“Bagaimana pekerjaan kamu di Korea? Apa semuanya baik – baik saja?” tanya James lewat sambungan telepon dengan Daniel.
“Baik Ayah. Semuanya masih belum tahu siapa aku sebenarnya juga kok,” jawab Daniel.
“Kenapa harus di sembunyikan terus? Kamu tinggal bilang saja kalau kamu itu anak ayah. Mereka pasti langsung memberikan ruangan ayah padamu.”
Daniel tersenyum, “Tidak ayah, aku tak mau menggunakan nama ayah hanya untuk kesenangan semacam itu. Aku ingin bisa sampai ke ruangan itu dengan kemampuanku sendiri.”
“Ya, terserah padamu lah. Yang penting kamu harus jaga diri ya. Jangan sampai kamu nanti di perlakukan yang tidak baik karena keputusanmu itu,” ujar sang ayah.
“Ayah tenang saja.” Daniel mengakhiri obrolan mereka dan segera menutup sambungan telepon.
**
Daniel kini mulai memasuki kantornya dan melihat dengan teliti setiap sudut tempat tersebut, beserta dengan para karyawan. Seperti biasa, dia akan membuat catatan khusus tentang apa saja yang terjadi dalam kantor dan siapa saja yang dia temui selama bekerja di sana seperti pegawai lainnya. Daniel tahu, waktunya untuk menyamar sebagai seorang pegawai biasa sudah tak akan lama lagi. Mengingat bagaimana ayahnya terus mendesak untuk sesegera mungkin dia memengambil alih seluruh perusahaan.
Begitu pemuda itu duduk di kursinya dan hendak menyalakan komputer, pemuda itu di kejutkan dengan suara keras yang terdengar dari ruang rapat di ujung lorong ruangannya. Ruang rapat yang berbentuk mirip seperti akuarim dengan kaca bening yang mengelilingi tempat itu sepertinya tak tertutup rapat. Hingga dia yang berada agak jauh pun bisa mendengar suara sang manager baru menyalak keras pada rekan kerjanya.
Daniel mengernyit dan mendekati Hyunsik, “ada apa?” tanya Daniel dengan suara berbisik.
Matanya terus mengarah pada ruangan itu, sementara Hyunsik yang juga mendengar hal yang sama memilih bungkam dan memberikan kode pada Daniel untuk tetap diam dan tak ikut campur.
Bahkan, setelah rekan kerjanya itu selesai dimarahi dan kembali ke meja kerjanya dengan wajah pucat, Hyunsik terlihat tak peduli dan seolah tak ingin menatapnya ataupun bertanya. Dia juga segera menahan tangan Daniel, saat tahu pemuda itu ingin mendekati rekan mereka.
Hingga Daniel akhirnya memilih untuk menurut dan diam memperhatikan, sekaligus menerka apa yang terjadi barusan.
“Kemasi barangmu dan keluar dari tempat ini sekarang!” teriak manager baru itu kemudian di hadapan rekan kerja Daniel.
Hal ini jelas mengejutkan untuk Daniel, mengingat bagaimana semalam mereka masih bersantai, mengobrol bahkan mabuk bersama hingga menjelang dini hari. Tapi pagi ini justru berubah drastis. Dan raut wajah manager yang terlihat begitu merah penuh dengan kemarahan. Rasanya banyak sekali pertanyaan dalam benak Daniel. Kebingungan yang muncul sejak beberapa waktu lalu, saat manager baru itu mendadak datang ke tempat ini dan menggantikan manager sebelumnya yang di katakan mengundurkan diri dari perusahaan, untuk alasan pribadi.
Belum selesai keterkejutan Daniel, dia sudah melihat si rekan kerja berkemas dalam diam dan dengan cepat meninggalkan ruangan mereka tanpa berpamitan sama sekali. Sementara Hyunsik, lagi – lagi pemuda itu hanya diam. Namun ada satu hal yang di lohat oleh Daniel, yaitu tangan Hyunsik yang mengepal kuat. Seperti menahan sesuatu yang entah apa itu.
**
“Sebaiknya kau jangan terlalu ikut campur Hyuk Jae. Kalau kau tak mau ikut tersingkir seperti Jae jin,” kata Hyunsik saat mereka berdua berada di rooftop dan meminum kopi berdua.
“Apa maksudmu? Memangnya apa yang di lakukan oleh Jae jin sampai dia bisa di perlakukan tidak adil seperti itu?” tanya Daniel.
