Mata Kayla mulai didera kantuk. Ia menguap berkali-kali. Setelah mengucapkan selamat tidur pada Mayleen, ia mulai memejamkan mata. Tiba-tiba teringat text dari Kenan yang belum dibalasnya. Ia kembali membuka mata dan menatap layar ponsel.
Saat ini terlalu malam untuk sebuah percakapan, esok ia akan menghubungi Kenan dan meminta maaf atas sikapnya malam itu.
Satu malam lagi akan berlalu, ia harus segera tidur. Kayla harus menjaga tubuh tetap sehat dan pikiran tetap waras. Masih ada kejutan sekali lagi bagi Leny dan Bryan yang ia siapkan.
*
"Nirwana akan tinggal di sini, Mas."
Kayla menyambut kedatangan Nirwana, adik bungsu yang akan
Tak terima ucapan sang putra, Leny membanting pintu dan bergegas pergi."Aku tidak akan membiarkan perempuan kecil itu menjadi ratu di rumah putraku!" ujarnya geram.*"Bagaimana kabar gadis itu?" Rumini duduk di sebelah Kenan yang sedang menikmati sarapannya."Yang mana?""Yang mana lagi? Oma tidak mau tau soal gadis yang kau bawa ke kamarmu. Oma hanya mau tahu soal Kayla. Kenapa dia nggak ada kabar?"Kenan menghentikan suapannya dan berpikir ini mungkin waktu yang tepat untuk memberitahukan perihal siapa Kayla agar Rumi berhenti mengharapkannya namun ucapan Rumi selanjut
"Kayla, Mas minta maaf untuk semuanya. Mas akui kadang keterlaluan." Ucapan memelas ke luar dari mulut Bryan. Ia menatap punggung sang istri dan berdiri dengan pasrah. Tapi Kayla tahu siapa Bryan, ia hanya minta maaf bukan berarti akan berubah."Bukan kadang tapi sering, Mas. Ohya satu lagi, Kay tidak mau melihat mama dan Larissa di rumah ini lagi atau Kay yang pindah beserta anak-anak. Pikirkan baik-baik."Bryan terduduk di tepi ranjang seraya mengusap wajahnya dengan gusar dan membiarkan Kayla berlalu. Permintaan Kayla terlalu banyak namun ia tak punya pilihan.Kurang ajar wanita itu, harusnya ia mendengarkan nasihat Leny dulu agar menikahi putri sahabatnya yang sederajat dengan mereka. Bryan merutuk.
"Tenang, akan kuikuti semua prosedur. Jangan perlakukan aku berbeda dengan karyawan lain malah jadi gak enak nanti." Calvin tersenyum melihat wanita itu kembali ceria."By the way, kamu nggak berubah sedikit pun Kayla.""Benarkah?""Ya, kau terlihat sama seperti sepuluh tahun lalu saat melangkah ke luar dari ruangan ini.""Saya bahagia menjadi ibu rumah tangga dengan empat anak. Mungkin itu sebabnya." Kayla terkekeh menyadari ia sedang membohongi dirinya sendiri. Ia tak pernah benar-benar bahagia. Bila fisik memang tak terlihat berubah, banyak wanita lain juga mengalami hal yang sama."Benarkah? Terus terang aku masih heran dengan keinginanmu untuk kembali bekerja. Bukankah … maaf, kau bersuamikan orang terkenal dengan bayaran fantastis.
