Beranda / Romansa / Satu Hari Dua Akad / Season 2 (Bagaimana Rasanya Tidur Dengan Suamiku)

Share

Season 2 (Bagaimana Rasanya Tidur Dengan Suamiku)

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Bab 1

"Iya, papa pulang minggu depan. Maaf ya, banyak sekali pekerjaan soalnya."

Aku mencoba melepaskan tangan mas Dirga. Dia menelpon istrinya di hadapanku, sepertinya dia tidak takut jika tiba-tiba aku merebut ponsel dan bicara pada istrinya.

"Lepas!" Mulutku bergerak tanpa suara.

Bukannya melepaskan, mas Dirga malah menarikku ke dalam pelukannya.

"Iya, Ma. Selesai semuanya papa langsung pulang, papa juga sudah rindu rumah dan juga Mika."

Aku menekan dada yang terasa sesak mendengar percakapan mesra mas Dirga dan istrinya.

“Sudah pasti papa juga merindukan mama.”

Tidak kuat lagi dengan ini aku mendorong tubuh mas Dirga dan masuk ke dalam kamar. Masih bisa kudengar dia yang bicara pada istrinya dan sesaat kemudian memanggilku.

“Sayang, jangan cemburu begitu. A–”

“Sudahlah, Mas. Kamu pulang sana, kamu sudah tiga hari di sini,” usirku tanpa sedikitpun menoleh padanya.

Sebisa mungkin menahan desakan air mata yang berlomba untuk keluar.

Bisa kurasakan tangannya kini melingkar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Satu Hari Dua Akad   Bertahan tapi Sakit

    Bab 2 Sudut mataku bisa menangkap bayangan istrinya mas Dirga dengan senyum tersungging di bibirnya, tidak bisa kuartikan apa arti senyumnya itu. Apa dia sudah tahu soal hubunganku dengan suaminya? “Mbak, ini ada warna birunya tidak?” Suara pelanggan membuatku kembali fokus, “Iya, tunggu sebentar, Mbak.” Aku mencoba untuk mengabaikan tatapan istri mas Dirga yang seolah-olah ingin menguliti aku. Keringat dingin sampai membasahi pelipis, satu hal yang aku takutkan adalah wanita itu membuat keributan dan mempermalukan aku di depan semua orang. Selain kehilangan pekerjaan, aku akan kehilangan harga diri juga. Ponselku bergetar, dengan cepat aku masuk ke dalam gudang. Nama mas Dirga terpampang di layar ponsel, dia pasti beralasan hingga tadi tidak melihatnya bersama istrinya. “Sayang, maafkan aku. Sungguh, aku tidak tahu istriku akan masuk ke dalam tokomu.” Aku menghela nafas berat, “Bawa dia pergi, Mas. Aku merasa tidak tenang, aku tidak bisa bekerja dengan baik.” “Iya. Aku akan

  • Satu Hari Dua Akad   Aku Memang Pendosa

    Bab sebelumnya direvisi, baca ulang ya teman-teman.Bab 3"Jangan main-main kamu, Mas!" ucapku sambil melirik ke arah mobil takut jika Nina tiba-tiba keluar.Aku sengaja meminta berhenti sejenak untuk mengangkat telepon, tidak mengatakan jika ini dari mas Dirga. Tanpa aku bicara pun Nina sudah pasti mengerti."Aku serius makanya aku datang menemui orang tuamu.""Tapi aku tidak mau, Mas. Aku ingin mengakhiri semuanya!""Dimana kamu sekarang? Aku akan kesana!""Mas ….""Atau kamu mau aku bicara sekarang pada orang tuamu?"Kuhela nafas panjang. "Kita bertemu di tempat biasa."Aku memijat pangkal hidung yang terasa berdenyut, baru saja akan melepaskan belenggu yang menyesakkan dada. Malah mas Dirga menghadang, dia malah mengambil langkah yang sama sekali tidak kuduga.Ini yang terakhir aku bertemu dengannya, itu harapanku. Setelah ini aku ingin bebas, bod*h memang karena menyiksa diri sendiri selama empat tahun untuk bertahan dengan laki-laki yang bahkan tidak memiliki pendirian.Dia meng

