Home / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 92: Kehadiran Orang Tua

Share

Bab 92: Kehadiran Orang Tua

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-02-17 17:27:12

Di ruang tamu yang nyaman, percakapan mengalir dengan lembut dan hangat. Awalnya, mereka berbagi cerita tentang hal-hal sepele—cuaca yang cerah, taman kecil di halaman rumah, dan bunga lavender yang baru saja Ayla tanam dengan penuh cinta.

Namun, seiring waktu, seperti yang sudah Ayla duga, pembicaraan mulai menyentuh topik yang lebih berat.

"Ayla," ucap Pak Haris dengan suara penuh kelembutan, bersandar pada sofa yang empuk. "Kami hanya ingin memastikan, apakah kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu ini?"

Ayla menarik napas dalam, matanya berbinar-binar karena keputusannya. "Ya, Ayah. Aku yakin sekali. Aku mengerti ini mungkin sulit untuk dipahami, tetapi aku merasa... hidupku kini terasa lebih indah."

Bu Lina, dengan mata yang penuh kasih sayang, menatap putrinya. "Tapi sayang, meninggalkan Bram dan memulai lembaran baru dengan Adrian... ini bukan hanya tentang kamu, lho. Apakah kamu yakin ini yang terbaik untuk semua pihak?"

Ayla menund

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 93: Kecemburuan Tersembunyi

    "Bram," sapa Ayla dengan suara lembut, saat pria itu muncul di hadapannya, berdiri dengan postur yang tegap namun sedikit ragu."Ayla," Bram membalas dengan senyum yang tampak hati-hati, seolah-olah memilih kata-kata dengan saksama. "Kamu tampak... lebih bercahaya sekarang."Senyum Ayla merekah, meski hanya sekilas, sebelum ia mengangguk pelan. "Aku merasa begitu. Hidupku kini terasa lebih damai."Bram memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, matanya menyapu wajah Ayla dengan pandangan yang rumit dan sulit diartikan. "Aku senang mendengarnya. Kamu benar-benar pantas mendapatkan kedamaian itu."Kata-katanya mengalir tulus, namun Ayla tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan kecanggungan yang masih tersisa di antara mereka. Ia bermain-main dengan cincin kecil di jari manisnya, sebuah kebiasaan lama yang muncul kembali saat kegugupan menghampiri."Bagaimana kabarmu?" Ayla mencoba memecah keheningan yang sempat terbentang di antara mereka.

    Last Updated : 2025-02-18
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 94: Pertengkaran Pertama

    Malam itu, gemericik hujan yang turun dengan lebat seakan berpadu dengan denyut ketegangan yang terasa di ruang tamu. Ayla berdiri di samping jendela, jemarinya lembut menyusuri tirai, mencari secercah ketenangan dari kegaduhan alam di luar.Di kejauhan, Adrian terlihat tenggelam dalam duduknya di sofa, tubuhnya condong ke depan, siku bertumpu pada lutut, matanya muram, penuh dengan gelora emosi yang belum tercurah.“Adrian, aku tak mengerti mengapa hal ini menjadi begitu pelik,” kata Ayla dengan nada lelah namun tetap berusaha tenang.Adrian menoleh dengan tatapan yang tajam, seolah bisa menembus hati Ayla. “Pelik? Ayla, aku melihat cara dia memandangmu di acara itu. Dan aku merasa, kau... kau belum sepenuhnya melepaskan dia.”Ayla berbalik, alisnya naik satu tingkat. “Apa maksudmu? Sudah berapa kali aku katakan, tidak ada yang terjadi antara aku dan Bram.”“Namun kau tak menyangkal, bukan? Bahwa masih ada

    Last Updated : 2025-02-18
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 95: Pelukan yang Menenangkan

