Share

Bab 43

Penulis: Ara putri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-24 22:01:16

Rumah terasa begitu sepi, setelah suaminya berangkat kerja intan tak tau lagi harus dilakukan apa. Wanita itu cukup senang hari ini, mendengar jika beberapa hari lagi gadis cantik jelita tapi berhati iblis itu kan pergi, intan sungguh merasa senang.

Perhatian yang diberikan Zaki hari ini sudah membuat mood intan kembali membaik. Tapi beberapa kali sekarang ia sering merasa tidak nyaman pada perutnya, ia menganggap itu bisa, mungkin karena tamu bulanannya yang mau datang. Intan terlalu acuh pada tubuhnya, ia tidak begitu suka jika sakit sedikit Langsung ke rumah saking untuk periksa.

Suara telpon diatas meja bergetar, segera Intan raih benda pipih itu dengan cepat.

“Ferdi?” Nomor mantan yang sampai sekarang masih ada di ponselnya, dia memang tidak pernah memblokir nomor itu, hanya pernah menghapuskannya saja. Mungkin karena ia sangat hafal, jadi dengan mudah ia bisa menebak nomor asing yang masuk dalam ponselnya.

Intan sedikit ragu untuk mengangkatnya, tapi ia juga penasaran apa yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang pemilik Hati   Bab 44

    Rasa terkejut Naila tak bisa ia tahan. Melihat keberadaan Najwa didalam rumah kakaknya membuat gadis itu menatap marah. Gadis itu langsung menarik temannya itu untuk berbicara berdua diluar.“Kenapa kamu bisa disini Naj?” Tanpa basa basi Naila langsung bertanya.Najwa terlihat sedikit takut, gadis itu terlihat sedikit memucat. Ia tidak pernah tahu jika Naila akan datang kesini, jika begini ia akan tersudut dan tak tahu harus memberi alasan apa. Tadi pagi ia sudah terusir oleh pemilik rumah, dan sekarang ada lagi penghalangnya untuk mendekati Kak Zaki, kenapa jalannya begitu dipersulit.“Aku ... Kak Zaki yang membawaku kesini.” Tak tahu harus menjawab apa, dia malah salah berkata.“Kak Zaki? Kenapa dia sampai membawamu kesini?” Naila memandang wajah Najwa dengan tajam. Mereka berdua bukan hanya kenal sehari, jadi bagi ia tak mungkin mempercayai gadis ini begitu saja. Ia tahu siapa kakaknya, pasti Najwa sudah melakukannya sesuatu sehingga menarik perhatian kakak laki-lakinya itu.“Aku s

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Sang pemilik Hati   Bab 45

    Jalan-jalan yang mereka lakukan sungguh membuat dua manusia berjenis kelamin perempuan itu sungguh bahagia. Kesana-kemari bak dua remaja, tidak ada yang akan menyangka jika mereka adalah saudara ipar. Bahkan tadi ada laki-laki yang datang menggoda mereka. Saat Intan mengatakan ia sudah menikah, mereka terlihat tak percaya. Tapi itu berhasil membuat mereka pergi dan tidak mengganggu lagi.“Kakak ingin beli sesuatu?” Naila bertanya sebelum mereka memutuskan untuk pulang.“Tidak. Kita harus pulang, Nai. Bisa marah kakakmu nanti jika kita pulang kesorean.” Ujar Intan sedikit kawatir. Mereka sudah terlalu lama diluar, tubuhnya juga sudah merasa lelah karena seharian kecapean.“Jangan kawatir, jika dia marah nanti biar aku adukan pada bunda. Biar dia dimarahi,” ujar Naila. Intan terkekeh geli, adik iparnya ini selain berhasil membuat ia tertawa dari tadi. Sepertinya mereka sangat cocok jika berjalan berdua.*****“Waw, sepertinya jalan-jalan kalian sangat menyenangkan.” Suara seseorang me

