Kayla mengiakan perkataan lelaki yang bahkan ia tak tahu namanya. Semua tampak terburu-buru dan panik. Rumini telah menghilang di balik pintu dan Kayla memutuskan pulang setelah lelaki di depannya bolak-balik menatap sang oma. Dia tampak sangat mengkhawatirkan Rumini.
Sebelum meninggalkan rumah super luas itu, sekali lagi Kayla menatap patung kuda dikelilingi air mancur di halaman. Kemegahannya sangat kontras dengan Rumini yang bila tak memakai pakaian dengan bahan berkelas, tampak seperti gelandangan di tengah hujan.
Hari yang aneh. Tak jauh berbeda dengan hidupnya yang juga aneh.
***
"Mau ke mana?" tanya Bryan dengan raut wajah heran melihat Kayla telah mengenakan dress berwarna biru muda yang melekat sempurna membalut tubuh indahnya.
Pertengkaran kemarin masih menyisakan bias-bias kemarahan di wajah Kayla. Wanita itu tak berbicara sepatah kata pun sejak tadi malam. Namun seperti biasa, Bryan bersikap seakan tak terjadi apapun sebelumnya. Begitu gampang dirinya menganggap apa yang dimuntahkan mulut dan dilakukan tangannya, tak berarti apa-apa bagi orang lain.
Kayla tak menjawab pertanyaan Bryan, ia melewati sang suami yang terus memandanginya dengan tatapan penuh selidik.
Wanita itu sangat cantik dengan rambut indahnya menjuntai hingga ke pinggang. Gelombang pada rambutnya mengingatkan pada putri peserta kontes kecantikan.
Kayla Diannova, di mata orang yang mengenalnya dia adalah wanita sempurna. Dikaruniai tubuh ideal yang diidamkan banyak wanita, ia menyilaukan mata siapa pun yang memandangnya.
"Acara ulang tahun teman," jawabnya singkat. Kayla pasti masih marah akan sikapnya kemarin. Ah, biarkan saja, siapa suruh menggunakan uang tanpa sepengetahuannya, Bryan membatin.
"Siapa?" cecar Bryan, cemburu tak dapat ditepisnya. Istrinya sangat menarik, siapa saja yang bertemu dengannya pasti akan terpesona. Bagaimana kalau Kayla bertemu seorang lelaki yang akan menyukainya di acara ulang tahun itu? Pemikiran itu membuat Bryan semakin penasaran siapa yang berulang tahun dan mengundang Kayla tanpa melibatkannya.
"Teman," jawab Kayla lagi, singkat. Wanita itu merapikan make up yang sudah rapi, mengibas rambut panjangnya, bolak balik depan kaca membuat Bryan semakin panas hati.
"Iya, siapa? Mas tahu semua temanmu. Siapa yang ulang tahun, tumben mau berangkat sendiri?"
"Teman baru. Yang diundang Kayla sendiri, nggak enak dong datang berdua," tegas Kayla. Ia seperti tak ingin dibantah lagi.
"Anak-anak?"
"Ini acara orang tua. Anak-anak tak akan suka." Dengan heels berwarna senada Kayla berjalan, meninggalkan derap sepatu pada lantai dan Bryan yang terlihat bodoh menatap punggung Kayla menjauh.
Wanita itu semakin membuat Bryan khawatir. Semakin diintimidasi, semakin dia tampak tak tersentuh.
Jangan sampai dia mandiri, bisa bahaya. Bisa kehilangan kepatuhan dan kesetiaannya, batin Bryan.
***
Kayla turun dari mobil disambut security yang langsung mempersilakannya memasuki rumah megah itu. Ia tak menyadari sang suami mengikuti sejak keluar rumah. Bryan menjaga jarak mobil sambil mencoba mengingat-ingat, siapa teman istrinya yang tinggal di sini.
Bryan melajukan mobil ke posisi terjauh, agar bisa kabur secepatnya bila Kayla melihat kedatangannya.
"Saya bersama bu Kayla," ujar Bryan saat security menghentikan mobilnya. Mereka membiarkannya masuk dan Bryan segera membaur dengan para tamu.