  • Satu Hari Dua Akad   Berat tapi Harus Dilepaskan

    Bab 4"Kau yakin masuk kerja?" tanya Nina saat melihatku sudah rapi.Aku tertawa penuh kepalsuan. "Bukan karena patah hati aku jadi mogok bekerja. Aku masih butuh makan, Nin," gurauku.Setelah kejadian tadi malam yang menguras air mata, aku sudah memutuskan untuk mengubur semua kisah masa lalu yang menyakitkan itu.Kontak mas Dirga sudah kublokir termasuk sosial medianya. Tapi tidak bisa dipungkiri jika dia pasti akan datang ke toko untuk menemuiku.Untuk menghindarinya memang tidak bisa, jadi pilihannya hanya menghadapi dia dan bersikap seolah-olah tidak saling mengenal. Mungkin terdengar mudah tapi entah bisa atau tidak aku melakukannya.Bisa, tidak bisa aku tetap harus memaksakan diri. Membiasakan dengan semua ini. Sudah cukup kebod*han yang aku lakukan. Aku tidak ingin membuat orang tuaku kecewa jika tahu anak mereka menjadi duri dalam rumah tangga orang lain."Hari ini jatah libur kita beda. Padahal kalau sama aku ingin mengajakmu ke puncak.""Yah … kalau begitu nanti coba ajukan

  • Satu Hari Dua Akad   Cinta itu Menjaga Bukan Merusak

    Antara Setia dan DustaBab 5"I–ni, Ma. Aku bilang kalau kamu tidak mau baju kuning, kamu 'kan tidak suka warnanya." Mas Dirga gelagapan, sudah jelas dia asal bicara.Nyalinya ciut tidak seperti perkataannya tadi yang bicara seolah-olah ingin membongkar semuanya pada Mbak Shanum."Kata siapa mama tidak suka warna kuning?" Mbak Shanum berjalan mendekat, dia sudah memakai dress yang tadi diambilnya.Dia mengambil dress santai di atas lutut berwarna kuning dengan motif bunga."Kamu sendiri yang bilang. Dari dulu 'kan tidak suka warna kuning.""Selera orang itu bisa berubah, Pa. Apalagi kalau lihat barang bagus sedikit, pertahanannya bisa saja goyah. Benar tidak, Mbak?" Mbak Shanum melirik ke arahku dengan senyum yang tak mampu kuartikan.Deg!Perkataan mbak Shanum seperti mengandung makna di dalamnya. Aku berpikir jika memang dia benar-benar sudah tahu hubunganku dan mas Dirga. Tapi sekarang antara aku dan mas Dirga sudah tidak ada apapun. Tidak seharusnya aku takut, meski dulu memang me

  • Satu Hari Dua Akad   POV Shanum (Bukti Perselingkuhan)

    POV Shanum (Sebelum tahu perselingkuhan Dirga dan Raisa)"Papa ada kerjaan ke luar kota. Tapi tidak lama," ujar mas Dirga.Aku tersenyum sambil memasangkan dasi. "Sore langsung pulang kah?" tanyaku.Dia malah mencubit hidungku. "Mana bisa seperti itu, Ma. Itu namanya jalan-jalan bukan bekerja.""Mama tidak bisa kalau papa lama-lama di luar kota." Aku merengek padanya.Mas Dirga menarik pinggangku hingga tubuh kami menempel."Rindu ya?" Sebelah matanya mengerling nakal.Tanganku melayang memukul pundaknya. "Tidak.""Tidak salah lagi 'kan?" balasnya dengan wajah yang semakin mendekat, aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat."Mas. Ini sudah siang, aku harus ke kantor." Aku menahan dadanya dengan kedua tangan.Senyum tersungging di bibirnya lalu mengecup singkat keningku."Iya. Nanti pulang papa dari luar kota baru papa kurung mama seharian di kamar," guraunya dengan gelak tawa.Beginilah suamiku, dia begitu manis, perhatian dan juga pengertian padaku yang seorang wanita karir.