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Sang pemilik Hati   Bab 46

    Sikap dingin Zaki benar-benar membuat Intan semakin terluka. Naila juga geram dengan sikap kakaknya yang masih saja membela Najwa. Kadang-kadang ia berpikir, ‘apa mungkin kak Zaki benar-benar telah jatuh cinta pada Najwa?' Tapi kenapa sekarang, kenapa tidak dari dulu saja?Mereka yang berumah tangga, entah kenapa dirinya pula yang pusing. Naila pernah mencoba untuk menasihati Najwa sebagai seorang teman, tapi pada akhirnya mereka malah bertengkar hebat.“Mas, kamu akan berangkat?” “Mm,” Zaki tak menjawab, tapi hanya berdeham dingin, “ayo Najwa, kita harus berangkat kerja.” Intan yang sudah berdiri ingin mengantar Zaki sampai depan rumah kembali terduduk dengan linglung. Pada akhirnya ia hanya bisa tersenyum menahan tangis. Bersikap dingin pada dirinya, tapi begitu lembut pada wanita lain, kenapa Zaki begitu tak peduli padanya?Zaki dan Najwa berlalu tanpa menoleh lagi, bahkan tak memperdulikan tatapan marah seseorang disana.Naila bangkit dari duduknya menghampiri kakak iparnya, “ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Sang pemilik Hati   Bab 47

    Telepon dari sang adik benar-benar membuat Zaki serasa nyawanya melayang. Apa ia tak salah dengar? Apa dirinya sedang bermimpi buruk?Baru tadi pagi ia bertengkar dengan istrinya, tapi kenapa kabar buruk ini datang sekarang. Ia pasti salah dengar!“Dek, bicara yang jelas ... Intan kenapa?!” Pertanyaan bercampur bentakan itu membuat orang lain yang masih ada di ruangan itu ikut terkaget.“Jangan banyak tanya kak! Aku sudah bilang, kakak ipar jatuh dan dia mengeluarkan banyak darah.” Balas Gadis disebrang sana tak kalah kencang.Zaki langsung menyambar kunci mobilnya, mengabaikan pertanyaan dari orang-orang. Pria itu berlari, memacu mobil dengan kencang menuju rumah sakit yang disebut adiknya. Pria itu bahkan lupa mematikan ponselnya terlebih dahulu. Rasa takut dan juga rasa bersalah membuat pria itu sekarang kehilangan akal.Zaki kacau, ia takut terjadi sesuatu dengan istrinya. Ia mengingatkan kejadian tadi pagi saat ia kembali membentak Intan, apa ada hubungannya dengan ini semua?Jal

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-24
  • Sang pemilik Hati   Bab 48

    Zaki mengungkapkan sendu wajah pucat yang terbaring lemah itu, ia ikut merasakan apa yang dirasakan istrinya sekarang. Kehilangan benar-benar menjadi pukulan telak bagi dirinya.Operasi baru selesai dilakukan. Pengeluaran janin yang masih berbentuk segumpal darah itu benar-benar menguras emosi Zaki saat melihatnya. Calon anaknya yang belum berbentuk harus berpulang tanpa dapat ia lihat.Suara pintu terbuka membuat Zaki perhatian dari wajah sang istri.“Bunda?” Zaki sedikit terkejut dengan kedatangan bundanya yang begitu cepat. Ia bangkit untuk menyalami wanita kesayangannya itu.Belum sampai ia menyentuh sang bunda, tangan yang mulai keriput itu sudah lebih dulu mendarat di pipinya.“Dasar pria bodoh! Bagaimana Anda bisa melakukan ini pada istrimu!” wanita tak sabar mengeluarkan amarahnya, ia bahkan berteriak keras saat masih dikamar rawat menantu yang masih bermasalah tak sadarkan diri.Zaki hanya bisa terdiam menerima tamparan sang bunda. Belum pernah ditampar seperti ini, pertama k