    Keesokan paginya, suasana di rumah mereka terasa jauh lebih hangat dan menenangkan. Ayla sedang asyik menyiapkan sarapan di dapur ketika Adrian mendekatinya dari belakang dengan langkah yang hampir tak terdengar.Dengan lembut, ia memeluknya dari belakang, menempatkan dagunya di atas bahu Ayla yang membuat wanita itu tersenyum simpul."Ada yang spesial hari ini?" tanya Ayla, melirik Adrian lewat sudut matanya."Tidak ada yang spesial, hanya ingin mengucapkan terima kasih," sahut Adrian dengan nada suara yang hangat memenuhi ruangan. "Aku benar-benar bersyukur kamu ada di sini, bersamaku."Ayla tertawa pelan, suaranya merdu seiring dengan tangan Adrian yang masih melingkar di pinggangnya. "Aku juga bersyukur, Adrian. Selalu ada alasan untuk bersyukur setiap kali aku bersamamu."Sepanjang hari itu, percakapan mereka mengalir lebih deras dari biasanya. Mereka berbagi kecemasan yang sering menghantui, rintangan masa lalu yang masih membayang, serta bag

    Last Updated : 2025-02-19
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 96: Janji untuk Masa Depan

    Setelah menikmati sarapan yang hangat, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah. Langit tampak cerah dan angin pagi membawa kesejukan yang menggembirakan.Mereka melangkah di sepanjang jalan setapak yang dinaungi oleh pepohonan yang rindang, tangan mereka saling menggenggam erat.“Aku merasa lebih ringan,” ucap Adrian, memecah kesunyian yang sempat menggantung. “Sepertinya, aku belum pernah merasa setenang ini sebelumnya.”Ayla menoleh ke arah Adrian, senyumnya lembut dan penuh pengertian. “Itu karena kita akhirnya berbicara dengan jujur satu sama lain. Kadang-kadang, hal-hal kecil seperti itu bisa membuat perbedaan yang besar.”Adrian mengangguk perlahan, kemudian menghentikan langkahnya. Ia menarik Ayla ke bawah salah satu pohon besar, membiarkan mereka berdiri di bawah naungan daun-daun yang bergerak lembut tertiup angin.“Aku ingin mengatakan sesuatu,” ujarnya, menatap mata Ay

    Last Updated : 2025-02-19
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 97: Mimpi Masa Depan

    Pada hari yang dipenuhi cahaya itu, Adrian dan Ayla menghabiskan waktu berlarut-larut dalam pembicaraan tentang mimpi dan harapan yang merekah di antara mereka.Adrian, dengan langkah ringan, mengajak Ayla menyusuri taman kecil yang bersembunyi tepat di sudut rumah mereka, tempat dimana pepohonan rindang merayakan kedamaian, melindungi mereka dari terik matahari yang semakin berani.Dalam pelukan bayangan daun-daun yang berdesir lembut, mereka pun menetapkan hati di atas bangku kayu tua, melanjutkan percakapan yang seakan-akan menjadi awal dari suatu petualangan yang lebih luas dan mendalam.“Lalu, bagaimana jika kita bicara tentang rumah impian kita?” usul Adrian, kepala sedikit miring, menampilkan senyum yang sarat akan rasa penasaran.Ayla merenung sejenak, kemudian melontarkan jawabannya dengan penuh pertimbangan, “Aku menginginkan sebuah rumah yang sederhana, namun dipenuhi dengan kehangatan dan cinta. Mungkin, di belakang rumah ada

    Last Updated : 2025-02-20
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 98: Keberanian Menghadapi Dunia

    Setelah beberapa jam perjalanan, Adrian dan Ayla akhirnya tiba di rumah keluarga Adrian yang besar dan megah. Taman luas yang mengelilingi rumah itu tampak rapi dan menyegarkan mata. Tempat inilah yang menjadi saksi bisu dari awal mula kisah mereka.Sekarang, dengan napas penuh tekad, mereka kembali untuk memulai babak baru.Dengan langkah yang terkesan santai, Adrian membuka pintu gerbang. Namun, Ayla dapat merasakan ketegangan yang menyelimuti bahu Adrian. Ia pun meraih tangan Adrian, menggenggamnya dengan erat, memberikan dukungan yang tak terucapkan.Adrian menoleh dan tersenyum tipis, “Terima kasih,” bisiknya halus.Mereka melanjutkan langkah ke dalam halaman. Suara langkah kaki mereka di jalan setapak yang berbatu terdengar bergema, memecah keheningan. Ketika sampai di pintu depan, pintu tersebut terbuka perlahan, mengungkap sosok yang menjadi inti dari konflik mereka—Bram.Bram berdiri dengan postur yang tegap, mengenakan k

