Namun di sisi lain, Putri Selasih Ayu memiliki rencana lain selain mengikuti rencana yang diberikan oleh Senopati Santa.Dari informasi yang didapatkannya, Rawai Tingkis berasal dari desa Air Tenam, dan memiliki hubungan dengan seorang gadis remaja seusia mereka.Sebelum membunuh Rawai Tingkis, Selasih Ayu berniat membuat Rawai Tingkis merasakan kepedihan karena kehilangan seorang Ayah. Tentu saja dengan menculik teman kecil Rawai Tingkis di desa Air Tenam.“Aku dengar dia memiliki nama yang sama denganku,” ucap Putri Selasih Ayu. “Sayang sekali, aku akan membuat gadis itu menderita.”Di sisi lain, Senopati Danur Jaya berhasil membawakan darah Rawai Tingkis kepada Empu Lanar.Secawan darah yang akan dijadikan bahan baku pembuatan pedang pembantai Roh Suci.“Menyempurnakan pedang ini membutuhkan waktu dua kali purnama, tapi jika harus membuat pengikat antara pedang dengan tuannya, akan dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi.”“Jadi berapa lama pedang ini akan selesai?” tanya Danur Jaya.
Dua bulan purnama telah berlalu, Emu Lanar telah selesai menciptakan pedang pembantai roh suci, dn sekarang hanya tinggal menciptakan segel darah atau pengikat antara pedang dan Rawai Tingkis.Jadi hari ini dia pergi ke bagian dalam rumahnya, sebuah goa yang berada di bawah lantai.Di dalam goa hanya ada kegelapan dan keheningan, dan jika bukan karena obor yang dibawa oleh Sang Empu, dapat dipastikan tidak ada yang dapat dilihat di dalam goa tersebut.Di tengah goa ada altar, tempat duduk yang akan digunakan oleh Empu Lanar menjalani tapa prata.Dia meminta semua bawahannya untuk berjaga di luar, dan membuat sebuah pedang yang mirip dengan pedang Pembantai Roh Suci.Bawahan yang terdiri dari belasan orang itu, segera menuruti perintah sang Empu, jadi mereka langsung menggunakan logam yang paling bagus di rumah ini, untuk menciptakan sebuah pedang yang sangat mirip dengan pedang di tangan Empu Lanar.Empu Lanar sepertinya merasa, jika sebelum pedang ini disempurnakan, prajurit Indra P
“Kenapa kalian berkumpul di sini?” tanya Rawai Tingkis, “aku tidak akan melarikan diri.”Remaja itu mengendus kesal, seraya menatap satu persatu wajah para prajurit yang sedang memperhatikan dirinya.Melihat kondisi Rawai Tingkis yang baik-baik saja, para prajurit perlahan mulai membubarkan diri, pergi meninggalkan penjara itu.Sampai beberapa saat kemudian, Danur Jaya kembali menjenguk Rawai Tingkis, dengan makanan di tangannya.Remaja itu memberikan informasi terkait pedang pembantai roh suci yang dipesan Rawai Tingkis.“Lebih lama dari yang aku duga,” gumam Rawai Tingkis. “Bagaimana dengan desa Air Tenam?”“Aku telah mengamankannya,” ucap Rawai Tingkis, “tapi aku tidak tahu sampai kapan, karena kemungkinan Senopati Santa akan mengirim prajurit level tinggi ke desa tersebut.”“Danur Jaya, jika mereka sampai menyentuh desaku, kau tahu baju besi ini tidak akan menghentikanku.”Danur Jaya hanya tersenyum pahit, dia tahu persis apa yang akan terjadi, jika Rawai Tingkis sampai menggila.