“Kau tak perlu tahu. Cukup kau bekerja saja dengan benar dan diam. Tak perlu banyak bicara atau menyelidiki sesuatu yang bukan urusanmu.” Hyunsik terdengar serius dengan ucapannya dan berbalik menatap Daniel, “dengar… semua orang di kantor ini sangat menyukai kinerjamu, karaktermu, dan semua sifat baik darimu. Termasuk aku. Jadi aku mohon, ikuti kata – kataku ini tanpa banyak bertanya. Aku mengatakan ini semua, karena aku peduli padamu…” tegas Hyunsik.
Pemuda itu lalu pergi dari hadapan Daniel dan kembali meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab dalam benak pemuda tersebut. Kecurigaannya bahwa ada hal yang tak baik dalam perusahaan ini pun semakin kuat. Hal ini di dukung dengan kebungkaman dari banyak pegawai saat menyangkut tentang para eksekutif. Daniel sendiri beberapa kali menemukan kejanggalan dalam laporan perusahaan yang harus dia kerjakan. Meski dia akhirnya tetap diam. Namun dengan kejadian ini, yang langsung dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Membuat Daniel yakin, untuk menyelidiki kasus ini jauh lebih dalam lagi.
Dan itu, harus di lakukan secepat mungkin.
Maka Daniel segera menghubungi David, untuk memberikannya tugas tambahan.
Yaitu untuk menyelidiki perusahaannya sendiri. Incaran Daniel sekarang ada tiga tempat. Yaitu ruangan keamanan, tempat kamera pengawas berada. Ruangan para eksekutif, dan ruangan para sekretaris. Karena dia yakin, mereka menyembunyikan sesuatu disana.
**
---Restaurant Jepang, Gangnam – Gu, Seoul---
“Kalau kau membawakan makan siang seperti ini. kenapa kita harus bertemu di restaurant sayang?” tanya Daniel yang terkejut setelah melihat sebuah kotak bekal terbuka di hadapannya.
Tepat setelah dia duduk di ruangan khusus dalam sebuah restaurant Jepang yang berada di dekat daerah kantornya.
“Karena aku ingin makan makanan Jepang. Tapi aku juga ingin kau mencicipi masakanku,” ujar Rachel dengan senyum manis yang terukir jelas di wajahnya.
Suaranya begitu lucu dan terdengar sangat imut hingga Daniel selalu tersenyum dan tertawa setiap kali mendengarnya.
“Ini masakanmu?” tanya Daniel tak percaya.
“Iya! Kau pikir, siapa yang bisa menyiapkan ini di rumah?” jawab Rachel.
Daniel sekali lagi tersenyum, “aku hanya tak menyangka kalau tuan putri cantikku ini ternyata pandai memasak. Aku pikir, kau enggan memasak karena sering sendirian di rumah.”
Mendengar ucapan Daniel, wajah Rachel langsung berubah sendu. Membuat Daniel terdiam dan merasa sedikit bersalah. Dia takut jika ucapannya menyinggung perasaan Rachel.
“A..pa, aku salah bicara sayang? Maaf jika kata – kataku menyinggung perasaanmu,” tukas Daniel sembari meraih tangan Rachel dan mengusap punggung tangan gadis itu lembut.
Rachel yang bisa melihat rasa bersalah di mata kekasihnya segera tersenyum, menggelengkan kepalanya dan menunduk.
“Aku tak marah padamu sayang. Hanya saja--” Rachel kemudian membalas tatapan mata Daniel dan ikut memegang tangan kekasihnya itu, “aku hanya teringat kejadian pagi ini. Ibu dan Ayah lagi – lagi pergi untuk pekerjaannya tanpa berpamitan dulu padaku. Dan mereka juga hanya memberikan pesan singkat tentang uang saku dan sebagainya. Tak pernah sekalipun mereka menanyakan kabar atau bagaimana hari ku selama ini…” keluh Rachel.
Daniel terenyuh mendengar keluhan sang kekasih.
“Mereka bekerja sekeras itu juga untukmu sayang. Untuk kebahagiaanmu. Jadi cobalah untuk mengerti perasaan mereka juga. Dan lagi…” Daniel mengutas senyum lebarnya di hadapan Rachel, “ada aku disini. Bersamamu, dan akan selalu menemanimu kapanpun kau membutuhkannya.” Daniel kemudian mengusap kepala Rachel dengan penuh kasih sayang.
Hati Rachel menghangat mendapatkan perlakuan sebaik itu dari Daniel. Dalam hatinya merasa sangat senang karena mendapatkan semua yang dia inginkan. Meski tanpa ada kehadiran kedua orangtuanya dengan penuh setiap hari.