"Kalau Allah menghendaki semua bisa terjadi.""Jangan bawa-bawa nama Allah.""Kenyataannya begitu. Sekarang bagaimana?""Tinggalkan ruangan ini, Lori!" Kenan memejamkan mata seraya memijat keningnya. Ini bencana."Kau mengusirku?" Lori tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja."Tinggalkan ruangan ini! Kutemui selepas jam kantor. Please, jangan di sini." Kenan memohon berkali-kali hingga wanita itu memutuskan ke luar ruangan dengan geram.Lorina berjalan cepat meninggalkan derap sepatu pada lantai. Ia menghapus air mata dengan kasar lalu meraih ponsel di dalam t
"Yaah, kau benar." Tercekat Kayla saat mengatakannya.Ia tahu apa yang dikatakan Kenan sangat benar. Semua orang perlu teman bicara dan ia tak mungkin membicarakan masalahnya pada kedua orangtuanya atau Nirwana. Mayleen sahabatnya hanya mengetahui tentang betapa perhitungan Bryan atas uangnya namun Mayleen tak pernah tahu bila Bryan juga kerap berkata kasar dan main tangan. Ia tak ingin sahabatnya itu entah sengaja atau tidak malah menyebarkan apa yang diketahuinya pada orang lain.Bahkan setelah semua perlakuan Bryan padanya, Kayla tetap ingin menjaga nama sang suami di mata banyak orang.Jejak digital sangat kejam. Saat ini semua hal bisa jadi berita dan dalam hitungan detik menjadi konsumsi jutaan orang. Kayla tak ingin pemberitaan n
Dari balik kaca mobil Kayla menatap jalanan padat di depannya. Rintik hujan terlihat mulai turun membuat laju kendaraan semakin melambat.Setitik harapan muncul di hatinya, bahagia akan menghampiri. Entah bagaimana wujudnya tapi ia akan meraih bahagia itu nanti. Bersama Bryan atau sendiri, entah. Semua hanya berupa bayang-bayang. Kehadiran Kenan membangkitkan kembali semua harapan yang dulu pernah dipupuknya namun dipendam sedalam-dalamnya saat kenyataan tak sejalan.[Mas tidak pulang malam ini.] Bryan mengirimkan text tak lama setelah pesan dari Kenan masuk. Membacanya seolah merenggut paksa senyum yang baru saja merekah. Ia membenci lelaki itu, Bryan yang telah memberinya banyak kebahagiaan namun menghancurkan hidupnya jauh lebih banyak. Akan menginap di hotel mana dia kali ini? Sepe
"Sabar, Kay. Mas perlu waktu meyakinkan mereka untuk pindah," ujar Bryan uring-uringan. Tampaknya lelaki itu menganggap Kayla hanya menggertak, mana mungkin Kayla berani melakukan ancamannya. Ia tahu sifat istrinya. Di sisi lain Bryan khawatir kehadiran Nirwana semakin memicu keberanian Kayla menentangnya."Kalau mereka nggak pindah berarti Kay yang ke luar rumah.""Apaa? Yang benar aja!""Jangan mas kira Kayla nggak berani," ucap Kayla seraya menatap mata sang suami lekat."Silahkan aja kau pergi. Memang seharusnya kamu yang pergi bukannya saya," ujar Leny tiba-tiba telah berada di antara mereka. Seketika Bryan tegang."Ya saya
Ponsel di tangannya tak lagi berdering. Kayla memastikan tak ada pesan yang belum terbaca. Tidak ada pesan dari Bryan maupun Kenan. Kayla menghela napas, malam ini sungguh malam yang sangat berat untuk dilalui. Ia memikirkan rencana untuk besok, tak mungkin menginap di hotel seterusnya tapi juga tak mudah untuk berpindah tempat dengan membawa anak-anak.Tampaknya keinginan untuk menyendiri tak berhasil, seseorang menepuk pundaknya saat segelas wine baru saja habis diteguknya."Kayla?""Hey, Calvin. Aah, Jakarta kecil sekali," Kayla tersenyum saat melihat Calvin telah berdiri di depannya. Ia sulit menolak kehadiran lelaki itu apalagi Calvin langsung menarik kursi dan mengambil tempat duduk di depan Kayla setelah meminta ijin untuk menemaninya.