  • Satu Hari Dua Akad   Bangkai Yang Disembunyikan

    Perih, seperti luka yang ditaburi garam. Dadaku bahkan semakin terasa sesak. Bibirku bergetar diiringi suara isak tangis yang lolos.Detik saat aku melihat foto mesra mas Dirga dan wanita lain, saat itu pula duniaku langsung hancur. Tanganku yang gemetar bergerak untuk membuka salah satu video. Hanya beberapa detik, aku tak sanggup melihatnya. Video panas suamiku dan wanita itu. Tidak diragukan lagi, wajah suamiku bahkan terekam dengan sangat jelas seolah-olah memang video ini sengaja dibuat.Miris melihat senyum bahagianya yang tertangkap kamera.Kamu bahagia, Mas? Bahagia menghancurkan hidupku.Aku menggelengkan kepala, masih tidak percaya dengan semua ini. Ponsel di tanganku sudah terjatuh tepat di atas karpet.Semua ini pasti mimpi! Tapi kenapa sakitnya begitu nyata?Mas Dirga tidak mungkin melakukan ini. Dia tidak akan mungkin berkhianat. Semakin aku menyangkal rasanya semakin menyakitkan.Semua bukti sudah aku lihat dengan mataku sendiri. Ini bukan mimpi, ini kenyataan pahit yan

  • Satu Hari Dua Akad   Ketahuan Mika

    Antara Setia dan DustaBab 11 POV ShanumAku tersentak saat Zian tiba-tiba memelukku. Hanya memeluk tanpa berkata-kata. Mungkin niatnya ingin menguatkanku. Sekuat tenaga kutahan desakan air mata agar tidak sampai merembes keluar.Hanya Zian yang tahu soal ini, karena aku juga berniat meminta bantuannya. Saat awal diberitahu Zian sangat murka bahkan dia berniat menemui mas Dirga, sudah pasti suamiku itu akan langsung dipukuli tapi aku menahannya. Jangan sampai semua rencanaku gagal.Rencana jahat? Tentu saja bukan.Kejahatan yang dibalas kejahatan itu sangat rendahan. Dan jika aku melakukannya bukankah jatuhnya aku sama saja dengan mereka?Semua ini kulakukan karena tidak melihat niat baik dari mas Dirga untuk memperbaiki semuanya. Dia bahkan masih mengejar wanita itu bahkan sampai berniat menikahinya. Soal ini aku tahu dari Zian yang turun tangan mencari informasi. Entah bagaimana caranya aku pun tidak tahu. Karena yang terpenting adalah infonya bukan caranya mendapatkan info."Ingat

  • Satu Hari Dua Akad   Alasannya (POV Dirga)

    POV DirgaRaisa, gadis berparas cantik dengan senyum manis yang selalu sukses membuat jantungku berdebar. Pertama kali melihatnya aku sudah jatuh hati, tidak ingat jika di rumah ada anak dan istri. Pesona Raisa benar-benar tidak bisa ditolak.Di toko tempatnya bekerja, pertama kali kami bertemu hingga melakukan perkenalan singkat. Selain parasnya yang cantik dia juga begitu lembut, pengertian dan selalu membuatku nyaman berada di dekatnya. Apa yang tidak kudapatkan dari Shanum, aku mendapatkannya dari Raisa.Saat ada masalah pun aku bercerita padanya, dia memang tidak memberikan solusi tapi bisa menjadi pendengar yang baik. Sedangkan pada Shanum, aku selalu berpikir berkali-kali untuk menceritakan masalahku karena dia pun selalu berkutat dengan kesibukannya sendiri.Aku seperti lahir kembali karena Raisa, merasakan hidup baru yang beberapa tahun belakangan ini sangat monoton dan membosankan. Kuakui jika dilihat sekilas Shanum istriku tidak memiliki kekurangan, wajahnya juga cantik dan