Rawai Tingkis tersenyum di dalam penjara, kala mendengar penjaga penjara membicarakan masalah Senopati Santa yang baru saja dikuburkan.Ingin sekali rasanya tertawa saat ini, tapi Rawai Tingkis menahan mulutnya agar tidak bersuara.Dari yang didengar Rawai Tingkis, Senopati Santa mengalami patah tulang rusuk, dan patah tulang pinggang, belum lagi luka dalam yang sangat parah.Kesombongan Senopati Santa kini telah mengirim dirinya ke alam baka.Sekarang, dengan hilangnya Senopati Santa, Sang Patih mulai kehilangan gairah.Sementara itu, satu senopati lain tampaknya tidak bisa diajak bekerja sama, karena dia tidak memihak kepada siapapun.Danur Jaya amat sangat menyayangkan tindakan bodoh Santa yang menantang seorang satri dari Organisasi Penjaga Dunia.“Jika aku menjadi Santa, aku akan berpikir seribu kali sebelum menyerang seorang satria …” ucap Danur Jaya setelah meninggalkan pemakaman.Sementara itu, Prabu Dera mengerutkan keningnya di atas singgasana. Ada banyak pemikiran di kepala
Di ruangan tabib.Sang Patih menunggu seorang tabib keluar setelah memeriksa tubuh Rawai Tingkis. Dia bertanya kondisi remaja tersebut, apakah Rawai Tingkis mengalami kondisi yang membuat nyawanya terancam.Namun Sang Tabib tersebut menjelaskan jika kondisi Rawai Tingkis tidak begitu parah, hanya mengalami sakit perut biasa.Lebihnya, Rawai Tingkis hanya diare, dan kini sudah diobati oleh Sang Tabib itu.Mendengar ucapan Sang Tabib, Patih tidak bisa tidak terkejut. Bagaimana tidak, racun yang digunakannya, cukup kuat untuk membunuh seekor gaja, tapi bagaimana Rawai Tingkis bisa bertahan. Sialnya, hanya mengalami sakit perut biasa.Patih cukup sadar dengan kekuatan Rawai Tingkis, jadi sengaja membuat racun yang kuat, tapi dia masih tidak menduga jika racun yang begitu kuat tersebut, tidak menimbulkan pengaruh buruk bagi Rawai Tingkis.Ya, Patih tentu tidak tahu jika seumur hidup Rawai Tingkis ketika berada di Pulau Tengkorak, tubuhnya selalu diberi racun secara bertahap.Para ilmuan se
Butuh banyak tukang cukur untuk memotong rambut Rawai Tingkis, bukan hanya itu, Prabu Dera juga meminta belasan pelayan untuk merapikan penampilan remaja tersebut.Tentu saja Rawai Tingkis berusaha memberontak, dia tidak suka ada orang menyentuh rambutnya, tapi para pencukur dengan bekerja sama merapikan kepala remaja bodoh itu.Setelah dicukur rapi, Rawai Tingkis dipaksa mandi di dalam telaga kecil. Dalam satu bulan terakhir, mungkin hanya dua atau tiga kali Rawai Tingkis mandi. Itupun karena ada hujan yang membasahi tubuhnya.Jadi, sudah barang tentu begitu banyak kotoran di tubuh Rawai Tingkis, belum lagi ketika dia berada di dalam penjara.“AhhkkK!” Rawai Tingkis berteriak, saat para wanita tua dengan paksa membersihkan tubuhnya bugillnya dengan kasar. “Tolong, pelan-pelan saja, bola-bolaku bisa pecah kalau begini!”Bola-bola yang dimaksud oleh mereka tidak lain adalah dan tidak bukan adalah kantong menyan Rawai Tingkis.Hampir dua jam lamanya, Rawai Tingkis disiksa di dalam telag
Lima hari kemudian dihitung dari keberangkatan Rawai Tingkis dan Raja Indra Pura.Mereka akhirnya tiba di ujung kerajaan Indra Pura. Ini adalah bagian timur dari kerajaan tersebut, tepat di depan mereka ada hamparan padang gersang yang sangat panjang.Hanya ada sedikit sekali tanaman di depan mata mereka, hidup di antara kerikil dan bebatuan.Jika siang hari, padang gersang akan terasa sangat panas, tapi jika dimalam hari suhu di sini begitu dingin.Padang ini adalah perbatasan antara Indra Pura dan Kerajaan Bukit Batu, dan karena perbatasan ini pula, Kerajaan Bukit Batu hampir dipastikan enggan datang ke Indra Pura.Inilah pula salah satu alasan kenapa Bukit Batu memaksa Indra Pura datang ke negri mereka, jika Prabu Dera ingin berdiskusi terkait Kelompok Penjaga Dunia.“Kita akan beristirahat sejenak di sini!” perintah Prabu Dera. “Carilah air dan makanan di sekitar tempat ini, karena setelah kita berada di Padang tandus itu, kita akan kesulitan untuk mendapatkan air dan makanan!”Me
Ketika Rawai Tingkis tertidur, Danur Jaya bertanya kepada Prabu Dera tanggapan dirinya selama bersama remaja yang dianggap memiliki potensi untuk menghacnurka Indra Pura itu.Namun di sini, Prabu Dera terlihat bimbang untuk menjawab, mungkin karena dia pernah memutuskan untuk memenjarakan Rawai Tingkis, tapi kemudian remaja itu sekali lagi dengan suka rela berkenan membantu dirinya.“Aku juga merasakan hal yang sama, dulu ketika awal bertemu dengan remaja ini, aku pikir dia adalah monster yang berbaur dengan kita. Namun …” Danur Jaya kemudian menghela nafas panjang, dia tersenyum penuh arti, sebelum kemudian melanjutkan ucapannya, “namun aku merasa dia memang berbeda. Apa Yang Mulia pernah menemuka seorang manusia yang bekerja untuk Indra Pura tanpa bayaran apapun?”Prabu Dera menggelengkan kepalanya.“Aku juga tidak pernah melihatnya …” sambung Danur Jaya. “Rawai Tingkis sangatlah polos, namun demikian dia memiliki ambisi yang besar demi kebaikan dunia ini. Ini terdengar sangat musta
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma