Share

Part 80

Author: Maylafaisha
last update Last Updated: 2022-02-05 16:22:28

Sementara itu di sebuah cafe di kawasan Kemang, tampak Kania dan Sita sedang melobi para calon investor dari Korea itu supaya jadi berinvestasi di PT. Andara Steel Mining milik Irvan.

Usai berhasil meyakinkan para investor itu, Kania dan Sita bermaksud kembali lagi ke pabrik, ketika Kania tidak sengaja melihat seorang laki-laki yang sangat dikenalnya berjalan ke arah cafe tersebut.

Kania tercekat dan langkahnya terhenti sejenak, di benaknya langsung berputar kembali kejadian di saat dia diceraikan oleh laki-laki itu. Ya, laki-laki yang dilihat Kania tersebut adalah Arga, mantan suaminya.

"Bu, Ibu nggak apa-apa? Apa Ibu sakit? Kok wajah Ibu berubah pucat ini?" tanya Sita tiba-tiba, mengagetkan Kania yang sempat terpaku beberapa lama.

"E -- eh, iya nggak apa-apa. Aku nggak sakit kok, coba kamu lihat siapa yang berdiri di depan pintu masuk itu, Sita?" titah Kania sambil menunjuk ke arah pintu cafe dengan kepalanya.

Sita sontak memalingkan wajahnya ke

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Santet Pengantin   Part 81

    Kania semakin melajukan langkahnya, tak mempedulikan panggilan Arga dan tatapan orang-orang kepadanya, dan langsung saja menekan remote mobilnya untuk membuka pintu mobilnya yang terparkir di parkiran VVIP cafe tersebut.Sesampainya di depan pintu mobilnya, Kania menyuruh Sita untuk segera masuk ke dalam mobil dan langsung menginjak pedal gasnya, begitu pintu mobil terkunci sempurna.Arga yang terus mengejar Kania dan Sita terpaksa harus meloncat mundur supaya tidak tertabrak mobil Kania saat mantan istrinya itu berlalu di hadapannya dengan kecepatan lumayan tinggi."Shit! Kania!" pekik Arga nyaring, tetapi Kania tetap tidak menghentikan laju mobil miliknya.Sesaat Arga meragu, antara mengejar atau membiarkan Kania berlalu begitu saja. Namun, didorong oleh rasa rindu kepada mantan istrinya itu, Arga memutuskan mengejar mobil Kania.Arga segera masuk ke mobil Ferrarinya yang kebetulan diparkir tidak jauh dari tempatnya berdiri, lalu segera menginjak

    Last Updated : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 82

    Sita termenung mendengar pertanyaan dari Kania, sebenarnya dia merasa malas bila harus mengingat kembali kejadian saat dia masih duduk di kelas tiga sekolah dasar, tapi karena Kania yang bertanya, mau tidak mau dia harus menjawabnya."Iya, Bu. Saya dan papa saya pernah mengalami sebuah kecelakaan hebat saat saya masih kelas tiga sekolah dasar. Pada waktu itu, papa menjemput saya pulang sekolah sekalian beliau mau makan siang di rumah." Sita mulai bercerita, "siang itu, papa memarkirkan mobilnya di seberang sekolah saya, saat kami menyeberang mau kembali ke mobil, tiba-tiba datang sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah kami, lalu ... ." Sita menggantung kalimatnya, hatinya terasa sesak bila harus mengingat itu semua.Sita tampak beberapa kali menghela nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya, "lalu mobil itu menabrak kami hingga kami terpental beberapa meter, menyebabkan saya koma selama beberapa bulan, dan papa -- papa meninggal di tempat, sehingga