    Last Updated : 2025-02-20
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 99: Memaafkan Diri Sendiri

    Ruang tamu di rumah besar keluarga Adityo bergema dengan obrolan yang hangat dan penuh keakraban. Aroma masakan Jawa yang memikat bercampur aduk dengan suara denting peralatan makan dan tawa riang yang sesekali pecah di meja makan.Pada hari itu, keluarga Adityo berkumpul kembali, menghidupkan tradisi yang telah lama mereka pelihara. Namun kali ini, pertemuan tersebut mempunyai makna yang lebih dalam bagi Ayla dan Adrian.Ayla berdiri dengan anggun di dekat pintu, merapikan gaunnya yang elegan. Napasnya terasa sedikit berat, namun ia menyembunyikannya di balik senyum hangat yang tak pernah pudar dari wajahnya. Di sampingnya, Adrian dengan lembut menepuk punggungnya, memberikan semangat."Kita pasti bisa melalui ini bersama," bisik Adrian, suaranya penuh dengan ketenangan dan kepastian.Ayla memalingkan wajah, menatap mata Adrian. Dalam kilauan matanya, Ayla menemukan sumber kekuatan yang selama ini ia cari. Ia mengangguk pelan, erat menggenggam tangan Adr

    Last Updated : 2025-02-21
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 100: Cinta yang Menguatkan

    Malam itu, setelah makan malam yang penuh gelak tawa namun juga tegang, Ayla melangkah keluar menuju teras untuk menikmati hembusan udara segar.Cahaya lampu taman yang lembut menerangi seluruh halaman, menciptakan suasana yang menenangkan, sangat berbeda dengan ketegangan yang mungkin masih terasa di dalam rumah.Dia berdiri di sana, membiarkan pandangannya melayang ke langit yang dipenuhi bintang, sambil mencoba menenangkan debaran di dadanya yang belum juga reda.“Berat, ya?” suara Bram tiba-tiba terdengar, memecah kesunyian malam.Ayla terkejut, tetapi dia berusaha keras untuk tidak memperlihatkan kekagetannya. Ia menoleh dan melihat Bram berdiri beberapa langkah di belakangnya, wajahnya kini terlihat lebih lembut, meski masih ada gurat kelelahan yang tersembunyi di matanya.“Ya,” jawab Ayla dengan suara yang jujur, namun lembut. “Tapi aku sudah tahu ini tidak akan mudah.”Bram melangkah mendekat, berd

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 176: Cinta yang Terus Hidup

    Siang itu, di antara kehangatan matahari yang lembut, Adrian dan Aruna melangkah memasuki toko bunga. Mereka sepakat untuk menambahkan tanaman baru ke taman kecil di rumah, sebuah tempat yang selalu terasa seperti ruang istimewa untuk keluarga mereka.Rak-rak yang dipenuhi bunga warna-warni menyapa mereka dengan aroma segar dan pemandangan yang memanjakan mata.Saat melewati deretan bunga mawar, langkah Aruna terhenti di depan mawar putih yang tersusun rapi dalam keranjang rotan. Jemarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak salah satu bunga, seolah takut merusaknya."Mama suka mawar putih, kan, Pa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Adrian, matanya penuh kenangan.Adrian tersenyum kecil, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dia bilang mawar putih itu lambang cinta yang murni. Meja makan kita hampir selalu dihiasi bunga ini."Aruna tersenyum, seolah menemukan jawaban atas kerinduan yang samar. Ia mengambil beberapa tangkai mawar, memeluknya dengan lembut sepe

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 175: Cinta yang Membanggakan

    Sore itu, Adrian dan Aruna duduk di ruang kerja Ayla, sebuah sudut kecil yang seakan menyimpan jiwa pemiliknya. Rak-rak penuh buku berjajar rapi, dihiasi benda-benda kecil yang seolah berbicara tentang kenangan masa lalu.Cahaya matahari sore masuk melalui jendela, memantulkan rona keemasan di dinding ruangan.Aruna, yang sedang menelusuri rak buku, tiba-tiba menemukan sebuah jurnal tua dengan nama Ayla tertulis di sampulnya. Tulisan tangan itu sederhana, tetapi penuh makna.“Ini jurnal Mama?” tanya Aruna dengan nada ingin tahu sambil membuka halaman pertama.Adrian yang duduk di sofa dekat jendela mengangguk perlahan. “Iya. Mama kamu selalu suka menulis. Baginya, itu cara terbaik untuk menyampaikan apa yang tidak sempat diungkapkan dengan kata-kata.”Dengan hati-hati, Aruna mulai membaca halaman demi halaman. Tulisan Ayla mencatat berbagai momen penting dalam hidupnya—dari pertemuan pertamanya dengan Adrian hingga keb