Bab terbaru

  • Satu Hari Dua Akad   Akhirnya Bisa Bahagia

    “Gue tahu lo kecewa sama Mama. Lo beneran nggak mau nemuin Mama?” tanya Bisma.“Daripada gue marah-marah ke Mama mending nggak dulu.” Bian masih merasakan kekecewaan yang mendalam.“Sekarang Mama nggak pura-pura lagi, gue sendiri yang nemuin dokternya. Mama bener-bener kena stroke.”Bukan Bian yang kaget tapi Aini yang membuka mulutnya dengan lebar saking kagetnya mendengar kabar soal ibu mertuanya. Kemarin mereka menganggap Bu Liana itu pura-pura tapi nyatanya memang terkena serangan jantung hingga membuatnya terkena stroke.Bukan hanya tidak bisa berjalan, Bu Liana juga tidak bisa bicara sama sekali.“Mas, kita lihat Mama ya,” pinta Aini, ia masih memiliki hati.“Sayang ....”“Mas, aku nggak mau kamu terus menjauhi Mama. Mungkin dengan kejadian ini Mama menyadari apa yang pernah diperbuatnya itu sebuah kesalahan. Aku nggak mau kamu jadi anak durhaka, Mas.” Aini menatap sang suami dengan mata berkaca-kaca.Aini sudah menganggap Bu Liana sebagai ibunya meski perlakuan Bu Liana jauh da

  • Satu Hari Dua Akad   Sandiwara Mama Mertua

    “Mama kok bisa di sini?” Aini langsung berdiri menghampiri ibu mertuanya yang ada di ambang pintu, duduk di kursi roda.“Mama sudah keluar dari rumah sakit dan mau melihat Lyla,” ujar Bu Liana tapi pandangan matanya menghunus pada Nella yang tidak kalah tajam menatap Bu Liana.“Bukannya dokter bilang kalau Mama-”“Mama nggak tenang kalau ada di rumah sakit takutnya kamu didatangi orang bermuka dua ini,” potong Bu Liana tanpa mengalihkan pandangan dari Nella.Nella menyeringai, ia tahu Bu Liana kini mulai melakukan permainannya. Nella tidak akan langsung masuk tapi mengambil ancang-ancang.“Mbak Ai, kalau begitu aku permisi dulu ya. Lain kali aku main lagi,” pamit Nella.“Loh, kenapa?”“Bawaannya panas di sini. Ada yang terbakar tapi bukan api,” ucap Nella dengan senyum penuh arti, ia beralih pada Lyla yang sibuk dengan mainannya, “Lyla, Tante pulang dulu ya. Nanti main lagi ke sini.”“Tante, Lyla masih mau main

  • Satu Hari Dua Akad   Perdebatan Sengit

    "Mas, ayo kita lihat Mama.""Kamu di sini aja, biar Mas yang kesana." Bian menahan Aini untuk tidak ikut."Tapi, Mas-""Nurut ya. Besok baru kamu boleh nengokin Mama. Aku juga sekalian ke pasar habis dari rumah sakit jadi kami mending nggak usah ikut.""Ya udah, semoga Mama nggak kenapa-kenapa."Aini merasa khawatir pada ibu mertuanya. Meskipun Bu Liana sering berbuat jahat tapi Aini tidak sampai hati jika harus senang atas berita yang didengarnya. Ia tetap menghormati Bu Liana sebagai ibu mertua."Mas berangkat ya." Bian langsung pergi setelah taksi online yang dipesannya datang.Alamat rumah sakit sudah dikirimkan oleh art Bu Liana. Bian mengubah tujuan langsung ke rumah sakit, terpaksa ia harus memesan mobil itu sampai nanti pulang lagi karena tidak ingin ribet apalagi harus menunggu lagi. Bian pun tidak akan lama di rumah sakit, hanya melihat kondisi ibunya setelah itu pulang."Nyonya di dalam, dari tadi men