“Terima kasih sayang… aku sangat beruntung bisa memilikimu, disini…” ujar Rachel yang kembali di balas dengan sentuhan sayang oleh Daniel.
“Oh ya sayang. Aku rasa aku harus meminta maaf padamu,” kata Daniel kemudian.
Rachel kini mengernyit, “minta maaf? Untuk apa?” tanya Rachel pada Daniel.
“Karena…” Daniel terlihat agak ragu untuk membuka rahasianya, namun dia harus melakukan ini. setidaknya karena dia tak ingin membohongi Rachel lebih jauh lagi. Hingga membuat rasa cintanya pada gadis itu tak berguna, jika kebohongan terus ada di antara keduanya.
“Kenapa sayang? Katakan saja padaku. Ada apa?” Rachel mulai mendesak.
“Aku belum bisa mengatakannya sekarang. Tapi aku minta, apapun nanti yang terjadi, jangan pernah marah atau meninggalkan aku, ya…?” mohon Daniel yang semakin membuat Rachel curiga.
“Kau… selingkuh dariku?” tanya Rachel tiba – tiba.
Daniel menggeleng, “Tidak sayang. Tak mungkin aku menduakanmu. Kau tahu bagaimana aku sangat mencintaimu selama ini,” ujarnya.
“Lalu ada apa sayang? Kenapa kau tak bisa mengatakannya padaku? Memangnya, apa yang akan terjadi pada kita nanti?” tanya Rachel lagi.
“Bukan kita. Tapi aku. Dan aku harap, ini bisa membuatmu bahagia,” tegas Daniel akhirnya.
Dia tak ingin membuka rencananya di hadapan Rachel dan membuka identitasnya terlebih dahulu di depan kekasihnya. Karena baginya, tindakan dan rencananya saat ini jauh lebih penting demi kepentingan perusahaannya. Dan prinsip Daniel, bahwa semakin sedikit orang yang tahu rencananya akan semakin bagus, harus selalu dia pegang sampai akhir.
Daniel hanya bisa berharap, agar Rachel tak membencinya saat tahu bahwa dia menutupi identitas aslinya selama ini.
“Berjanjilah padaku. Bahwa kau akan mengerti dan memaafkanku,” pinta Daniel.
Rachel awalnya sangat ragu, banyak hal buruk yang bersliweran di kepalanya setelah mendengar perkataan Daniel. Tapi melihat bagaimana mata teduh itu menatapnya seraya memohon, juga mendengar bagaimana ketakutan Daniel akan kehilangan dirinya. Juga rasa penasaran yang begitu besar, akhirnya membuat Rachel menganggukan kepala. Menyetujui permintaan Daniel, setidaknya sampai gadis itu tahu pasti apa yang sedang terjadi nanti.
**
David masih sibuk mengumpulkan data, sekaligus membuat laporan yang nantinya akan di serahkan langsung pada Daniel. Dia mendapatkan banyak informasi penting, setelah merekrut banyak mata – mata khusus yang di masukkan ke dalam masing – masing divisi di dalam perusahaan Daniel. Dari sana pula, David akhirnya menemukan banyak kejanggalan dan kecurangan di dalam perusahaan itu.
David juga menemukan alasan apa yang membuat beberapa pegawai di berhentikan secara sepihak oleh perusahaan. Dan mengapa banyak di antara mereka di minta untuk tutup mulut. Hal ini karena para pegawai tersebut, yang tadinya menjadi salah satu kunci dari banyak penggelapan dana sekaligus praktik nepotisme di dalam perusahaan yang akhirnya mulai keluar dari lingkaran para eksekutif setelah menyadari, bahwa hidup mereka terancam setiap saat sejak terlibat dengan para eksekutif. Di tambah lagi, keluarga mereka juga yang selalu di awasi selama 24 jam penuh sebagai sandera. Agar mereka tidak berani melaporkan kejahatan ini.
Namun ada satu hal lainnya yang membuat mereka di anggap sangat kejam, bahkan oleh orang seperti David. Karena setiap pegawai yang akhirnya keluar dari lingkaran tersebut dan memilih keluar juga dari perusahaan, dia akan tewas secara misterius dan keluarga yang di tinggalkan pula, akan di buat hidupnya menjadi tak layak. Ini adalah bentuk hukuman yang di berikan oleh pihak eksekutif yang terlibat dalam kejahatan ini, untuk menutupi kejahatan mereka.
David kini mulai mengumpulkan nama – nama pegawai yang terlibat dalam kejahatan ini. posisi mereka, dan berapa lama mereka terlibat di dalamnya. Dan Hyunsik, menjadi salah satu dari mereka.
