Zaki mengungkapkan sendu wajah pucat yang terbaring lemah itu, ia ikut merasakan apa yang dirasakan istrinya sekarang. Kehilangan benar-benar menjadi pukulan telak bagi dirinya.Operasi baru selesai dilakukan. Pengeluaran janin yang masih berbentuk segumpal darah itu benar-benar menguras emosi Zaki saat melihatnya. Calon anaknya yang belum berbentuk harus berpulang tanpa dapat ia lihat.Suara pintu terbuka membuat Zaki perhatian dari wajah sang istri.“Bunda?” Zaki sedikit terkejut dengan kedatangan bundanya yang begitu cepat. Ia bangkit untuk menyalami wanita kesayangannya itu.Belum sampai ia menyentuh sang bunda, tangan yang mulai keriput itu sudah lebih dulu mendarat di pipinya.“Dasar pria bodoh! Bagaimana Anda bisa melakukan ini pada istrimu!” wanita tak sabar mengeluarkan amarahnya, ia bahkan berteriak keras saat masih dikamar rawat menantu yang masih bermasalah tak sadarkan diri.Zaki hanya bisa terdiam menerima tamparan sang bunda. Belum pernah ditampar seperti ini, pertama k
Bella masuk apartemen dengan santai. Berusaha biasa-biasa saja, meskipun dalam hati batin. Wanita itu langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, tak butuh waktu lama, suara tangisan langsung terdengar dari bibir pucat itu.Divonis memiliki penyakit serius membuat Bella benar-benar putus asa. Semua impiannya belum terwujud, tapi hidupnya hampir berakhir. Apa ia akan ikhlas meninggalkan dunia ini? Ikhlas tak ikhlas ia tetap saja harus menerima kenyataan.Ia membocorkan kembali kertas yang diberikan dokter tadi siang, kembali ia merasa sedih saat mengingat hidupnya yang akan berakhir. Bella melipat kertas itu, ia harus menyembunyikannya agar tidak dilihat oleh suaminya. Jika Ferdi menemukan ia tidak tahu akan menjelaskan apa, dan dia juga tidak yakin Ferdi mau bertahan hidup dengan wanita penyakitan sepertinya ini.*****Zaki masuk ke dalam kamar rawat istrinya, pria itu hampir saja berteriak melihat Intan sudah membukakan mata. Zaki berlari menghampiri Intan yang terlihat melamun
Awan-awan gelap menutupi seluruh angkasa, menyelimuti malam ini membuat semakin gelap gulita. Suara Guntur berbunyi samar yang diiringi suara petir yang saling bersahutan. Membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan merasa ketakutan.Angin malam yang bercampur dengan air hujan membuat udara semakin dingin. Melalui celah-celah jendela masuk untuk membekukan wanita yang masih duduk terdiam di dalam kegelapan itu. Tak peduli sedingin apa angin malam, nyatanya hati lebih membeku dari ini.Sesekali suara helaan nafas terdengar, seiring dengan suara Isak kecil yang keluar dari bibir pucat wanita itu. Rasa sakit dan rasa sesal dihatinya membuat ia terpuruk begitu dalam. Ia benci bersikap begitu lemah, tapi kegagalan kali ini benar-benar membuat ia menjadi yang terlemah sepanjang hidupnya.Terdengar suara derap langkah yang mulai mendekati kamarnya, Intan memilih tak peduli atau pun berpindah dari lantai dingin yang ia duduki. Baginya ini pantas menghukum dirinya sendiri yang gagal menja
Zaki menemukan keberadaan Najwa yang lari ke Singapura. Gadis itu telah dihubungi dan juga kedua orang tuanya juga diberi tahukan kelakuan buruk Najwa. Bibi Lia yang mendengar kelakuan buruk anak gadisnya itu hanya diam saja. Ia terlihat tak tertarik untuk meminta maaf ataupun memarahi sang putri. Bunda Tika bahkan mencoba mendesak adik sepupunya itu untuk segera menyuruh Najwa pulang dengan paksa.“Lia, apa kamu tidak bisa memaksa Najwa pulang? Bagaimanapun dia harus ada disini untuk mempertanggung jawab pada keluarga besan ku,” Ibu Zaki berucap dengan kecewa. “Aku tidak bisa, kak. Kamu kan tahu bagaimana keras kepalanya gadis itu.” Bibi Lia berkilah, “lagi pula ini bukan kesalahannya,”“Apa maksudmu Lia! Apa kamu masih berusaha untuk membela anak yang tidak tahu terima kasih itu!” Herman ikut angkat bicara. “Atau ini semua memang sudah kalian rencanakan?!”“Jangan menuduhku, mas Hendra. Bukankah semua ini kalianlah yang seharusnya bertanggung jawab? Kalian menolak begitu saja lama