    Last Updated : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 83

    Masih di jalan raya wilayah kemang, Arga mengurangi laju mobilnya setelah merasa tidak mampu lagi mengejar Kania.Raut wajahnya tampak kesal karena dirinya tertinggal jauh, Arga menggebrak kemudi mobilnya dan berteriak melampiaskan rasa kesalnya, "argh! Kaniaaaaaa!" Suara Arga terdengar sangat nyaring di kabin mobil miliknya itu.Masih dengan setumpuk rasa kesal di dalam dada, Arga memutuskan memutar ke arah Permata Hijau, dia memutuskan untuk pergi ke rumah orang tuanya saja untuk menghilangkan perasaan galaunya.'Mending gue, ke rumah mami papi aja deh, daripada perasaan gue makin galau, makin nggak karuan kaya gini. Nanti sorean aja gue pulang." Arga bergumam seorang diri.Dengan menambah sedikit kecepatan, Arga lalu mengarahkan Ferrarinya ke Permata Hijau. Sesampainya di sana, Arga langsung mendatangi maminya yang sedang sibuk di dapur."Masak apa, Mi? Harum bener baunya, jadi makin laper aku." Arga tiba-tiba sudah berada di belakang Risa, meng

    Last Updated : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 84

    Uhuk-uhuk! Uhuk-uhuk-uhuk!Arga tersedak air jeruk sehingga membuat dirinya terbatuk-batuk beberapa kali dan baru berhenti setelah meneguk segelas air putih.Arga baru tersadar maksud pertanyaan maminya tadi setelah kesedakkannya berhenti, hingga membuatnya menepuk dahinya keras-keras."Ish, Mami! Apa sih, Mi. Nggaklah Rasti masak kok, Mi tapi aku lagi pengen makan masakan Mami. Udah lama aku nggak ke sini, jadi kangen masakan Mami," jelas Arga berusaha menutupi kekurangan Rasti."Iya, tapi setelah meninggalnya anak kalian, dia tidak lagi perhatian 'kan sama anak mami ini? Nggak kaya Kania, coba kamu dulu nggak keburu cerai sama dia, Ga ... ." Risa menghela nafas panjang, ingatannya kembali pada Kania, mantan menantunya yang sangat disayanginya hingga saat ini.Dalam hatinya Arga membenarkan semua yang dikatakan oleh Risa bahwa Kania jauh lebih baik daripada Rasti, bahkan tanpa disuruh atau diberitahu pun Kania sudah tahu hak dan kewajibannya.

    Last Updated : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 85

    Sambil memikirkan langkah-langkah yang akan dia ambil untuk menyelidiki Rasti nantinya, Risa bergegas menyelesaikan pekerjaannya menyiapkan makan siang lalu menelepon suaminya.Tut! Tut! Tut!Suara nada sambung dari ponsel Risa terdengar jelas di ruang makan yang hanya diisinya sendirian. Tidak lama terdengar suara sambungan teleponnya tersambung dengan suaminya.[Assalamualaikum, Mi. Ada apa? Kangen sama papi ya?"]Goda Indra Hartawan pada istri tercintanya Risa Hartawan itu.[Wa'alaikumsalam, Pi. Ish, papi nih, seneng bener ngusilin mami. Papi mau pulang jam berapa? Ini makan siang udah siap semua, dan kali ini juga ada tamu istimewa yang akan ikut kita makan siang, Pi.]Ucap Risa Hartawan sambil mengupas buah jeruk untuk dirinya sendiri.[Hahaha, tapi mami suka 'kan diusilin sama papi? Iya, sebentar lagi papi pulang, Mi. Papi masih harus nyelesaiin dokumen yang harus segera diperiksa dan ditandatangani hari ini juga soalnya. Ya uda

    Last Updated : 2022-02-05
  • Santet Pengantin   Part 86

    Sesampainya di kantor, Kania menyuruh Sita mengecek semua agenda pertemuan dengan klien maupun calon kliennya dalam beberapa waktu yang akan datang.Kania bermaksud meninggalkan semua keributan di Jakarta untuk menemui kedua orang tuanya di Bali.Setelah memastikan bahwa agendanya aman dan bisa dialih tugaskan kepada wakilnya, serta mengagenda ulang semua pertemuan yang tidak bisa ditinggalkannya dengan online meeting mulai minggu depan, Kania bergegas menyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk di meja.[Sita, semua dokumen yang memerlukan persetujuan dariku sudah kutanda tangani.Ambil semuanya nanti di meja. Kalau ada lagi dokumen penting yang memerlukan persetujuanku, segera bawa ke sini.]Kania memerintahkan agar Sita membawa semua dokumen yang perlu persetujuan darinya untuk segera dibawa ke ruangan kerjanya supaya bisa diselesaikan sebelum dia cuti.[Baik, Bu.]Jawab Sita lalu mempersiapkan semua dokumen penting yang di minta ole