**
“Maaf, aku butuh ekstra kimchi dan tambahan acar lobak juga.” Salah satu pelanggan di kedai ayam goreng di pinggir jalan itu meminta.
Hyun ji yang bertugas menjaga kedai malam ini segera mengambilkan masing – masing satu kotak kimchi dan acar lobak sesuai pesanan, lalu memasukkannya ke dalam kantong plastik sebelum di berikan pada pembeli dan menerima pembayaran juga setelahnya.
“Terima kasih… silahkan datang kembali…” kata Hyunji kemudian.
“Kau bekerja keras hari ini, Hyunji.” Si pemilik kedai, yang merupakan sepasang lansia itu tersenyum melihat bagaimana Hyun ji bergerak dengan sangat cepat untuk melayani para pembeli.
Mereka merasa sangat bersyukur karena Hyunji mau bekerja di kedai ini membantu mereka, meski upah yang di berikan oleh kedua lansia itu rasanya masih sangat kecil di bandingkan pekerjaan yang di lakukan Hyun Ji setiap malamnya.
“Aku hanya mengerjakan tugasku, Nek. Kalian lebih baik pulang saja. Ayam goreng kita hanya tingga 6 ekor lagi, sebentar lagi pasti habis. Dan setelah ini, aku yang akan menutup kedainya,” kata Hyunji memberi masukan.
Si kakek pemilik kedai itu tertawa mendengar ucapan Hyunji.
“Ini sudah sangat larut. Kalau nenekmu, ada aku yang bisa menjaganya saat pulang nanti. Tapi kau kan pasti pulang sendirian, kami justru lebih khawatir padamu, Nak,” ujar si kakek.
“Aku akan baik – baik saja Kek.”
“Ya sudah, begini saja!” nenek itu kemudian mengambil jalan tengah dari perdebatan ini. Dia mengambil kantung plastic dan wadah untuk ayam goreng, lalu memasukkan semua ayam goreng yang tersisa. Sekaligus dengan acar lobak juga kimchi yang ada.
Si nenek kemudian memberikan kantung plastik berisi ayam gorengnya pada Hyunji.
“Nek. Ini untuk apa?” tanya Hyunji.
“Ini bonus untukmu. Kau sudah bekerja keras hari ini. Dan karena ini juga sudah larut, lebih baik kau bawa ayam – ayam ini pulang. Kau bisa menggorengnya nanti di rumah dan memberikannya pada adik – adikmu.” Nenek itu mengulurkan kantung itu pada Hyunji.
“Tapi Nek…” Hyunji merasa tak enak hati untuk menerima pemberian mereka.
“Kenapa? Kau tidak suka dengan ayam goreng kami?” tanya si nenek lagi.
“T-tidak Nek. Aku tidak bermaksud begitu. Hanya saja, ini terlalu banyak, nek. Lagipula kita masih bisa menjual beberapa lagi. Waktunya masih ada kok,” kata Hyunji lagi.
“Sudahlah Hyunji. Terima saja dan segera pulang, agar kami bisa menutup kedai dan pulang lebih cepat. Kami tak pernah memberikanmu gaji yang layak. Jadi setidaknya, bawalah ini untukmu dan adik – adikmu disana…” tukas si kakek.
Hyunji menatap keduanya dengan pandangan yang sulit di artikan. Dia merasa sangat terberkati karena bisa mengenal kedua pasang lansia yang kini sudah di anggap seperti kakek dan neneknya sendiri. Dan gadis itu kemudian memeluk si nenek sebelum akhirnya menerima pemberian mereka dan pulang ke rumahnya.