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Sang pemilik Hati   Bab 49

    Bella masuk apartemen dengan santai. Berusaha biasa-biasa saja, meskipun dalam hati batin. Wanita itu langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, tak butuh waktu lama, suara tangisan langsung terdengar dari bibir pucat itu.Divonis memiliki penyakit serius membuat Bella benar-benar putus asa. Semua impiannya belum terwujud, tapi hidupnya hampir berakhir. Apa ia akan ikhlas meninggalkan dunia ini? Ikhlas tak ikhlas ia tetap saja harus menerima kenyataan.Ia membocorkan kembali kertas yang diberikan dokter tadi siang, kembali ia merasa sedih saat mengingat hidupnya yang akan berakhir. Bella melipat kertas itu, ia harus menyembunyikannya agar tidak dilihat oleh suaminya. Jika Ferdi menemukan ia tidak tahu akan menjelaskan apa, dan dia juga tidak yakin Ferdi mau bertahan hidup dengan wanita penyakitan sepertinya ini.*****Zaki masuk ke dalam kamar rawat istrinya, pria itu hampir saja berteriak melihat Intan sudah membukakan mata. Zaki berlari menghampiri Intan yang terlihat melamun

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Sang pemilik Hati   Bab 50

    Awan-awan gelap menutupi seluruh angkasa, menyelimuti malam ini membuat semakin gelap gulita. Suara Guntur berbunyi samar yang diiringi suara petir yang saling bersahutan. Membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan merasa ketakutan.Angin malam yang bercampur dengan air hujan membuat udara semakin dingin. Melalui celah-celah jendela masuk untuk membekukan wanita yang masih duduk terdiam di dalam kegelapan itu. Tak peduli sedingin apa angin malam, nyatanya hati lebih membeku dari ini.Sesekali suara helaan nafas terdengar, seiring dengan suara Isak kecil yang keluar dari bibir pucat wanita itu. Rasa sakit dan rasa sesal dihatinya membuat ia terpuruk begitu dalam. Ia benci bersikap begitu lemah, tapi kegagalan kali ini benar-benar membuat ia menjadi yang terlemah sepanjang hidupnya.Terdengar suara derap langkah yang mulai mendekati kamarnya, Intan memilih tak peduli atau pun berpindah dari lantai dingin yang ia duduki. Baginya ini pantas menghukum dirinya sendiri yang gagal menja

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30
  • Sang pemilik Hati   Bab 51

    Zaki menemukan keberadaan Najwa yang lari ke Singapura. Gadis itu telah dihubungi dan juga kedua orang tuanya juga diberi tahukan kelakuan buruk Najwa. Bibi Lia yang mendengar kelakuan buruk anak gadisnya itu hanya diam saja. Ia terlihat tak tertarik untuk meminta maaf ataupun memarahi sang putri. Bunda Tika bahkan mencoba mendesak adik sepupunya itu untuk segera menyuruh Najwa pulang dengan paksa.“Lia, apa kamu tidak bisa memaksa Najwa pulang? Bagaimanapun dia harus ada disini untuk mempertanggung jawab pada keluarga besan ku,” Ibu Zaki berucap dengan kecewa. “Aku tidak bisa, kak. Kamu kan tahu bagaimana keras kepalanya gadis itu.” Bibi Lia berkilah, “lagi pula ini bukan kesalahannya,”“Apa maksudmu Lia! Apa kamu masih berusaha untuk membela anak yang tidak tahu terima kasih itu!” Herman ikut angkat bicara. “Atau ini semua memang sudah kalian rencanakan?!”“Jangan menuduhku, mas Hendra. Bukankah semua ini kalianlah yang seharusnya bertanggung jawab? Kalian menolak begitu saja lama