  • Satu Hari Dua Akad   Karma dan Bahagia

    POV Author“Aish! Kenapa juga aku harus memohon kayak gini, macam nggak ada cowok lain.” Nella melemparkan ponselnya sembarang arah lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia baru saja membaca ulang pesan yang kemarin malam dikirim pada Bian.Menjatuhkan harga diri, pikir Nella.Nella bukan wanita yang haus akan cinta, ia memang marah dan kecewa saat tahu ternyata ibu mertuanya itu menipunya metah-mentah. Mengatakan jika Bian tidak pernah menikah padahal nyatanya sudah menikah bahkan memiliki anak dari Aini.Tidak hanya marah pada Bu Liana tapi pada Bian dan juga Aini karena merasa dibohongi, ia merasa seperti orang bodoh karena hanya ia sendiri yang tidak tahu soal fakta besar ini.Setelah tahu fakta, Nella menurunkan orang kepercayaannya untuk mencari tahu soal apa yang terjadi sebenarnya, apakah memang kesengajaan. Nella tidak mau salah membenci orang.Tidak bisa dipungkiri jika ia merasa nyaman bersama dengan Bian tapi bicara

  • Satu Hari Dua Akad   Masih Harus Berjuang

    “Tadi pas aku lewat denger suara orang nangis, aku kira Lyla yang nyariin Mbak Ai ternyata aku salah,” jawab Mas Bian sambil tertawa.Aku pikir dia akan membongkar semuanya.“Salahnya apa?”“Ternyata Mbak Ai yang nangis.”Ya ampun, kenapa Mas Bian malah mengatakan itu.“Terus kamu nyelonong saja begitu? Ih, nggak sopan banget sih. Mbak Ai pasti marah.”“Tadi saja aku langsung diusir, aku hanya khawatir Lyla kenapa-napa.”“Syukurlah kalau Lyla nggak apa-apa. Tapi kamu itu bikin malu, Mas. Main masuk ke kamar orang saja.”Sekarang bisa bernapas lega saat mendengar suara langkah kaki mereka menjauh. Salahku memang karena lupa mengunci pintu kamar, besok malam aku harus mengunci pintu agar Mas Bian tidak main masuk ke dalam kamar dan kepergok seperti tadi, untung saja Bu Nella percaya kalau tidak akan semakin bahaya.Aku bangun lebih pagi berniat membersihkan halaman belakang setelah selesai memasukkan semu

  • Satu Hari Dua Akad   Memilih Menjauh

    “Sayang.”aku berjengit mendengar suara Mas Bian. Menoleh menatapnya menyembulkan kepala di celah pintu kamar mandi.“Kenapa, Mas?”“Kalau mau pesan makan sekalian kopi ya.”“Ya ampun, kamu cuman mau bilang itu doang keluar kamar mandi?” Aku geleng-geleng kepala dengan tingkah Mas Bian.“Iya.” Dia menjawab sambil tersenyum lebar lalu masuk lagi ke dalam kamar mandi.Dia tidak menyadari raut wajahku jadi tidak khawatir. Biarkan nanti Mas Bian membaca sendiri pesan dari Bu Nella. Aku jadi penasaran bagaimana reaksi Mas Bian nanti. Apa dia akan mengikuti keinginan Bu Nella atau tetap dengan pendiriannya untuk tidak ikut campur lagi dengan urusan ibu mertua.Tapi mendengar sampai membawa-bawa hukum, ngeri juga sebenarnya. Tapi jika memang Bu Nella dan keluarganya merasa tertipu itu hal wajar, aku saja marah saat Mas Bian diberitahu kalau aku sudah meningga