    Last Updated : 2022-03-20
  • Santet Pengantin   Part 87

    Sementara itu di sebuah kamar di rumah mewah Perumahan Permata Hijau, tampak Arga sedang gundah. Dia masih mengingat pertemuannya dengan Kania.Hati kecil Arga terus berbisik bahwa Kania, mantan istrinya itu tidak bersalah, Kania hanya berada di waktu dan tempat yang tak semestinya saat itu.'Benarkah seperti itu? Benarkah Kania tidak bersalah? Jika benar, lalu siapa yang telah merencanakan semua kejahatan ini?' Kata hati Arga terus bergejolak, merangkai tanya yang belum ada jawabnya.Wajah tampan Arga tampak begitu kacau setelah pertemuannya dengan Kania, hati kecilnya terus memberontak tetapi Arga tetap berusaha menyangkalnya.'Nggak ... nggak mungkin kalau semua itu hanya kebetulan saja, pasti Kania sudah merencanakan itu semua. Jangan-jangan Kania dan laki-laki itu sudah berhubungan dari sebelum peristiwa itu?' Arga terus saja berusaha menyangkal kata hatinya.Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar, dengan sedik

    Last Updated : 2022-03-20
  • Santet Pengantin   Bab 88

    Sesampainya di kantor, Kania menyuruh Sita mengecek semua agenda pertemuan dengan klien maupun calon kliennya dalam beberapa waktu yang akan datang.Kania bermaksud meninggalkan semua keributan di Jakarta untuk menemui kedua orang tuanya di Bali.Setelah memastikan bahwa agendanya aman dan bisa dialih tugaskan kepada wakilnya, serta mengagenda ulang semua pertemuan yang tidak bisa ditinggalkannya dengan online meeting mulai minggu depan, Kania bergegas menyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk di meja.[Sita, semua dokumen yang memerlukan persetujuan dariku sudah kutanda tangani.Ambil semuanya nanti di meja. Kalau ada lagi dokumen penting yang memerlukan persetujuanku, segera bawa ke sini.]Kania memerintahkan agar Sita membawa semua dokumen yang perlu persetujuan darinya untuk segera dibawa ke ruangan kerjanya supaya bisa diselesaikan sebelum dia cuti.[Baik, Bu.]Jawab Sita lalu mempersiapkan semua dokumen penting yang di minta ole

    Last Updated : 2022-03-23

Latest chapter

  • Santet Pengantin   112

    “Lalu dia apa?” Arga menatap curiga. “Dia adalah Wangsa Jagal,” jawab Barda. “Makhluk yang lahir dari rasa dendam, kemarahan, dan rasa kehilangan yang mendalam."Arga menelan ludah. “Jadi... makhluk itu muncul karena…?”“Karena jiwa Rasti yang belum tenang,” Barda menatap mereka penuh makna. “Dan jika kalian tidak cepat bertindak… arwah Rasti yang asli akan terseret… menjadi bagian dari kegelapan itu.”Di balik bayang-bayang malam, sosok menyerupai Rasti berjongkok di tanah, mencakar-cakar bumi dengan jari-jarinya yang kurus dan hitam. “Aku akan kembali…” suaranya bergetar, penuh kebencian. “Aku akan membuat mereka merasakan rasa sakit yang sama…” Sosok itu menengadah, matanya bersinar merah membara. “Aku akan membuat mereka membayar… dengan nyawa mereka."Malam kembali turun, menyelimuti desa dengan keheningan yang mencekam. Kania dan Arga duduk di beranda rumah Barda, menunggu sang paranormal menyelesaikan persiapannya. Cahaya lampu minyak berkelip samar, menambah kesan mura