Dengan dada dibakar api cemburu, mata Bryan tak henti memindai keberadaan Kayla. Wanita itu berjalan anggun menuju dua orang yang tampak berdiri menyalami para tamu.
"Pa, Lori di sini aja." Seorang wanita berdiri di sebelah Bryan.
"Kamu ke sana, Lori. Dekatin Rumini," perintah lelaki yang dipanggilnya 'papa'.
"Lagi banyak orang. Nanti saja."
"Kau harus lebih agresif, Lori. Jangan sampai posisimu tergantikan sama wanita itu," ujar lelaki paruh baya itu seraya menunjuk ke arah Kayla.
Ooo, jadi wanita tua itu namanya Rumini. Lalu, apa maksudnya posisi tergantikan? Bryan semakin menajamkan pendengarannya. Namun ayah dan anak itu telah sibuk dengan hidangan.
Acara ulang tahun khas orang berada, prasmanan tampak tertata rapi di bagian samping taman. Sebagian tamu ada yang di dalam rumah, sebagian berdiri atau duduk di kursi taman. Beberapa pejabat dan artis terkenal hadir di antara mereka. Terlihat Kayla disambut hangat oleh seorang wanita tua dan lelaki tampan seusia Kayla.
"Sial! Siapa yang ulang tahun?" gerutu Bryan. Ia terus memperhatikan sosok Kayla dari jauh, di antara para tamu yang mondar-mandir.
Wanita di samping lelaki itu memeluk erat Kayla bagai dua orang yang telah lama tak bertemu. Usia mereka terpaut jauh membuat Bryan tak henti bertanya, siapa dia. Dan lelaki tampan di sampingnya tampak lebih tertarik berbicara dengan Kayla daripada tamu lain. Gestur tubuhnya seperti remaja ketemu gebetannya.
Berkali-kali Bryan mengucek mata, berharap penglihatannya salah, setiap kali pula ia membenarkan kenyataan.
Kayla dan lelaki itu berbincang hangat sementara Bryan menggigil menahan marah.
"Aku harus tenang, jangan sampai membuat keributan di tengah orang-orang berpakaian mewah ini. Nggak lucu!"
Berjalan menunduk, agar tak ada yang menyadari keberadaannya. Bryan sangat yakin diantara mereka pasti ada yang mengenalinya. Sebagai salah seorang public figure, wajah diri kerap ada di layar kaca dan media cetak yang memberitakan setiap aktivitasnya.
Sabar. Jangan rusak nama besar hanya karena cemburu.
Cemburu? Baru kali ini Bryan merasa cemburu. Bagaimana tidak, selama ini Kayla tampak biasa saja layaknya istri manis penurut suami, tapi malam ini dia seperti bintang di langit yang tak terjangkau tangannya. Tak pernah melihat wajah Kayla berseri seperti malam ini.
Bryan berharap ini tidak nyata. Ini tidak mungkin.
Namun lelaki muda itu malah berdiri semakin dekat dengan Kayla. Sial benar, apa Kayla tidak bilang kalau dia punya empat buntut di rumah! Ah tapi siapa juga yang percaya bila tak melihatnya langsung.
Kayla bagai wanita usia dua puluh lima tahun dan raut wajahnya terlihat sangat bahagia.
Apa? Dia tertawa lepas sementara lelaki itu tak berkedip menatapnya! Apa yang mereka bicarakan? Panas di dada seperti dibakar. Bryan berdiri gelisah dan mengambil segelas minuman yang diedarkan pelayan. Menghabiskannya dalam sekali tegukan.
Ia harus pergi dari tempat ini sebelum vas bunga di pojok ia lemparkan ke arah lelaki yang gantengnya setara artis Hollywood yang digilai para wanita.
Bryan menggaruk kepala yang tak gatal seraya menendang batu yang berserakan di taman. Ini malam sangat buruk, belum pernah hatinya merasa seburuk ini.
"Beruntung sekali Kenan. Rumini sangat menyayanginya." Bryan menghentikan langkah, saat terdengar dua orang tamu sedang berbicara tidak jauh dari tempatnya berdiri. Siapa lagi yang dibicarakan tamu itu, Kenan siapanya Rumini? Jangan-jangan?