  • Satu Hari Dua Akad   Fakta Terungkap

    POV AiniTangisku pecah saat Mas Bian menarikku ke dalam pelukannya.Mas Bian percaya ini aku, istrinya. Buku nikah dan kalung ini yang memperkuat. Meski tanpa dua hal itu Mas Bian seharusnya merasakan kehadiranku, aku saja masih bisa mengingat suaranya meski bertahun-tahun tidak berjumpa seharusnya ia pun sama.“Aini ... Aini ....” Dia terus memanggil namaku dengan suara yang bergetar.“Iya, Mas. Ini Aini, istri Mas Bian.” Tanganku melingkar dengan erat di punggungnya. Menyalurkan kerinduan yang bertahun-tahun ditahan.“Maafin Mas, Aini. Dalam kondisi Mas yang seperti ini Mas susah sekali percaya pada orang.”Mas Bian menceritakan soal kenapa dia menganggapku sudah meninggal. Sudah pasti ibu mertuaku dalangnya, tega sekali beliau melakukan itu. Menghancurkan kehidupan anaknya sendiri hanya karena ego.Dengan kondisi Mas Bian seperti ini wajar Mas Bian mudah percaya apalagi bagi dia pasti tidak mungkin ibunya berbohong apalagi soal hal sebesar ini tapi siapa yang menyangka jika ibu me

  • Satu Hari Dua Akad   POV Bian

    POV Bian“Aini meninggal, Bi.”Deg!Jantungku seperti berhenti berdetak, hatiku remuk, dunia seolah runtuh di atas kepala. Belum selesai masalahku dengan penyakit ini sekarang malah mendengar kabar yang begitu menyayat hati.“Nggak mungkin, Ma. Aini baik-baik saja, dia nunggu aku pulang pasti.”“Tolong jangan gini, Bi. Kamu harus terima, Mama tahu semua ini berat buat kamu. Ikhlaskan biar Aini tenang di sana.”Dadaku sesak, air mata tak sanggup kutahan. Ditinggalkan orang yang dicintai itu begitu menyakitkan, saat aku berjuang untuk sembuh di sini. Aini malah pergi meninggalkan luka yang begitu dalam. Aku belum sempat membahagiakannya.Mama mengatakan Aini meninggal saat aku masih koma, meninggal bersama dengan anak yang sedang dikandungnya. Sakitnya berkali lipat, anak yang belum sempat kulihat rupanya juga pergi dibawa oleh Aini.Tuhan. Kenapa seberat ini cobaan yang Engkau berikan?Kepergian Aini membuatku tak ada lagi semangat untuk bisa sembuh, tidak ada lagi wajah cantiknya yang

  • Satu Hari Dua Akad   Aku Dianggap Mati

    “Bu Nella, seb-”“Argh!” Ibu mertuaku langsung menjerit sambil memegangi dadanya.“Mama kenapa?” Mas Bian dan Bu Nella langsung panik sedangkan aku sendiri masih berdiri mematung.“Sa-kit, mungkin penyakit jantung Mama kambuh,” ujarnya dengan suara lirih.Keningku berkerut. Sejak kapan ibu mertuaku memiliki penyakit jantung, setahuku tidak punya. Beliau bahkan tidak memiliki riwayat penyakit apapun.“Mungkin asam lambung Mama naik.” Mas Bian langsung buka suara.“Sakit sekali, ayo bawa Mama ke dokter.”“Mbak Ai, ambilkan kunci mobil di nakas kamar,” pinta Bu Nella.Aku pun bergegas mengambilkannya. Tidak tahu ibu mertuaku ini pura-pura atau memang sakit, takutnya jika memang sakit nanti aku yang disalahkan jika menahan dan berniat membongkar semuanya sekarang.Mereka pergi ke rumah sakit, tinggal aku dan Lyla berdua di rumah.Sekarang aku makin yakin jika ibu mertuaku memang takut aku membongkar semuanya pada Bu Nella. Lucu juga membuat ibu mertuaku ketakutan seperti ini, kalau memang

DMCA.com Protection Status