  • Santet Pengantin   111

    Sosok yang menyerupai Rasti melesat ke arah mereka dengan kecepatan yang tidak wajar. Nafas Rahayu terhenti, tubuhnya menegang dalam pelukan Roy. “Minggir!” bentak Kania. Dengan cepat, Kania mendorong Roy dan Rahayu ke samping. Bayangan mengerikan itu melesat melewati mereka, nyaris mencengkeram bahu Rahayu. Namun Kania lebih sigap. Dengan sejumput garam yang selama ini ia simpan di sakunya, ia menebarkannya ke arah bayangan itu. SRAAKK!Sosok yang menyerupai Rasti berteriak nyaring. Tubuhnya mengerut, kulit pucatnya mengelupas, memperlihatkan lapisan hitam berlendir di bawahnya. Matanya, yang tadinya bersinar merah, kini mendidih seperti darah mendidih. “Kau akan membayar ini…” desisnya sebelum menghilang dalam kabut kelam yang menyesakkan. Suasana mendadak senyap. Hanya suara napas Rahayu yang terdengar, tersengal-sengal seperti orang yang baru keluar dari mimpi buruk. Roy membantu Rahayu duduk di sofa. Tubuh istrinya gemetar hebat. “Sayang… tenang… tenang…” Roy

  • Santet Pengantin   110

    Malam semakin larut, tetapi tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa tidur. Rahayu masih duduk di sofa, sesekali menggigil meskipun Roy sudah menyelimutinya. Tatapannya kosong, pikirannya penuh dengan suara yang tadi ia dengar—suara yang seharusnya tidak mungkin ada. Roy sendiri berusaha menenangkan dirinya. Sebagai seorang pria yang selalu berpikir logis, semua ini sulit ia terima. Tetapi ia tidak bisa menyangkal kenyataan. Mereka melihat sesuatu. Mereka mendengar sesuatu. Dan sekarang… mereka tidak tahu apakah itu akan kembali atau tidak. Di sudut ruangan, Kania berdiri sambil menatap langit malam di luar jendela. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi ia bisa merasakan sesuatu di luar sana. Sesuatu yang belum pergi. Arga, yang sejak tadi diam, akhirnya bangkit dari duduknya. “Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.” Roy mengerutkan kening. “Maksudmu?” Arga menatap mereka semua. “Apa yang kita hadapi ini bukan sekadar arwah penasaran. Kalau memang Rasti masih

  • Santet Pengantin   109

    Keheningan yang mencekam menggantung di udara.Ruangan yang tadinya dipenuhi bisikan dan suara tawa menyeramkan kini terasa sunyi. Namun, hawa dingin yang menyelimuti mereka belum sepenuhnya pergi.Arga masih terduduk di lantai, merasakan sisa-sisa nyeri akibat hantaman keras tadi. Napasnya masih berat, pikirannya kacau. Ia mengalihkan pandangannya ke Kania, yang masih berdiri tegap dengan belati di tangannya.Kania tetap waspada, matanya mengitari ruangan, seakan mencari tanda-tanda keberadaan sosok tadi.Rahayu masih terisak di sudut ruangan, sementara Roy berdiri kaku di sampingnya. Wajahnya pucat, tangannya bergetar.Ia tidak pernah percaya pada hal-hal seperti ini sebelumnya. Tapi kini?**Ia baru saja melihat putrinya yang telah mati… atau sesuatu yang menyerupainya.**

  • Santet Pengantin   108

    Cahaya lilin kembali berkedip-kedip, menciptakan bayangan menari di dinding yang seakan hidup. Sosok itu masih berdiri di sana—diam, tetapi keberadaannya memenuhi ruangan dengan hawa dingin yang menyesakkan. Rahayu semakin erat mencengkeram lengan Roy, tubuhnya gemetar. “T-tidak… Ini tidak mungkin…” suaranya nyaris tak terdengar. Roy menelan ludah, otot-ototnya menegang. Ia ingin melindungi istrinya, tetapi tubuhnya terasa berat, seakan sesuatu menahannya. Arga masih terpaku di tempatnya. Matanya tidak bisa lepas dari sosok itu. Wujud itu memang terlihat seperti Rasti… tapi ada sesuatu yang sangat salah. Wajah itu. Saat masih hidup, Rasti memiliki tatapan tajam penuh emosi. Tapi yang berdiri di hadapan mereka sekarang hanya memiliki mata kosong, merah membara, seakan dipenuhi api neraka yang berpendar dalam kegelapan. "Kau pikir ini sudah berakhir, Arga?" Suara itu menggema, lebih berat, lebih dalam. Lalu… ia mulai melangkah. Bukan dengan cara manusia berjalan. Tetap