"Dengar-dengar, Rumini mewariskan rumah ini dan beberapa perusahaan ke tangan Kenan." Lagi tentang mereka dan kekayaan. Bryan memasang telinga agar bisa mendengar setiap kata, bila ini kelak ada hubungannya dengan pemilik rumah ini dan Kayla, setidaknya ia telah mempersiapkan diri.
"Kayla, kau milikku dan selamanya akan berada di bawah kekuasaanku," geram Bryan.
"Kenan? Bukannya masih banyak cucu yang lain?" tanya tamu yang lain seraya berbisik."Hanya Kenan yang peduli padanya. Yang lain cuma peduli uangnya. Lihat saja, apa mereka datang? Ulang tahun Rumini dan hanya Kenan satu-satunya cucu yang hadir.""Sayang anakku udah kawin. Kalau belum, mau kujodohin sama Kenan.""Selera Kenan tinggi, Bro. Anak-anak kita biar dipoles MUA atau operasi plastik di Thailand juga nggak akan mampu memikatnya. Beda jauh dengan wanita bergaun biru itu. Tuh! Belum pernah lihat Kenan sebahagia itu selagi bicara dengan wanita."Naah, kan!Oo, jadi jelmaan si Colin itu namanya Kenan. Bryan mengikuti
Lalu lalang mobil ke luar masuk halaman rumah yang terletak di kawasan Kemang Pratama itu masih terlihat ramai. Semakin malam semakin ramai. Di ruangan bertabur cahaya yang memancar dari lampu-lampu dengan bentuknya yang indah, para pelayan berseragam tampak sibuk menambah hidangan. Semakin malam semakin banyak tamu yang datang. Berbagai menu menggugah selera tak habis-habisnya disajikan. Rumini duduk diapit teman-teman sebaya di sebuah sofa bermotif bunga Tulip. Keriuhan terjadi ketika seorang di antara mereka mulai berdansa bersama pasangannya saat musik mulai berganti. Lagu-lagu nostalgia era 80-an terdengar mengalun lembut. Sejenak Rumini terdiam, matanya berkaca-kaca lalu kembali berbinar ketika seorang temannya mengajak berbincang. Di sudut berbeda, Kayla terlihat tengah menyantap sepotong cake. Kenan tak pernah jauh dari sisinya, membuat wanita itu kerap salah tingkah. Setelah aksi Rumini memamerkan kebaikannya di tengah huj
Sejak tiga tahun lalu, Kenan menutup hati bagi semua wanita di luar sana. Sejak Mariska sang kekasih meninggalkannya begitu saja tanpa alasan. Kabar burung sampai ke telinganya, Mariska kepincut bule asal Australia yang ditemuinya di kelab malam. Entah ke mana Mariska pergi, Kenan tak pernah berusaha mencarinya. Hatinya terlalu sakit oleh pengkhianatan wanita yang telah menjalin hubungan serius selama dua tahun itu. Rencana naik ke pelaminan sebelum Rumini makin menua, pupus sudah.Malam ini, rasa yang telah lama hilang itu mendadak muncul begitu saja. Menatap pesona Kayla bagai menemukan mata air di padang pasir. Dadanya berdesir hangat, apalagi ketika wanita itu mengurai senyum dan tawa. Ada bahagia dalam tawa yang menulari hatinya.Bahkan setelah mengetahui usia Kayla, ia tetap bahagia."Kenan, ajak Kayla melihat koleksi lukisanmu." Tiba-tiba Rumini sudah berada di sebelah Kayla. Entah sejak kapan wanita yang membiarkan uban tumb
Pertanyaan Kenan membuat Kayla gelagapan. Ia tak pernah berpikir sejauh itu.Kesadarannya kembali, Kenan belum tahu siapa dirinya. Ya, dia harus jujur tentang statusnya."Huum, maaf saya harus memberitahukan sesuatu. Sebenarnya saya …." Entah mengapa, sesaat Kayla menikmati momen ini. Momen di mana dirinya diinginkan oleh seseorang, dihargai dan dihormati. Namun ia tahu ini salah dan tak boleh terlarut di dalamnya. Kayla tak ingin merangkai kebohongan di atas sebuah hubungan."Katakan saja. Saya siap mendengar yang terburuk. Maaf saya tak pernah seperti ini sebelumnya, maafkan saya." Kenan memasukkan tangan ke saku celana, dia berdiri gelisah seperti anak SMA mau nembak pacar tapi takut ditolak. Pandangannya mengarah ke lantai kadang menatap Kayla yang tak kalah gugupnya."Saya … saya telah menikah," lirih Kayla dengan napas tert