***
Hyunji pulang dengan sangat bahagia. Dia membawakan banyak makanan untuk adik – adiknya yang menunggu di rumah. Hyunji memang tidak tinggal di rumah yang layak. Tempatnya tinggal, hanya sebuah rumah kosong yang sudah hampir rubuh, pemberian dari mantan boss nya dulu saat dia bekerja di tempat laundry. Hyunji juga merasa di berkati karena selalu menemukan banyak boss yang menyayanginya bagai anak sendiri.Di ruangan yang hanya seluas 5 meter x 3 meter itu, dia tinggal bersama dengan adik – adik angkatnya. Yang juga terusir dari panti asuhan.Ya, Hyunji memang seorang anak yang tumbuh di panti asuhan sejak dia masih kecil. Namun, karena kendala biaya, beberapa kali panti asuhannya harus berindah tempat karena tak mendapat donatur, dan tak mampu membayar biaya kontrak untuk rumah yang mereka tempati. Hingga akhirnya, pengurus panti membawa mereka ke daerah pinggiran yang sangat jauh dari kota untuk melanjutkan hidup.Hyunji pikir, setelah kepindahannya
---Gedung Agensi Raise Entertainment------Gangnam – gu, Seoul, Korea Selatan---“Latihan kalian harus di tambah lagi, karena sebentar lagi waktu comeback kalian semakin dekat. Di tambah dengan jadwal konser dunia yang juga akan segera di mulai. Tidak ada waktu lagi untuk bersantai…” kata manager mengawali briefing pagi mereka di dorm grup Phoenix.“Mck! Kenapa kita tidak menggunakan banyak penari latar dan melakukan lipsing saja supaya tak perlu banyak berlatih? Rasanya melelahkan kalau harus melakukan hal yang sama setiap hari!” keluh Ahn Jae Hyun—salah satu member Phoenix yang juga berperan sebagai centre di grup idol tersebut.“Harusnya kau justru lebih banyak berlatih, Jae Hyun! Sebagai centre, kau yang paling banyak mendapat sorot kamera di banding member lainnya. Apa kau sadar dengan tindakanmu itu?” kata Eunwoo—salah satu anggota lain dari Phoenix.“Ya, eunwoo benar. Lagipul
---Gedung Perkantoran, Phonix Grup – Seoul, Korea Selatan---Brakk!“Bagaimana bisa ini terjadi, hah! Apa saja kerja kalian, sampai kalian tidak tahu soal ini!” teriak Direktur Choi.Pagi ini, direktur Choi mendapatkan kabar mengejutkan dari salah satu pegawai kepercayaannya, yang mengatakan bahwa seluruh dana segar sekaligus simpanan emas yang selama ini mereka kumpulkan beberapa tahun dan di simpan dalam rekening Bank New York telah lenyap. Menghilang tanpa bekas.Padahal, rencananya dana tersebut akan di gunakan untuk mendanai sejumlah proyek besar yang di lakukan di belakang Grup Phonix dan bekerjasama dengan perusahaan lawan, hingga para eksekutif bisa mengambil alih saham dari Phonix Grup dan mendirikan perusahaan baru dengan berbekal informasi yang mereka dapatkan secara illegal dari Phonix. Hal ini memang menjadi kebiasaan, dimana para direktur utama dan jajaran eksekutif lainnya akan mendapat sejumlah uang, jika mereka mau melim
Kekisruhan mulai terjadi dalam tubuh Phonix. Perusahaan itu kini mulai sedikit oleng setelah banyak eksekutif yang goyah karena kehilangan banyak asset dan barang berharga mereka. Rumor buruk pun kini terus terdengar dan tersebar dari mulut ke mulut. Yang emngatakan bahwa perusahaan ini memang berada di ambang kehancuran.Bahkan, banyak pegawai yang sudah mulai mempertimbangkan untuk keluar dari Phonix karena pemberitaan itu kini mulai tercium media dan tersebar ke seluruh negeri.Dan ketika semua orang tengah panik hingga memiliki banyak pemikiran buruk atas apa yang mungkin terjadi di depan sana. Hanya Daniel yang sama sekali bergeming dan tetap tenang tanpa menunjukkan pergerakan apapun dan reaksi apapun. Dia juga tak ikut dalam diskusi yang selalu di adakan oleh para pegawai di dalam divisinya yang di adakan di atas rooftop gedung mereka setiap sore hari atau malam ketika lembur.Baginya, ini adalah momen yang tepat untuk menunjukkan diri.Rumor yang
Suasana ramai terlihat di gedung tempat konser Phoenix mengadakan konser. Hal ini terjadi karena konser yang baru saja selesai dan para penggemar yang baru saja keluar dari gedung setelah konser selesai, membuat riuh suasana sekitar.Namun keriuhan itu menjadi jauh lebih ramai, setelah segerombolan penggemar yang baru saja selesai dari toilet dan akan pulang lewat pintu belakang gedung, justru menemukan pemandangan mengejutkan disana.Ada sesosok wanita dengan jersey Phoenix dan masih membawa Lightstick milik idol grup itu tergeletak di lantai dengan tubuh penuh lebam dan luka. Dia juga terlihat berlumuran darah dan tak bisa lagi menjawab ataupun bereaksi ketika mereka yang melihatnya berteriak. Berusaha menyadarkannya dan mencari bantuan. Hingga akhirnya para staff mulai mendekati lokasi dan segera mengevakuasi gadis itu dengan ambulans yang datang dalam waktu singkat hingga membuat kehebohan di seluruh gedung.**Identitas dari gadis yang di temukan itu