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 174: Mengenang yang Terkasih

    Malam itu, setelah Aruna kembali ke rumahnya sendiri, Adrian duduk sendirian di ruang keluarga. Di hadapannya tergeletak sebuah album foto yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu.Jari-jarinya perlahan membuka halaman demi halaman, menghidupkan kembali senyum Ayla yang terbingkai dalam setiap gambar. Setiap potret adalah pengingat akan cinta dan kebahagiaan yang pernah memenuhi hidupnya.Tangannya terhenti pada sebuah foto pernikahan. Ayla tampak memukau dalam balutan gaun putih yang anggun, sementara Adrian di sampingnya terlihat muda, penuh semangat, dan percaya diri. Ia memandang gambar itu lama, seolah ingin menangkap kembali momen kebahagiaan yang tak tergantikan.“Ayla,” bisiknya dengan suara yang serak oleh emosi. “Aku harap kamu tahu... aku selalu mencintai kamu. Setiap hari. Setiap detik.”Ia memejamkan mata, membiarkan arus kenangan membanjiri pikirannya. Meski dadanya terasa sesak oleh rasa rindu yang menusuk, ada kehang

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 173: Warisan Cinta

    Hari-hari setelah kepergian Ayla adalah masa yang sulit bagi Adrian. Kesedihan seperti bayangan yang selalu mengikutinya, tetapi ia tahu, Ayla tidak pernah benar-benar pergi. Setiap sudut rumah mereka menyimpan kenangan; dindingnya seolah berbisik tentang tawa dan percakapan mereka.Setiap bunga yang mekar di taman menjadi peringatan akan cinta yang mereka bangun dengan penuh kasih sayang.Di malam-malam sunyi, Adrian sering duduk di kursi goyang di teras belakang, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit gelap. Ada rasa damai sekaligus rindu yang melingkupi hatinya."Aku nggak akan lupa janji kita, Ay," gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam di antara desir angin. "Aku akan terus hidup dengan bahagia, untukmu."Cinta mereka tidak berhenti di situ. Cinta itu tetap hidup, bersemayam dalam setiap kenangan yang mereka ciptakan, dalam napas Aruna—putri kecil mereka yang menjadi buah hati dari kisah cinta yang tak tergantikan.

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 172: Saling Menemani Hingga Akhir

    Hujan turun perlahan, butirannya meliuk-liuk di kaca jendela kamar Ayla dan Adrian, seakan menari dalam kesunyian malam.Udara dingin menembus hingga ke tulang, namun di dalam kamar itu, kehangatan terasa begitu nyata—kehangatan yang berasal dari cinta yang telah mereka rawat bersama selama bertahun-tahun. Ayla terbaring di tempat tidur, tubuh mungilnya dibalut selimut tebal.Wajahnya tampak pucat, tapi sorot matanya tetap memancarkan kelembutan yang menjadi ciri khasnya, kelembutan yang selalu membuat Adrian jatuh cinta.Adrian duduk di kursi kecil di samping tempat tidur, sebuah buku terbuka di tangannya. Suaranya lembut saat ia membacakan cerita, setiap kata meluncur seperti irama yang menenangkan. Ia seolah ingin menjadikan kata-kata itu jubah hangat yang membungkus hati Ayla.“...dan akhirnya, sang putri menemukan kebahagiaan di tempat yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah akhir yang mungkin tak sempurna, tapi cukup untuk membuatnya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 171: Kehidupan Penuh Cinta