Jalan itu dulu kecil, hanya dilapisi tanah merah dan lebar jalan muat satu mobil. Bila ada mobil datang dari arah depan maka salah satu harus mundur sampai menemukan tempat untuk menepi. Beberapa kali Kayla mengunjungi mereka mobil sempat amblas akibat jalanan becek bekas hujan. Itu juga sebabnya Bryan selalu menggerutu bila harus ikut pulang kampung.Kini jalan tersebut telah di aspal dan lebar muat dua arah mobil."Siapa yang bangun ini jalan. Kalau orang di kampung sini mana mau. Jalan yang kemarin itu juga udah cukup," Kayla mengoceh sendiri.Mendekati area rumahnya Kayla dibuat semakin melongo. Dulu kiri kanan ditumbuhi semak kini digantikan tanaman cemara berbaris rapi. Berada di pertigaan, bila mengambil arah kanan maka menuju rumah-rumah penduduk lain. Bila ke arah kiri menuju rumah kayla yang terletak di tengah kebun pisang dan rambutan. Mobil mengarah ke kiri mengikuti jalur cemara.
"Berapa lama?""Paling tiga minggu. Dana mau keliling-keliling mumpung ke sana," ujar Vivian. Cerita tentang Dana sang sahabat yang merupakan istri pengusaha tajir tak henti mengalir dari bibir Vivian. Bryan berdiri bergegas masuk ke kamar, rasanya ia ingin mati saja."Mas, jangan lupa nanti sofanya diganti, yaa Vi gak suka warna sofanya!" teriak Vivian sebelum tubuh Bryan menghilang dibalik pintu kamar. Mimpi apa dirinya, membuang Kayla lalu mendapat wanita seperti Vivian?Dia pikir semudah itu memgganti perabot. Bryan teringat sofa itu kesukaan Kayla. Mendadak hatinya perih, ia ingat Kayla tak pernah menuntutnya. Apa yang dikatakannya selalu dituruti Kayla. Kayla membenarkan apa yang salah, menyempurnakan apa yang kurang.
Pandangan menghakimi ditujukan pada Kayla, maklum saja banyak wanita nekat melakukan apa saja agar menjadi bagian keluarga konglomerat, tidak terkecuali Kayla yang berbohong tentang statusnya. Setidaknya itulah yang ada di benak orang-orang.Kayla merasa tak ada tempat lagi baginya di rumah ini. Bagaimana pun pembelaannya, kebohongan tak pernah baik akibatnya bagi banyak orang. Ia berpikir yang terbaik baginya ialah meninggalkan tempat ini sekarang juga."Saya minta maaf sekali lagi. Tidak ada maksud apa pun, saya hanya mengikuti ke mana kaki mengarahkan langkah. Saya beruntung bisa bertemu Oma Rumi dan Kenan, kalian menempati tempat spesial di hati saya. Setelah hari ini, siakan benci saya, anggap tak pernah ada dan saya tak akan muncul lagi," pamit Kayla seraya melepaskan pegangan Kenan pada lengannya
Baik Kayla maupun Kenan tercengang tak percaya. Keduanya memang menjalin hubungan serius namun sama sekali belum ada pembicaraan mengarah pada pernikahan apalagi di depan Rumini. Namun demi menjaga perasaan Rumini, Kenan bersikap santun dengan menarik tangan Kayla agar bertiga berdiri bersisian di hadapan para tamu. Tangan Kenan memeluk pinggang Kayla dengan mesra seakan menunjukkkan bahwa benar ia akan segera menikahi Kayla.Kayla sangat gugup, jemarinya basah oleh keringat dingin. Sesungguhnya bukan ucapan Rumini yang membuatnya takut namun sampai saat ini Rumini masih mengira dirinya sebagai seorang gadis. Saat ini di depan semua orang Rumini penuh keyakinan Kayla akan menjadi istri sang cucu, bagaimana bila kebenarannya ia ketahui? Akankah ia menerima seorang janda anak empat menjadi istri cucu kesayangannya?
