk di samping Ayla. "Kamu lebih dari seka

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 138: Tanpa Gangguan

    Janji itu mulai diwujudkan Ayla beberapa hari kemudian. Dengan semangat baru, ia berusaha mengatur ulang jadwalnya, menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat sehingga malam-malamnya bisa dihabiskan bersama Adrian dan Aruna.Suasana rumah pun kini lebih hangat, setiap detik bersama terasa lebih berharga.Pada suatu malam yang dingin, Ayla menyiapkan kejutan manis untuk Adrian. Setelah Aruna terlelap, ia mengubah ruang tamu menjadi oasis kecil yang tenang dan romantis dengan lampu redup dan lilin aromaterapi yang memenuhi udara dengan wangi yang menenangkan.Di atas meja kecil, ia menata dua cangkir teh hangat yang menguap dan beberapa camilan ringan yang menggugah selera.Ketika Adrian melangkah keluar dari kamar Aruna, ia terkejut dan terpesona melihat transformasi ruang tamu mereka. “Ini apa?” tanyanya, bibirnya mengembang dalam senyum yang tak bisa disembunyikan.“Ini malam kita,” jawab Ayla lembut, matanya berbinar saat

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 137: Kesibukan yang Menyita

    Pagi itu, sinar matahari menerobos jendela rumah kecil itu, menari-nari di antara aroma kopi yang baru saja diseduh. Ayla, dengan lengan blusnya yang tergulung rapi, tengah sibuk berkelana di dapur sambil sesekali memeriksa daftar tugas yang berderet di layar ponselnya.Di meja makan, suasana menjadi lebih hangat saat Adrian dengan lembut menyuapi Aruna, putri kecil mereka yang ceria, sambil sesekali membuat suara lucu, “aaaa… nyam!” yang selalu berhasil membuat Aruna tertawa gembira.“Aduh, Adrian, kamu nggak lihat file presentasiku di meja kerja, kan?” tanya Ayla, suaranya terdengar memantul dari dapur ke ruang tengah. “Kayaknya tadi malam aku taruh di sana deh.”Dengan alisnya yang sedikit terangkat, Adrian menoleh, “Yang file biru itu? Udah aku simpan di rak paling atas, biar Aruna nggak jadi mainan lagi.”“Ah, iya, benar sekali. Makasih ya,” sahut Ayla, sambil berlari kecil menuju rak

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 136: Perkenalan dengan Nadya

    Pertemuan yang semula kikuk itu mulai mencair berkat usaha Nadya. Dengan nada ramah, ia memperkenalkan diri,"Namaku Nadya," ucapnya sambil menyunggingkan senyum hangat kepada Ayla dan Adrian. "Senang sekali bisa berjumpa dengan kalian berdua. Bram sering sekali menceritakan tentang kalian."Ayla, terbawa suasana hangat tersebut, membalas dengan senyum lembut. "Senang bertemu denganmu juga, Nadya. Kamu terlihat seperti seseorang yang hangat dan menyenangkan."Nadya tertawa kecil, matanya berbinar saat menoleh ke arah Bram dengan penuh kelembutan. "Terima kasih, Ayla. Mungkin itu juga pengaruh dari Bram, dia memang orang yang istimewa."Ayla memperhatikan senyum tipis yang tersungging di wajah Bram—sesuatu yang langka ia saksikan. Bram tampaknya lebih santai, lebih terbuka, seperti terbebas dari beban.Adrian, yang ingin memastikan percakapan tetap mengalir, bertanya, "Jadi, kapan kalian berencana menikah?""Dua bulan lagi," sahut Nadya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 135: Kehadiran Baru dalam Hidup Bram

    Acara pertunangan itu berlangsung dengan gemerlap dan penuh tawa, namun bagi Ayla, sorotan malam itu bukanlah pada Bram dan Nadya.Sorotan itu tertuju pada kesadaran mendalam yang muncul di antara dia dan Adrian, tentang bagaimana mereka telah tumbuh dan berkembang bersama sebagai sepasang kekasih.Di sebuah sudut ruangan yang tenang, mereka berdua duduk bersisian di meja kecil, menikmati seiris kue yang lezat sambil terlibat dalam percakapan yang ringan namun penuh makna.Adrian dengan lembut menyeka sisa krim yang terselip di sudut bibir Ayla menggunakan ibu jarinya, suatu gerakan kecil yang mengundang tawa lembut dari Ayla."Kamu ini, selalu saja punya cara untuk membuatku tersipu," ujar Ayla sembari memberikan tepukan ringan di lengan Adrian.Adrian hanya tersenyum simpul, matanya berbinar dengan keseriusan. "Aku hanya ingin kamu tahu betapa berharganya kamu di hatiku. Sayang, kita sudah melewati banyak hal bersama. Terkadang aku bertanya-tanya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 134: Kedewasaan Cinta

    Hari pernikahan Bram tiba lebih cepat dari yang Ayla bayangkan. Setelah memutar berbagai pertimbangan dalam pikirannya, ia akhirnya memutuskan untuk absen. Baginya, hadir hanya akan membuka kembali luka lama yang telah ia usahakan untuk sembuh.Namun, pada malam yang sama, suasana di ruang tamu rumah Ayla terasa hangat dan nyaman. Ayla dan Adrian tenggelam dalam dunia film yang mereka tonton, ditemani tawa riang Aruna yang sesekali terdengar.Suasana itu sempat terhenti ketika Adrian tiba-tiba bertanya dengan nada penuh perhatian, "Kamu yakin dengan keputusanmu itu?"Ayla menoleh, matanya menatap Adrian dengan tatapan yang mengandung kebulatan tekad. "Yakin," jawabnya, mantap. "Aku sudah melangkah terlalu jauh untuk mundur. Bram sekarang punya kehidupannya, dan aku juga. Tidak perlu aku membuktikan sesuatu dengan kehadiranku di sana."Senyum mengembang di wajah Adrian, dia kemudian meraih tangan Ayla, menggenggamnya erat. "Kamu sudah melangkah sangat jauh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status