Wajah di hadapan Kenan membeku, menatap lurus menembus kaca mobil. Ia tampak berusaha mengendalikan amarahnya."Maaf menempatkanmu pada situasi sulit tadi. Saya lepas kendali dan saya memanfaatkan ketidaktahuan Oma Rumi atas statusmu," ujarnya pelan berusaha mencairkan kebekuan. Ia merasa tak enak hati."Seharusnya kau jujur saja padanya," pungkas Kayla."Saya terbawa perasaan. Maafkanlah." Lelaki itu menunduk lesu."Lupakan, saya hanya ingin pulang," jawab Kayla menahan sesak menghimpit di dada. Malam ini ia berada dalam kubangan perasaan paling aneh dari semua rasa yang pernah hinggap.Bangga, sedih, marah, dan bingung jadi satu. Bila tak mengingat anak-anaknya, mungkin ia akan memilih melajukan mobil entah berakhir di mana."Berikan nomormu. Just in case Oma ing
Seharusnya, benak Kayla menari-nari. Terlalu banyak kata seharusnya yang ingin ia tumpahkan. Tapi apa gunanya? Siapa yang akan mendengar keluh kesahnya selain angin malam? Apa yang dialaminya sekarang terasa sangat tidak manusiawi, membayangkan saja sangat mengerikan apalagi mengalaminya. Hanya demi anak-anak, Kayla memilih menahan amarah, malam ini. Malam sudah terlalu larut untuk keributan yang sangat mungkin mengganggu ketenangan mereka. Kedua manusia di hadapannya malah tertawa sinis melihat Kayla menahan amarah. Kayla tak sanggup menahan perih yang menusuk saat Leny menghina ayah ibunya di Subang. Menangis dalam diam, hanya itu yang bisa dilakukannya kini. I
Hati Kayla bagai diiris, ingat sang ayah yang mengendarai motor butut ke mana-mana. Bahkan harga tas Larissa yang dibelikan Bryan, jauh lebih mahal dari motor itu.Apa yang harus kulakukan? Dari mana harus memulai? Bagaimana melawan kesewenang-wenangan keluarga suami tanpa resiko kehilangan ke-4 buah hatinya? Kayla membatin."Selamat tidur, Kayla. Have a nice dream." Ponsel di tangan bergetar, sebuah pesan teks masuk.Walau tidak ada nama tertera, ia tahu siapa pengirimnya.Matanya nanar menatap barisan kata yang diakhiri emoticon bunga. Salahkah bila hatinya menghangat saat membaca rangkaian kata itu?Aaah.
"Sudah kutransfer ke rekeningmu yang baru, Kay." Suara seorang wanita di seberang telepon terdengar riang."Thanx, May. Maaf merepotkanmu."Keduanya tertawa puas membayangkan banyaknya uang mengendap aman di rekening yang baru dibuat Kayla tadi pagi. Ia memohon pada Leny agar menjaga anak-anak sebentar dengan dalih akan memasak makanan kesukaan Bryan dan ada beberapa bahan yang perlu didapatkannya di beberapa tempat berbeda. Akan lama sekali bila harus membawa ke-4 anaknya.Mayleen satu-satunya sahabat yang bisa dipercaya saat ini. Awalnya Mayleen menganggap Kayla sangat beruntung memiliki Bryan tetapi anggapan itu berubah ketika ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Bryan membentak Kayla di depannya ketika Mayleen sedang berkunjung ke rumahnya. Sejak i
Jalan itu dulu kecil, hanya dilapisi tanah merah dan lebar jalan muat satu mobil. Bila ada mobil datang dari arah depan maka salah satu harus mundur sampai menemukan tempat untuk menepi. Beberapa kali Kayla mengunjungi mereka mobil sempat amblas akibat jalanan becek bekas hujan. Itu juga sebabnya Bryan selalu menggerutu bila harus ikut pulang kampung.Kini jalan tersebut telah di aspal dan lebar muat dua arah mobil."Siapa yang bangun ini jalan. Kalau orang di kampung sini mana mau. Jalan yang kemarin itu juga udah cukup," Kayla mengoceh sendiri.Mendekati area rumahnya Kayla dibuat semakin melongo. Dulu kiri kanan ditumbuhi semak kini digantikan tanaman cemara berbaris rapi. Berada di pertigaan, bila mengambil arah kanan maka menuju rumah-rumah penduduk lain. Bila ke arah kiri menuju rumah kayla yang terletak di tengah kebun pisang dan rambutan. Mobil mengarah ke kiri mengikuti jalur cemara.