Hilton Spa and Beauty Salon.Sebuah tempat spa dengan rating bintang lima, yang menjadi langganan para artis terkenal dan para pejabat yang ingin memanjakan diri serta menghabiskan banyak uang untuk tubuh dan wajah mereka.Lokasinya yang berada di pusat distrik Gangnam, Seoul, dengan gedung menjulang yang terlihat begitu prestisius. Jelas mempesona setiap perempuan yang melihatnya. Di tempat ini, semua perempuan yang memiliki uang tak berseri itu melumuri sekujur tubuhnya dengan lembaran uang yang di ubah dalam bentuk pijatan manja dank rim mewah berlapis emas. Dan Rachel, menjadi salah satu di antaranya.Gadis itu bahkan sudah melakukan booking sejak tiga hari lalu, melalui Daniel, kekasihnya. Daniel memang menepati janjinya pada Rachel, bahwa dia akan mulai memanjakan Rachel dengan ‘sedikit’ berlebihan. Dan hal itu, di mulai dengan sebuah kejutan di pagi hari, ketika Rachel baru saja bangun tidur dan menemukan banyak buket bunga di seluruh sudut ka
“Kau sudah bangun?” tanya Rachel. Sekali lagi, wajah gadis itu memerah. Dia cukup terkejut hingga sulit bergerak saat merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit Daniel yang terasa sangat hangat. Rachel sejenak berpikir, apakah ini rasanya jika suatu saat dia akan menjadi istri sah dari Daniel? Bisa mendengar suara seraknya saat baru bangun tidur, dan mencium aroma tubuh Daniel yang alami, tanpa parfum sama sekali. “Suaramu membuatku bangun…” bisik Daniel. Geli. Itu yang di rasakan oleh Rachel saat Daniel membisikkan jawabannya pada Rachel yang membuat nafas hangat pemuda itu berembus lembut melewati telinga, leher dan tengkuk Rachel. “Maaf sayang…” kata Rachel. “Sayang… jangan bilang maaf, aku kan tak sedang marah padamu.” “Tapi aku membuatmu terbangun,” jawab Rachel. “Ini sudah pagi sayang, jadi wajar kalau aku bangun. Lagipula, bukannya kau ada jadwal kuliah hari ini, hmm?” tanya Daniel masih dengan posisi yang sama.
Sebenarnya, bukan karena alasan penasaran saja yang membuat Rachel memberikan pertanyaan mengenai hal tersebut. Dia menanyakannya, karena beberapa waktu lalu, sang ayah sempat membahasnya bersama sang ibu di meja makan saat akhirnya mereka bisa makan malam keluarga bersama. Ayahnya terlihat agak marah dan menganggap tindakan Daniel merupakan tindakan sembrono dan kurangajar pada orang – orang yang seharusnya di berikan penghargaan juga atas kerja keras mereka selama ini. dan kemungkinan bahwa tindakan jahat para oknum tersebut juga di dasari atas ketidakadilan yang terjadi dalam perusahaan Daniel sendiri.Tapi apa yang bisa Rachel katakan pada Daniel? Dia jelas tak mungkin mengungkapkan pendapat ayahnya pada Daniel. Bisa – bisa, pria muda di sebelahnya justru akan mundur secara teratur dan meninggalkannya. Padahal, Rachel tahu dia sangat bergantung pada Daniel, hampir dalam segala hal beberapa waktu belakangan.“Kau melamun lagi, Sayang,” tegur
“Hyunji! Ada tamu di depan, tolong kamu catat dulu pesanan mereka. Aku sedang sibuk di dapur!” teriak pemilik kedai ayam goreng tempat Hyunji bekerja.Hyunji yang sebelumnya tengah mencuci piring di belakang kedai, langsung berlari sambil memakai celemek kedainya dengan terburu – buru. Lalu menyaut kertas catatan yang ada di atas meja dan sebuah pena. Dia menyempatkan diri unutk membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan sebelum menuju ke meja pelanggan yang baru datang dan menunggu untuk memesan.“Selamat datang di kedai kami, Tuan… mau pesan apa?” tanya Hyunji dengan sangat sopan.“Aku pesan satu ekor ayam. Setengah – setengah ya.” Pemuda itu menyebutkan pesanannya.“Baik Tuan. Untuk minumannya, mau pesan apa?” tanya Hyunji kembali.“Soju dan Beer. Dan berikan kami dua sloki juga,” jawab pemuda itu lagi.Hyunji menulis semua pesanan si pemuda dengan cepat dan