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-30

Bab terbaru

  • Sang pemilik Hati   Kisah akhir kita

    “Akhirnya, hubungan mereka menjadi sangat baik,” gumam Naila. Naila turut merasa senang melihat kebahagiaan kakak dan kakak iparnya. Meskipun pada akhirnya ia sendiri mendapatkan luka ini, tapi ia tetap saja merasa bahagia. Dengan mereka yang berhasil menyingkirkan Najwa, akhirnya keluarga baru kakaknya bisa kembali damai dan menjalani hidup dengan normal kembali.“Kamu kenapa senyum-senyum?” Tanya Bima yang muncul dari belakang Naila.“Lagi bahagia lihat mereka ... Serasi bangat kan?”Bima menganggukkan kepalanya. Ia juga merasa bahagia melihat adik perempuan satu-satunya itu bahagia. Tapi ia hanya sedikit merasa heran, tidakkah gadis ini merasa sedikit marah pada Intan?“Apa sekarang kamu membenci adikku?”Naila menarik perhatiannya dari dua sejoli itu, kembali ia menatap heran Bima.“Maksud mas Bima bagaimana?”Bima mengangkat bahunya, “barang kali aja ... Kan adikku sudah membuat mu sakit seperti sekarang ini. Jika kamu marah pun itu hal yang wajar,” Naila tersenyum mendengar pe

  • Sang pemilik Hati   masih ingin berpisah?

    Hah?Intan mengernyit tak mengerti. “Penjara? Kenapa sepenjara?” Intan semakin kesal. Suaminya pasti mencoba mengalihkan pembicaraan. “Karena sekarang mas sudah memenjarakan Najwa. Demi kamu Dan demi keluarga kita. Dia tidak akan mengganggu kita lagi.” ucap Zaki meyakinkan.Intan terkejut tak percaya. Tidak mungkin, tidak mungkin seorang Zaki akan memenjarakan sepupu kesayangannya itu kan? Intan menolak untuk percaya dengan itu.“Kamu pasti berbohong. Gak mungkin kamu tega, mas.” Intan menggeleng tak percaya.“Kalau kamu gak percaya, ayo kita ke kantor polisi sekarang.” Zaki sungguh-sungguh mengatakannya, “sudah seperti ini, tapi kamu masih tidak mempercayai suamimu?” Antara percaya dan tak percaya. Sekarang intan jadi takut, apa benar gadis itu dipenjara karenanya? Jika ia sekarang musuhnya akan bertambah banyak. Intan tak senang, meskipun gadis itu sudah banyak melakukan hal buruk padanya, tapi entah kenapa ia merasa kasian. “Aku ... Aku,” tak tahu lagi. Sekarang intan merasa bin

  • Sang pemilik Hati   Naila lumpuh

    “Bunda ... Bagaimana keadaan Naila?” Intan baru saja kembali lagi ke rumah sakit setelah ia sempat pulang untuk beristirahat sebentar. Itu mertuanya yang suruh, jika tidak mungkin dirinya tak akan beranjak sedikit pun dari buangan Naila.Tika menarik nafas panjang, dengan suara bergetar ia berkata “Naila sudah sadar, nak. Tapi ...,”“Tapi kenapa?” “Kata dokter ... Untuk sementara waktu mungkin Naila gak bisa jalan, Tan.” Tangis yang ia coba tahan akhirnya pecah juga. Melihat anaknya terbaring lemah tak berdaya hati ibu mana yang tidak terluka. Dirinya tidak ingin ini semua terjadi, tapi ia juga tak bisa menyalahkan siapapun atas takdir ini.Intan segera berlari memeluk tubuh yang terguncang hebat itu. Ia tak tega melihat ibu mertuanya menangis seperti ini. Seharusnya dirinya yang ditabrak dan terluka, mungkin tidak akan membuat orang-orang akan merasa sedih seperti sekarang ini.“Bun, maaf. Jangan menangis lagi. Ini semua salah Intan, semua gak akan jadi begini jika saj...,” Tika la