"Berapa lama?""Paling tiga minggu. Dana mau keliling-keliling mumpung ke sana," ujar Vivian. Cerita tentang Dana sang sahabat yang merupakan istri pengusaha tajir tak henti mengalir dari bibir Vivian. Bryan berdiri bergegas masuk ke kamar, rasanya ia ingin mati saja."Mas, jangan lupa nanti sofanya diganti, yaa Vi gak suka warna sofanya!" teriak Vivian sebelum tubuh Bryan menghilang dibalik pintu kamar. Mimpi apa dirinya, membuang Kayla lalu mendapat wanita seperti Vivian?Dia pikir semudah itu memgganti perabot. Bryan teringat sofa itu kesukaan Kayla. Mendadak hatinya perih, ia ingat Kayla tak pernah menuntutnya. Apa yang dikatakannya selalu dituruti Kayla. Kayla membenarkan apa yang salah, menyempurnakan apa yang kurang.
Pandangan menghakimi ditujukan pada Kayla, maklum saja banyak wanita nekat melakukan apa saja agar menjadi bagian keluarga konglomerat, tidak terkecuali Kayla yang berbohong tentang statusnya. Setidaknya itulah yang ada di benak orang-orang.Kayla merasa tak ada tempat lagi baginya di rumah ini. Bagaimana pun pembelaannya, kebohongan tak pernah baik akibatnya bagi banyak orang. Ia berpikir yang terbaik baginya ialah meninggalkan tempat ini sekarang juga."Saya minta maaf sekali lagi. Tidak ada maksud apa pun, saya hanya mengikuti ke mana kaki mengarahkan langkah. Saya beruntung bisa bertemu Oma Rumi dan Kenan, kalian menempati tempat spesial di hati saya. Setelah hari ini, siakan benci saya, anggap tak pernah ada dan saya tak akan muncul lagi," pamit Kayla seraya melepaskan pegangan Kenan pada lengannya
Baik Kayla maupun Kenan tercengang tak percaya. Keduanya memang menjalin hubungan serius namun sama sekali belum ada pembicaraan mengarah pada pernikahan apalagi di depan Rumini. Namun demi menjaga perasaan Rumini, Kenan bersikap santun dengan menarik tangan Kayla agar bertiga berdiri bersisian di hadapan para tamu. Tangan Kenan memeluk pinggang Kayla dengan mesra seakan menunjukkkan bahwa benar ia akan segera menikahi Kayla.Kayla sangat gugup, jemarinya basah oleh keringat dingin. Sesungguhnya bukan ucapan Rumini yang membuatnya takut namun sampai saat ini Rumini masih mengira dirinya sebagai seorang gadis. Saat ini di depan semua orang Rumini penuh keyakinan Kayla akan menjadi istri sang cucu, bagaimana bila kebenarannya ia ketahui? Akankah ia menerima seorang janda anak empat menjadi istri cucu kesayangannya?