Seok Joon terkejut ketika mendengar kabar dari sekretaris pribadinya bahwa Daniel Kim, yang tak lain adalah Presdir baru dari Phonix Grup tengah menunggu kedatangannya untuk bertemu di ruangan Seok Joon yang berada di gedung parlemen. Diam – diam, pria paruh baya dengan rambut yang hampir menunjukkan uban di beberapa tempat itu tersenyum sekilas karena merasa dirinya menjadi sosok penting hingga Presdir sekelas Daniel Kim rela menunggunya datang.“Cepat kembali ke kantor. Ada pertemuan penting yang harus aku lakukan sekarang,” kata Seok Joon.Begitu sampai, dengan langkah yang cepat, Seok Joon menuju lift untuk naik ke lantai sepuluh dimana kantornya berada. Dan segera menuju kantor agar dapat menemui Daniel. Seok Joon sendiri sempat terkejut ketika melihat ada banyak pengawal pribadi yang di bawa Daniel dan berjaga di luar kantor Seok Joon kala itu.Dan setelah masuk ke dalam, sang sekretaris segera membungkuk sebelum membukakan pintu untuk Se
“Aku… masuk dulu ke dalam ya?” kata Rachel berpamitan.Daniel mengangguk dan membukakan pintu untuk kekasihnya dari dalam mobil dan melambaikan tangan pada Rachel setelah itu. mobil Daniel kemudian kembali melaju menjauhi pintu utama dan menuju ke gerbang setelah rachel memastikan, meminta penjaga rumahnya untuk membuka gerbang agar Daniel bisa keluar dari sana tanpa masalah.**Rachel masuk ke dalam rumah dan melihat sang ibu sudah berdiri sambil melipat tangannya di dada dan berdiri di ujung tangga sambil menatap tajam Rachel seolah siap menguliti sang anak.Rachel langsung mengangkat tangannya sebelum Minjung sempat membuka mulut, “aku tahu apa yang ingin ibu katakan. Dia kekasihku, itu benar. Kami menghabiskan waktu dan malam bersama kemarin, itu benar. Tapi dia bukan orang sembarangan dan justru…” Rachel lalu berjalan mendekati ibunya, “dia bisa jadi keberkahan besar bagi keluarga kita. Aku yakin, kakek aka
Hari bahagia Daniel dan Rachel, akhirnya resmi berakhir kemarin malam. Bukan berakhir yang mengartikan hubungan mereka kandas. Hanya saja, Rachel yang harus pulang agar tak terus menerus di telepon oleh sang ibu seperti di terror. Dan sebagai taggung jawab Daniel yang harus menjaga kekasihnya dengan baik. Terlebih jika mereka belum berada dalam ikatan resmi yang di restui oleh orang tua keduanya.Daniel memaksakan diri untuk bertemu dengan orangtua Rachel. Dia bahkan membujuk kekasihnya dengan berbagai kata rayuan yang belum pernah dia lontarkan sebelumnya pada Rachel maupun wanita lain sebelumnya. Selain karena memang ingin bertemu dengan orangtua sang kekasih dan mengenal mereka lebih dekat, Daniel juga berharap mereka bisa mendapatkan restu secara resmi dari orangtua Rachel. Agar jika suatu saat nanti Daniel kembali mengajak Rachel seperti tempo hari, mereka tak perlu merasa canggung dan sebagainya. Serta meminta maaf pada orangtua Rachel, karena telah mengajak anak mereka
Sebenarnya, bukan karena alasan penasaran saja yang membuat Rachel memberikan pertanyaan mengenai hal tersebut. Dia menanyakannya, karena beberapa waktu lalu, sang ayah sempat membahasnya bersama sang ibu di meja makan saat akhirnya mereka bisa makan malam keluarga bersama. Ayahnya terlihat agak marah dan menganggap tindakan Daniel merupakan tindakan sembrono dan kurangajar pada orang – orang yang seharusnya di berikan penghargaan juga atas kerja keras mereka selama ini. dan kemungkinan bahwa tindakan jahat para oknum tersebut juga di dasari atas ketidakadilan yang terjadi dalam perusahaan Daniel sendiri.Tapi apa yang bisa Rachel katakan pada Daniel? Dia jelas tak mungkin mengungkapkan pendapat ayahnya pada Daniel. Bisa – bisa, pria muda di sebelahnya justru akan mundur secara teratur dan meninggalkannya. Padahal, Rachel tahu dia sangat bergantung pada Daniel, hampir dalam segala hal beberapa waktu belakangan.“Kau melamun lagi, Sayang,” tegur
“Kau sudah bangun?” tanya Rachel. Sekali lagi, wajah gadis itu memerah. Dia cukup terkejut hingga sulit bergerak saat merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit Daniel yang terasa sangat hangat. Rachel sejenak berpikir, apakah ini rasanya jika suatu saat dia akan menjadi istri sah dari Daniel? Bisa mendengar suara seraknya saat baru bangun tidur, dan mencium aroma tubuh Daniel yang alami, tanpa parfum sama sekali. “Suaramu membuatku bangun…” bisik Daniel. Geli. Itu yang di rasakan oleh Rachel saat Daniel membisikkan jawabannya pada Rachel yang membuat nafas hangat pemuda itu berembus lembut melewati telinga, leher dan tengkuk Rachel. “Maaf sayang…” kata Rachel. “Sayang… jangan bilang maaf, aku kan tak sedang marah padamu.” “Tapi aku membuatmu terbangun,” jawab Rachel. “Ini sudah pagi sayang, jadi wajar kalau aku bangun. Lagipula, bukannya kau ada jadwal kuliah hari ini, hmm?” tanya Daniel masih dengan posisi yang sama.
