Rawai Tingkis tersenyum di dalam penjara, kala mendengar penjaga penjara membicarakan masalah Senopati Santa yang baru saja dikuburkan.Ingin sekali rasanya tertawa saat ini, tapi Rawai Tingkis menahan mulutnya agar tidak bersuara.Dari yang didengar Rawai Tingkis, Senopati Santa mengalami patah tulang rusuk, dan patah tulang pinggang, belum lagi luka dalam yang sangat parah.Kesombongan Senopati Santa kini telah mengirim dirinya ke alam baka.Sekarang, dengan hilangnya Senopati Santa, Sang Patih mulai kehilangan gairah.Sementara itu, satu senopati lain tampaknya tidak bisa diajak bekerja sama, karena dia tidak memihak kepada siapapun.Danur Jaya amat sangat menyayangkan tindakan bodoh Santa yang menantang seorang satri dari Organisasi Penjaga Dunia.“Jika aku menjadi Santa, aku akan berpikir seribu kali sebelum menyerang seorang satria …” ucap Danur Jaya setelah meninggalkan pemakaman.Sementara itu, Prabu Dera mengerutkan keningnya di atas singgasana. Ada banyak pemikiran di kepala
Di ruangan tabib.Sang Patih menunggu seorang tabib keluar setelah memeriksa tubuh Rawai Tingkis. Dia bertanya kondisi remaja tersebut, apakah Rawai Tingkis mengalami kondisi yang membuat nyawanya terancam.Namun Sang Tabib tersebut menjelaskan jika kondisi Rawai Tingkis tidak begitu parah, hanya mengalami sakit perut biasa.Lebihnya, Rawai Tingkis hanya diare, dan kini sudah diobati oleh Sang Tabib itu.Mendengar ucapan Sang Tabib, Patih tidak bisa tidak terkejut. Bagaimana tidak, racun yang digunakannya, cukup kuat untuk membunuh seekor gaja, tapi bagaimana Rawai Tingkis bisa bertahan. Sialnya, hanya mengalami sakit perut biasa.Patih cukup sadar dengan kekuatan Rawai Tingkis, jadi sengaja membuat racun yang kuat, tapi dia masih tidak menduga jika racun yang begitu kuat tersebut, tidak menimbulkan pengaruh buruk bagi Rawai Tingkis.Ya, Patih tentu tidak tahu jika seumur hidup Rawai Tingkis ketika berada di Pulau Tengkorak, tubuhnya selalu diberi racun secara bertahap.Para ilmuan se
Butuh banyak tukang cukur untuk memotong rambut Rawai Tingkis, bukan hanya itu, Prabu Dera juga meminta belasan pelayan untuk merapikan penampilan remaja tersebut.Tentu saja Rawai Tingkis berusaha memberontak, dia tidak suka ada orang menyentuh rambutnya, tapi para pencukur dengan bekerja sama merapikan kepala remaja bodoh itu.Setelah dicukur rapi, Rawai Tingkis dipaksa mandi di dalam telaga kecil. Dalam satu bulan terakhir, mungkin hanya dua atau tiga kali Rawai Tingkis mandi. Itupun karena ada hujan yang membasahi tubuhnya.Jadi, sudah barang tentu begitu banyak kotoran di tubuh Rawai Tingkis, belum lagi ketika dia berada di dalam penjara.“AhhkkK!” Rawai Tingkis berteriak, saat para wanita tua dengan paksa membersihkan tubuhnya bugillnya dengan kasar. “Tolong, pelan-pelan saja, bola-bolaku bisa pecah kalau begini!”Bola-bola yang dimaksud oleh mereka tidak lain adalah dan tidak bukan adalah kantong menyan Rawai Tingkis.Hampir dua jam lamanya, Rawai Tingkis disiksa di dalam telag
Lima hari kemudian dihitung dari keberangkatan Rawai Tingkis dan Raja Indra Pura.Mereka akhirnya tiba di ujung kerajaan Indra Pura. Ini adalah bagian timur dari kerajaan tersebut, tepat di depan mereka ada hamparan padang gersang yang sangat panjang.Hanya ada sedikit sekali tanaman di depan mata mereka, hidup di antara kerikil dan bebatuan.Jika siang hari, padang gersang akan terasa sangat panas, tapi jika dimalam hari suhu di sini begitu dingin.Padang ini adalah perbatasan antara Indra Pura dan Kerajaan Bukit Batu, dan karena perbatasan ini pula, Kerajaan Bukit Batu hampir dipastikan enggan datang ke Indra Pura.Inilah pula salah satu alasan kenapa Bukit Batu memaksa Indra Pura datang ke negri mereka, jika Prabu Dera ingin berdiskusi terkait Kelompok Penjaga Dunia.“Kita akan beristirahat sejenak di sini!” perintah Prabu Dera. “Carilah air dan makanan di sekitar tempat ini, karena setelah kita berada di Padang tandus itu, kita akan kesulitan untuk mendapatkan air dan makanan!”Me