[Kenan cucu kesayanganku, oma hanya ingin dia bahagia dan kaulah bahagianya, Kayla. Hanya kau yang membuatnya tetap semangat menjalani hari-hari. Please oma udah gak tau harus bagaimana untuk meyakinkanmu bahwa kalian ditakdirkan untuk bersatu.][Bagaimana dengan Mariska?] tanya Kayla akhirnya. Kayla menunggu namun pesan itu tak berbalas hingga malam tiba. Sepanjang malam Kayla tak bisa memejamkan mata. Rumini tak tahu tentang penantian Kenan di taman bunga besok tepat di hari ulang tahunnya. Bila ia datang ke pesta ulang tahun Kenan artinya ia harus datang lebih dulu ke taman di mana Kenan menunggunya.Bila dirinya menemui Kenan sama saja ia menerima pernyataan cinta lelaki ini.Esok hari, hubungannya dengan Kenan akan diten
Potongan buah tertata menggiurkan di atas meja makan. Lauk pauk lengkap untuk makan malam setara kebutuhan makan satu keluarga kelas bawah untuk satu minggu.Namun Bryan membiarkan nikmatnya hidangan itu hanya sebatas penciuman.Selera makan telah pergi sejak tadi, sejak Vivian tak henti membela Arka dan kebiasaan-kebiasaannya."Dia cuma anak-anak, nanti juga bisa menyesuaikan diri," pungkas Vivian tak mau disalahkan. Selama ini ia memang tak begitu peduli perkembangan Arka, sehari-hari anak itu diurus pembantu sementara dirinya melakukan apapun yang disukainya termasuk tidak pulang berhari-hari, libur ke mana dia suka, nginap di mana dia mau.Semua bisa dibayar dengan uang, kenapa dia har
"Jadi kau telah berpisah?" Kayla tak menceritakan perihal rumah tangganya yang juga mengalami kehancuran. Ia berjanji akan menjadi pendengar yang baik malam ini."Ya, tapi aku masih trauma. Bukan saja luka secara psikis dan fisik tapi harta pun habis. Orangtuaku bangkrut, hartaku diporotin sama Fauzan. Sekarang bertahan dengan yang ada saja," keluh Shinta.Ini yang membuatmu tampak berbeda, batin Kayla.Cerita mengalir tentang penyesalan Shinta melepas Adrian. Shinta berharap ia tak pernah melakukan kesalahan sebodoh itu."Entah apa kabar Adrian, semoga dia bertemu wanita lain yang bisa membahagiakannya. Bila kau bertemu seseorang yang mencintaimu, jangan pernah lepaskan dia. Lebih baik bersama orang yang mencintai kita dengan tulus daripada kita kejar orang yang kita pikir kita cinta. Seseorang yang mencintai kita akan melak
"Kayla?!"Kayla mengernyitkan kening, ia tak mampu mengingat siapa seseorang yang tampaknya sangat mengenalnya. Wanita itu membentangkan kedua tangan hendak memeluknya namun demi melihat kebingungan di wajah Kayla, wanita itu urung melakukannya dan memilih menyentuh bahu Kayla.Mayleen yang berdiri di sebelah Kayla masih menunggu penjelasan. Hari ini sangat mengherankan baginya, penampakan lelaki di restoran, Bryan, Rumini dan sekarang wanita sok akrab dengan dandanan ketebalan. Ada apa dengan hari ini? Bayangan akan gaun indah yang akan didapatnya, kini tak indah lagi. Semangatnya hilang sudah."M-maaf, siapa ya?" tanya Kayla perlahan. Ia tak ingin pertanyaannya menyinggung wanita yang tampaknya memang sangat mengenal Kayla."Kayla, kamu lupa. Ini aku, Shinta temen sekelas wak
Saat sedang mengamati Bryan yang semakin menghilang dari pandangan, Kayla merasakan bahunya disentuh seseorang."K-kayla?!" Wanita itu berteriak menatap wajah Kayla."Oma Rumi?!" Waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin Kayla menjadi bintang saat menghadiri pesta meriah di kediaman Rumini. Kini Rumini berdiri di hadapan Kayla dengan tatapan penuh tanya."Kayla ke mana saja? Ken nggak pernah mau mempertemukan oma denganmu. Apa kabar, Kayla? Kau menghilang begitu saja. Bagaimana hubunganmu dengan Kenan?" Rumini menoleh ke sekeliling seperti mencari keberadaan Kenan. Ia memberondong Kayla dengan banyak pertanyaan.Mayleen yang tak mengetahui apa tepatnya terjadi, mengarahkan tatapan aneh pada Kayla."Kabar saya baik.