    Di meja makan, aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat memenuhi udara pagi itu. Adrian duduk di seberang Ayla, mengaduk kopinya dengan gerakan pelan, sesekali melirik istrinya yang tengah menikmati sarapannya.Keheningan di antara mereka terasa nyaman, seolah tak perlu ada kata-kata untuk mengisi ruang. Namun tiba-tiba, Adrian membuka suara, suaranya lembut namun cukup jelas memecah kesunyian."Aku ingat," katanya, senyuman tipis menghiasi wajahnya.Ayla mengangkat alis, meletakkan sendoknya dengan hati-hati. Tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Ingat apa?" tanyanya lembut.Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Ayla dengan sorot yang sulit diartikan. "Waktu pertama kali aku sadar kalau aku jatuh cinta sama kamu," ucapnya pelan, seperti berbicara langsung dari hatinya.Kata-kata itu membuat Ayla tertegun. Dia tidak menduga Adrian akan mengungkit kenangan itu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman, tapi s

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 170: Perpisahan Menguatkan

    Adrian terdiam. Tatapannya mengabur, diselimuti emosi yang terus ia tahan agar tak tumpah. "Ay, aku nggak mau membicarakan itu sekarang," ucapnya pelan, nyaris berbisik."Tapi aku perlu kamu dengar, Din," balas Ayla, suaranya tegas namun tetap lembut, seperti angin sore yang menyentuh kulit tanpa melukai. "Aku tahu kamu mencintaiku. Aku tahu kamu rela melakukan apa saja untukku. Tapi, Din, aku juga ingin kamu tahu… kebahagiaanmu penting buatku. Sama pentingnya."Adrian menatap Ayla lama, seolah-olah sedang mencari sesuatu di dalam matanya—sebuah harapan, mungkin. Matanya, yang biasa penuh dengan ketenangan, kini berkilat, dihiasi air mata yang menunggu untuk jatuh."Aku nggak bisa bayangkan hidup tanpa kamu, Ay," gumamnya akhirnya, suaranya nyaris pecah.Ayla tersenyum, walaupun air mata mulai menitik di pipinya. "Aku nggak akan pernah benar-benar pergi, Din. Aku akan selalu ada di sini." Jemarinya perlahan menyent

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 169: Tantangan Terakhir

    Sesampainya di rumah, Adrian langsung mengantar Ayla ke kamar. Dengan penuh perhatian, ia merapikan bantal dan menyelimuti tubuh istrinya yang tampak kelelahan. Ayla hanya bisa tertawa kecil, senyumnya menghangatkan suasana."Din, aku bukan anak kecil," ucap Ayla lembut, tangannya menyentuh pipi Adrian dengan kehangatan yang membuatnya sejenak terhenti.Adrian mendekat dan duduk di tepi tempat tidur. Tatapannya penuh kasih. "Aku tahu kamu bukan anak kecil. Tapi kamu istriku, Ay, dan aku akan selalu memastikan kamu baik-baik saja."Nada suaranya—tenang namun tegas—membuat Ayla terdiam. Ia meraih tangan Adrian, menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Kamu tahu, Din? Aku nggak pernah merasa seaman ini sebelumnya. Terima kasih karena selalu ada untukku."Adrian tersenyum lembut. Ia membawa tangan Ayla ke bibirnya, mengecupnya dengan perlahan. "Aku nggak akan pernah pergi, Ay. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Nggak ada yang bisa mem

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 168: Momen dalam Kedamaian

    Hari itu berlalu dalam kehangatan yang sederhana, namun begitu membekas di hati. Setelah sarapan bersama—ritual pagi yang selalu mereka nikmati dengan tawa kecil dan obrolan ringan—Ayla mengusulkan ide untuk mencoba resep baru yang ia temukan di buku masak lamanya.Adrian, yang awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut terjun ke dapur.“Duh, ini kayaknya kebanyakan gula, deh,” keluh Adrian sambil mengaduk adonan kue dengan raut penuh keraguan.Ayla tertawa kecil, melirik suaminya dengan tatapan geli sembari tangannya cekatan memotong cokelat hitam. “Nggak apa-apa, kalau terlalu manis, kita kasih aja ke anak-anak tetangga. Mereka pasti suka.”Adrian mengangguk pelan, meski garis ragu di keningnya belum juga sirna. Ia mencuri pandang ke arah Ayla, yang tengah sibuk bekerja dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. "Kamu tahu nggak, Ay? Ada satu hal lagi yang bikin aku bangga selain Aruna."Ayla berhenti sejenak, alisn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status