Ketika Rawai Tingkis tertidur, Danur Jaya bertanya kepada Prabu Dera tanggapan dirinya selama bersama remaja yang dianggap memiliki potensi untuk menghacnurka Indra Pura itu.Namun di sini, Prabu Dera terlihat bimbang untuk menjawab, mungkin karena dia pernah memutuskan untuk memenjarakan Rawai Tingkis, tapi kemudian remaja itu sekali lagi dengan suka rela berkenan membantu dirinya.“Aku juga merasakan hal yang sama, dulu ketika awal bertemu dengan remaja ini, aku pikir dia adalah monster yang berbaur dengan kita. Namun …” Danur Jaya kemudian menghela nafas panjang, dia tersenyum penuh arti, sebelum kemudian melanjutkan ucapannya, “namun aku merasa dia memang berbeda. Apa Yang Mulia pernah menemuka seorang manusia yang bekerja untuk Indra Pura tanpa bayaran apapun?”Prabu Dera menggelengkan kepalanya.“Aku juga tidak pernah melihatnya …” sambung Danur Jaya. “Rawai Tingkis sangatlah polos, namun demikian dia memiliki ambisi yang besar demi kebaikan dunia ini. Ini terdengar sangat musta
“Ba …bagaimana bisa?” Para Bandit tidak tahu harus berkata apa lagi saat ini, saat melihat Rawai Tingkis dengan mudahnya melepaskan diri dari jebakan yang mereka buat.“Apa yang harus aku lakukan saat ini kepada kalian?” Rawai Tingkis tersenyum mengejek, lalu mencabut pedang beserta sarungnya. Dengan senjata itu, dia mulai bergerak menyerang para bandit.Satu pukulan sarung pedang membuat satu bandit terkapar tak berdaya, kemudian pukulan yang lain berhasil menjtuhkan dua bandit yang lain.“Apa yang kalian lihat!” Pimpinan Bandit membentak anak buahnya yang tercengang melihat kehebatan Rawai Tingkis. “Serang! Serang anak kecil ini, jumlah kita lebih banyak dari dirinya!”Semuanya serentak menyerang dari segala arah, tapi beberapa detik kemudian, mereka semua jatuh terkapar di tanah dengan kepala yang bengkak setelah menerima pukulan sarung pedang.Hanya tersisa pimpinan bandit yang mundur perlahan karena takut. Balum pula Rawai Tingkis mengayunkan serung pedangnya, Pimpinan Bandit lan
Selain dari itu, bukan hanya 4 negara yang diundang ke Bukit Batu, tapi ada banyak orang yang diundang yang berasal dari berbagai kalangan.Semuanya memiliki status yang cukup penting dan tinggi di mata Kerajaan Bukit Batu.Sebelum kedatangan Indra Pura, ada beberapa orang yang berasal dari organisasi-organisasi kecil lainnya, seperti Partai Tuak. Partai Tuak adalah sekumpulan pengusaha minuman yang ada di Bukit Batu.Namun yang menarik dari Partai Tuak, mereka tidak hanya pembisnis minuman tapi juga praktisi bela diri yang cukup hebat.Tentu saja teknik orang mabuk yang mereka miliki adalah ciri khas Partai Tuak.Mereka rupanya diundang di sini, juga karena satu alasan selain dari jamuan acara lahiran cucu sang Raja, yaitu membahas surat undangan dari Kelompok Penjaga Dunia.Ada lagi kelompok-kelompok lain yang diundang di tempat ini, bahkan orang yang dianggap memiliki pengaruh besar di Bukit Batu juga diundang, seperti ahli pengobatan, ahli bangunan dan sebagainya.Nampak jelas per
Daripada menolak tawaran Penjaga Dunia, lalu menjadi musuh mereka, lebih baik menerimanya dan menjadi sekutu mereka.Karena diluar sana, tidak ada yang tahu siapa saja yang telah menjadi sekutu Penjaga Dunia.Jadi pada dasarnya, pertemuan sudah mendapatkan hasil, bahwa Bukit Batu akan menjadi negara yang dipenuhi oleh satria.“Dalam sayembara ini, kita akan melihat kekuatan para Satria dari Bukit Batu, pada dasarnya Sayembara ini adalah pertunjukan bagi satria Bukit Batu.”“Pak Tua,” ucap Rawai Tingkis, kini nada suara remaja itu berubah bmenjadi lebih serius, “apa kau juga seorang Satria?”“Apa kau punya masalah dengan satria?” tanya pria tua itu.“Tidak mungkin kalian tidak mendengarnya, Indra Pura baru-baru ini diserang oleh satria suci …” Danur Jaya yang langsung menjawabnya.“Oh, Maaf kalau begitu …aku tidak tahu, kami tidak dapat beritanya …” sekarang, pak tua Partai Tuak sedikit canggung dengan situasi seperti ini, tapi kemudian dia mengatakan jika Partai Tuak saat ini masih be