Hilton Spa and Beauty Salon.Sebuah tempat spa dengan rating bintang lima, yang menjadi langganan para artis terkenal dan para pejabat yang ingin memanjakan diri serta menghabiskan banyak uang untuk tubuh dan wajah mereka.Lokasinya yang berada di pusat distrik Gangnam, Seoul, dengan gedung menjulang yang terlihat begitu prestisius. Jelas mempesona setiap perempuan yang melihatnya. Di tempat ini, semua perempuan yang memiliki uang tak berseri itu melumuri sekujur tubuhnya dengan lembaran uang yang di ubah dalam bentuk pijatan manja dank rim mewah berlapis emas. Dan Rachel, menjadi salah satu di antaranya.Gadis itu bahkan sudah melakukan booking sejak tiga hari lalu, melalui Daniel, kekasihnya. Daniel memang menepati janjinya pada Rachel, bahwa dia akan mulai memanjakan Rachel dengan ‘sedikit’ berlebihan. Dan hal itu, di mulai dengan sebuah kejutan di pagi hari, ketika Rachel baru saja bangun tidur dan menemukan banyak buket bunga di seluruh sudut ka
Suasana ramai terlihat di gedung tempat konser Phoenix mengadakan konser. Hal ini terjadi karena konser yang baru saja selesai dan para penggemar yang baru saja keluar dari gedung setelah konser selesai, membuat riuh suasana sekitar.Namun keriuhan itu menjadi jauh lebih ramai, setelah segerombolan penggemar yang baru saja selesai dari toilet dan akan pulang lewat pintu belakang gedung, justru menemukan pemandangan mengejutkan disana.Ada sesosok wanita dengan jersey Phoenix dan masih membawa Lightstick milik idol grup itu tergeletak di lantai dengan tubuh penuh lebam dan luka. Dia juga terlihat berlumuran darah dan tak bisa lagi menjawab ataupun bereaksi ketika mereka yang melihatnya berteriak. Berusaha menyadarkannya dan mencari bantuan. Hingga akhirnya para staff mulai mendekati lokasi dan segera mengevakuasi gadis itu dengan ambulans yang datang dalam waktu singkat hingga membuat kehebohan di seluruh gedung.**Identitas dari gadis yang di temukan itu
Kekisruhan mulai terjadi dalam tubuh Phonix. Perusahaan itu kini mulai sedikit oleng setelah banyak eksekutif yang goyah karena kehilangan banyak asset dan barang berharga mereka. Rumor buruk pun kini terus terdengar dan tersebar dari mulut ke mulut. Yang emngatakan bahwa perusahaan ini memang berada di ambang kehancuran.Bahkan, banyak pegawai yang sudah mulai mempertimbangkan untuk keluar dari Phonix karena pemberitaan itu kini mulai tercium media dan tersebar ke seluruh negeri.Dan ketika semua orang tengah panik hingga memiliki banyak pemikiran buruk atas apa yang mungkin terjadi di depan sana. Hanya Daniel yang sama sekali bergeming dan tetap tenang tanpa menunjukkan pergerakan apapun dan reaksi apapun. Dia juga tak ikut dalam diskusi yang selalu di adakan oleh para pegawai di dalam divisinya yang di adakan di atas rooftop gedung mereka setiap sore hari atau malam ketika lembur.Baginya, ini adalah momen yang tepat untuk menunjukkan diri.Rumor yang