  • Sang pemilik Hati   Pembalasan untuk Najwa

    Lima belas menit berlalu, Zaki menunggu seseorang dengan tak sabaran. Tak lama Najwa muncul dari balik pintu depan tangan terikat dan dijaga oleh dua orang bodyguard berbadan kekar. Bukanya merasa bersalah, Najwa malah tersenyum senang melihat Zaki yang ada didepannya.Zaki memerintahkan anak buahnya untuk segera melepaskan ikatan tangan gadis itu agar bisa berbicara leluasa.“Masih berani tersenyum?” Zaki mengaku takjub dengan keberanian gadis ini. Entah berani atau sudah gila, Zaki sendiri tak tau apa yang dialami sepupunya ini.“Tentu saja. Sepertinya aku berhasil membuat mu tertarik untuk menemui ku,” ucap Najwa penuh percaya diri.Zaki tak percaya apa yang didengarnya. Kenapa gadis masih begitu tenang? Tapi ia yakin dibalik keterangan yang dia sembunyikan ada rasa cemas yang menghantui.“Baiklah. Setelah ini dipastikan kamu tidak akan berani untuk tertawa, bahkan bibir mu tak aku biarkan sedikit pun tersenyum! Bagaimana?!”Kali ini Najwa langsung kehilangan senyumnya. Ia menatap

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan 2

    Suara tabrakan membuat semua orang yang melihatnya terkejut. Intan menyentuh lutut dan kepalanya yang terasa sakit karena terbentur di jalan aspal. Saat ia mencoba bangkit dan menoleh ke belakang, ia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajah wanita itu berubah menjadi pucat pasi melihat Naila terbaring di tengah aspal sana dengan berlumuran darah.“Naila!” Ia berteriak keras. Intan segera berdiri dan berlari ke tubuh Naila yang sudah mengeluarkan darah cukup banyak. “Ya Tuhan ... Kenapa jadi begini,” Intan menangis sambil memangku tubuh Naila. Melihat orang-orang yang hanya sibuk menonton dan tak ada niat untuk membantu, Intan berteriak keras meminta pertolongan.“Pak, tolong adik saya. Tolong bawa ke rumah sakit.” Intan memohon pada orang-orang yang melihat kecelakaan itu. Mereka segera menghubungi ambulance, dan setelah itu ia tak ingat apapun karena ia hanya sibuk memperhatikan adik iparnya itu.Setelah ambulance datang tubuh Naila segera di angkat masuk, Intan ikut menema

  • Sang pemilik Hati   Kecelakaan

    Intan mengungkapkan kepergian suaminya ke kantor ini disertai sedikit pengalaman. Sekali lagi pria itu tak ingin mengantarnya untuk memeriksa di rumah sakit, meskipun begitu berharap untuk ditemani suaminya. Sudah dua minggu berlalu, tapi Zaki masih bersiap-siap dingin pada Intan. Seperti pria itu sangat marah sekarang. Dan lagi, Intan tahu jika suaminya telah mendengar setiap kutipannya pada Ferdi kemarin itu. Pantas saja suaminya sangat marah. “Kak,” Intan terkejut melihat sang adik ipar yang sudah masuk ke dalam kamarnya, dengan cepat menguapkan sisa air matanya. “iya… Kenapa Nai?” “Kakak habis nangis ya?” “Gak kok… Oh ya, kenapa cari kakak?”Naila terlihat bingung untuk mengatakannya, “itu ... Kakak Intan mau ke rumah sakit ya? Hari ini jadwal kakak periksakan?” “Iya”, Intan masih membukanya dengan Zaki, jadi ia tak pernah mendengar inspirasi dari Naila. “Aku aja ya kak, nemenin ke rumah sakit?” Intan tersenyum, lalu mengangguk lemah. “Gak usah Nai, kakak bisa sendiri kok.