  • Santet Pengantin   107

    Suasana di dalam rumah duka semakin terasa berat. Waktu seolah berhenti, meninggalkan hanya isak tangis yang menggema di antara dinding.Rahayu masih terisak, wajahnya basah oleh air mata, sementara Roy tetap duduk diam, menatap lantai dengan pandangan kosong.Arga tak mengatakan apa-apa lagi. Semua yang perlu ia sampaikan sudah keluar. Namun, di dalam dirinya, perasaan bersalah tetap menyelubungi.Kania masih berdiri di sudut ruangan, diam-diam memperhatikan ekspresi Arga. Ada sesuatu dalam tatapannya—sebuah kehampaan yang begitu dalam, seolah ia telah kehilangan lebih dari sekadar istri.Namun, ketegangan belum sepenuhnya reda.Sebuah suara lirih akhirnya keluar dari mulut Rahayu.“Jika Rasti memang sudah... pergi, kenapa aku masih bisa merasakannya?”Arga menoleh,

  • Santet Pengantin   106

    Langit kelabu seolah berduka, menurunkan gerimis yang tipis namun dingin. Angin membawa aroma tanah basah, menyelimuti pemakaman dengan kesunyian yang berat.Sejumlah orang berpakaian hitam berdiri di sekitar pusara yang masih merah, menundukkan kepala. Payung-payung terbuka, melindungi mereka dari hujan, tapi tidak bisa melindungi hati mereka dari luka yang menganga.Kania berdiri di antara mereka, tanpa payung, membiarkan hujan membasahi wajahnya yang sudah dipenuhi air mata.Di depannya, Arga berdiri kaku, tatapannya kosong. Ia tak berkedip saat tanah perlahan menutupi peti Lilian. Di sampingnya, Darma hanya terdiam, wajahnya mengeras seperti batu, tapi tangan yang mengepal menunjukkan emosi yang ia tahan mati-matian.Kania tidak bisa menatap mereka lama-lama. Terutama Darma.Ia tahu, di mata Darma, dirinya adalah penyebab semua ini.Ketika doa terakhir selesai dibacakan, satu per satu orang mulai beranjak pergi. Beberapa menyentuh bahu Arga dengan lembut, memberi dukungan dalam di

  • Santet Pengantin   105

    Darah membanjiri tanah.Tubuh Kania gemetar. Nafasnya tersengal. Luka di perutnya menganga, mengalirkan cairan merah yang tak henti-hentinya.Matanya kabur, kepalanya pening.Dia seharusnya mati.Seharusnya…Tapi, di depan matanya—Darma yang kini telah berubah menjadi makhluk kegelapan tengah menatapnya dengan senyum menyeramkan.Di sampingnya, Rasti berdiri penuh kemenangan.“Kau sudah selesai, Kania,” ujar Rasti dengan nada penuh kepuasan. “Terimalah takdirmu. Tak ada lagi yang bisa menolongmu.”Kania mengatupkan giginya.Tidak.Aku belum kalah.&nb

  • Santet Pengantin   104

    Lorong itu menjadi saksi keheningan yang mencekik.Sisa energi dari tubuh Lilian masih berpendar di udara, bercampur dengan bayangan yang kini berputar liar, seperti haus akan korban baru. Darma masih membeku, tangannya gemetar di atas lantai yang dingin."Lilian..." Namanya meluncur dari bibirnya seperti doa yang tertunda—sebuah panggilan yang tak akan pernah dijawab lagi. Arga mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. "Brengsek!"Matanya menatap Rasti—atau makhluk yang kini bersemayam dalam tubuh Rasti—dengan api amarah yang menyala-nyala.Tapi sebelum Arga bisa bergerak, Kania sudah lebih dulu maju.Wajahnya berubah. Bukan lagi ketakutan. Bukan lagi keraguan.Hanya dendam.Dan sesuatu yang lebih gelap dari itu. "Aku akan menghabisimu." Suara Kania lirih, tetapi menggetarkan udara di sekitar mereka. Makhluk dalam tubuh Rasti hanya menyeringai."Oh? Apa kau benar-benar yakin, Kania? Aku sudah mengambil satu. Kau mau jadi yang berikutnya?"DUARRR!!Kania tidak menjawab dengan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status