[Kenan cucu kesayanganku, oma hanya ingin dia bahagia dan kaulah bahagianya, Kayla. Hanya kau yang membuatnya tetap semangat menjalani hari-hari. Please oma udah gak tau harus bagaimana untuk meyakinkanmu bahwa kalian ditakdirkan untuk bersatu.][Bagaimana dengan Mariska?] tanya Kayla akhirnya. Kayla menunggu namun pesan itu tak berbalas hingga malam tiba. Sepanjang malam Kayla tak bisa memejamkan mata. Rumini tak tahu tentang penantian Kenan di taman bunga besok tepat di hari ulang tahunnya. Bila ia datang ke pesta ulang tahun Kenan artinya ia harus datang lebih dulu ke taman di mana Kenan menunggunya.Bila dirinya menemui Kenan sama saja ia menerima pernyataan cinta lelaki ini.Esok hari, hubungannya dengan Kenan akan diten
Potongan buah tertata menggiurkan di atas meja makan. Lauk pauk lengkap untuk makan malam setara kebutuhan makan satu keluarga kelas bawah untuk satu minggu.Namun Bryan membiarkan nikmatnya hidangan itu hanya sebatas penciuman.Selera makan telah pergi sejak tadi, sejak Vivian tak henti membela Arka dan kebiasaan-kebiasaannya."Dia cuma anak-anak, nanti juga bisa menyesuaikan diri," pungkas Vivian tak mau disalahkan. Selama ini ia memang tak begitu peduli perkembangan Arka, sehari-hari anak itu diurus pembantu sementara dirinya melakukan apapun yang disukainya termasuk tidak pulang berhari-hari, libur ke mana dia suka, nginap di mana dia mau.Semua bisa dibayar dengan uang, kenapa dia har
"Jadi kau telah berpisah?" Kayla tak menceritakan perihal rumah tangganya yang juga mengalami kehancuran. Ia berjanji akan menjadi pendengar yang baik malam ini."Ya, tapi aku masih trauma. Bukan saja luka secara psikis dan fisik tapi harta pun habis. Orangtuaku bangkrut, hartaku diporotin sama Fauzan. Sekarang bertahan dengan yang ada saja," keluh Shinta.Ini yang membuatmu tampak berbeda, batin Kayla.Cerita mengalir tentang penyesalan Shinta melepas Adrian. Shinta berharap ia tak pernah melakukan kesalahan sebodoh itu."Entah apa kabar Adrian, semoga dia bertemu wanita lain yang bisa membahagiakannya. Bila kau bertemu seseorang yang mencintaimu, jangan pernah lepaskan dia. Lebih baik bersama orang yang mencintai kita dengan tulus daripada kita kejar orang yang kita pikir kita cinta. Seseorang yang mencintai kita akan melak
"Kayla?!"Kayla mengernyitkan kening, ia tak mampu mengingat siapa seseorang yang tampaknya sangat mengenalnya. Wanita itu membentangkan kedua tangan hendak memeluknya namun demi melihat kebingungan di wajah Kayla, wanita itu urung melakukannya dan memilih menyentuh bahu Kayla.Mayleen yang berdiri di sebelah Kayla masih menunggu penjelasan. Hari ini sangat mengherankan baginya, penampakan lelaki di restoran, Bryan, Rumini dan sekarang wanita sok akrab dengan dandanan ketebalan. Ada apa dengan hari ini? Bayangan akan gaun indah yang akan didapatnya, kini tak indah lagi. Semangatnya hilang sudah."M-maaf, siapa ya?" tanya Kayla perlahan. Ia tak ingin pertanyaannya menyinggung wanita yang tampaknya memang sangat mengenal Kayla."Kayla, kamu lupa. Ini aku, Shinta temen sekelas wak
Saat sedang mengamati Bryan yang semakin menghilang dari pandangan, Kayla merasakan bahunya disentuh seseorang."K-kayla?!" Wanita itu berteriak menatap wajah Kayla."Oma Rumi?!" Waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin Kayla menjadi bintang saat menghadiri pesta meriah di kediaman Rumini. Kini Rumini berdiri di hadapan Kayla dengan tatapan penuh tanya."Kayla ke mana saja? Ken nggak pernah mau mempertemukan oma denganmu. Apa kabar, Kayla? Kau menghilang begitu saja. Bagaimana hubunganmu dengan Kenan?" Rumini menoleh ke sekeliling seperti mencari keberadaan Kenan. Ia memberondong Kayla dengan banyak pertanyaan.Mayleen yang tak mengetahui apa tepatnya terjadi, mengarahkan tatapan aneh pada Kayla."Kabar saya baik.