  • Sang pemilik Hati   Cemburu

    Mereka terdiam sepanjang perjalanan menuju rumah. Tak ada seorang pun yang mau terlebih dahulu untuk memulai pembicaraan, apalagi Intan. Melihat wajah marah suaminya saja ia sudah merinding. Ya, seseram itu wajah suaminya sekarang di mata Intan.Saat sampai di depan rumah, Zaki keluar dengan membanting pintu dengan keras. Intan yang masih berada di dalam mobil tak bisa lagi menahan air matanya mengalir. Apa salahnya kali ini?Selalu saja seperti ini. Marah tanpa sebab, lalu ada akhirnya hanya meminta maaf. Tapi bodohnya dia selalu saja melunak jika suaminya telah meminta maaf dengan lembut.Dan setelah merasa ia bisa menyadari dirinya, intan segera menyusul sang suami. Ia tidak ingin terlihat menyediakan di depan mertuanya, jika tidak mungkin mereka sampai tahu kecil seperti ini. Melihat rumah yang masih sepi, napas lega, segera menuju kamar dirinya dan Zaki berada. Intan membuka pintu kamar belahan, saat ia masuk saat mereka bertemu. Intan mengontrol degup jantungnya yang menggila,

  • Sang pemilik Hati   Bab 65

    “Kak Ferdi?” Intan sedikit tercengang, “aku habis Check up. Kak Ferdi kenapa ada disini?” ucap Intan basa-basi. Sejujurnya ia agak segan jika dalam situasi canggung begini.Ferdi menghampirinya, lalu tanpa permisi ia langsung duduk di bangku sebelah Intan. Sedikit agak jauh, karena memang bangku-bangku kayu itu cukup panjang.“Lagi nunggu Bella.” Jawab Ferdi. “kamu kenapa sampai begitu sering Check up? Apa sakitnya serius?”“Gak kok, Cuma periksa biasa aja.” Intan berbohong, ia tak ingin orang lain tahu kekurangannya. “Oh, ya. Bella bagaimana? Apa dia lebih baik?”Terlihat Ferdi sedikit menarik bibirnya ke atas, sepertinya pria itu sedang bahagia jikala mendengar nama Wanitanya itu. Terlihat seperti pria yang baru merasakan cinta. Apa mereka sudah bisa saling menerima?“Sudah lebih baik,”“Baguslah,” Intan memandang wajah Ferdi yang terlihat masih saja tampan di matanya. Dia tidak bohong, mantannya ini memang bisa dibilang sangat tampan, tapi sayang dia bukan miliknya. “Kenapa?” Ferd

  • Sang pemilik Hati   Bab 64

    Satu Minggu setelah kedatangan Najwa. Gadis itu tak lagi datang menemui Intan. Mungkin dia sudah tau jika sekarang intan tak lagi bisa ia gapai. Intan cukup senang, semakin gadis itu tak ada berkeliaran di sekitarnya akan lebih baik hidupnya. Meskipun intan sedikit kecewa melihat Zaki bersikap begitu cuek setelah tahu Najwa pulang. Apa tidak ada inisiatif pria itu untuk memberi gadis itu sedikit pelajaran, atau setidaknya memaksa meminta maaf pada dirinya ini.“Mas, besok aku mau ke Rumah sakit. Kamu temani ya?” Zaki menoleh saat Intan mengajaknya mengobrol.“Sendiri aja, ya. Mas besok ada meeting penting,” “Gak bisa ditunda gitu? Kan aku sudah dua Minggu gak cek kesehatan ku. Temani ya?” Zaki mengeluh pelan, “benar gak bisa, dek. Atau kita undur aja, lusa saja periksa, bagaimana?”Intan cemberut, ia pikir tadi suaminya tak akan menolak. Tapi sekarang ia kecewa, padahal Minggu kemarin ia juga tak pergi karena Zaki tak bisa menemaninya.“Baiklah, aku akan pergi sendiri.” Intan ingi

DMCA.com Protection Status