Perpisahan adalah suatu hal yang tidak pernah Zaki pikirkan selam ini. Bagaimana pun Intan meminta, ia tidak akan pernah mengabulkannya. Ia tahu sekarang Istrinya itu sedang dilanda amarah, tapi ia yakin hari esoknya lagi mereka akan menjadi pasangan yang baik lagi.“Seharusnya kamu tidak mengatakan itu, dek. Bagaimana pun kita sama-sama merasakan kehilangan, aku juga sedih gak hanya kamu saja.” “Tapi ... Kamu mencintai orang lain, mas. Aku rela, aku akan melepaskan mu dengan orang yang bisa membuat mu bahagia,” “Siapa yang bilang aku mencintai orang lain! Aku hanya mencintai mu, istriku! Kenapa kamu selalu mengulangi perkataan yang tidak benar itu?!” Zaki sangat marah, ia benci dengan tuduhan yang tidak benar itu.Intan tidak ingin mendengarkan pengakuan ini semua, hatinya masih sakit. Rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh tak kan mungkin bisa hilang begitu saja. Ia mencoba mencari kejujuran dari mata hitam itu, tapi disana ia tidak menemukan sedikit pun kebohongan. Sekarang i
Embusan nafas lembut terasa di wajah Zaki, membuat ia berlahan membuka matanya. Dia langsung tahu malam ini ia kembali tidur dengan nyenyak, setelah beberapa hari ini dirinya tak bisa tidur dengan baik.Ketika ia berhasil membuka mata, wajah istrinya lah yang pertama kali ia lihat, membuat ia serasa bagikan mimpi. Ia ingat, tadi malam ia memutuskan untuk tidur di rumah mertuanya karena tak ingin berpisah dengan sang istri, tidak ia sangka paginya akan sebaik ini karena bisa kembali memeluk tubuh yang sangat ia rindukan ini.Ya Tuhan...Bertapa rindu dirinya saat-saat seperti ini. Hanya ini yang ia minta sepanjang perpisahan mereka. Hanya ini, kembali bersama istrinya.“Mas, kamu sudah bangun?” Intan menggeliat membuat pelukan mereka sedikit merenggang. Zaki kembali menarik tubuh wanita itu agar kembali merapat padanya.“Nanti saja bangunannya. Aku Cuma mau begini sebentar, sayang. Jangan ganggu ya.” Zaki berucap sembari menatap wajah cantik Istrinya tak jemu.Intan terkekeh geli, “bai
Bella tertunduk sedih. Ia sudah begitu banyak berjuang tapi tetap saja tak bisa menandingi wanita beruntung ini.“Terima kasih. Kamu juga pasangan yang serasi bersama Kak Ferdi,” Intan membalas ucapan Bella. Ia menatap Ferdi yang terlihat canggung karena ia sempat terpergok sedang menatapnya. Intan berbalik menatap Zaki. Ingin sekali ia memarahi suaminya itu yang sudah mendorongnya masuk kedalam situasi seperti ini. Tapi ia juga tak bisa melakukannya.Sedangkan Ferdi mulai merasa aneh dengan interaksi Bella dan juga Ferdi. Sepertinya mereka saling mengenal, tapi pernah bertemu dimana? “Kalian saling mengenal? Maksudku, Bella kamu kenal dengan suaminya Intan?”Bella hampir saja menyembur air yang sedang diminumnya. Ia melupakan masalah itu, jika pria ini sampai memberi tahu pertemuan mereka dimana apa yang akan terjadi?“Kami pernah sekali bertemu di rumah sakit, bukan begitu nona Bella?”Dor!Bagaikan diterpa badai, Bella merasa akan ada bencana. Ia mendapatkan tatapan tajam Suaminy
Pada titik dimana kamu akan berhenti berharap pada masa lalu, dan memfokuskan pada masa depan. Tapi kenyataan malah kembali menamparmu dengan kebenaran. Rasanya memang sakit, tapi bukankah ia harus tetap bertahan demi sebuah kesetiaan?“Bagaimana dok? Apa kondisi istri saya akan membaik?” Ferdi bertanya pada sang dokter dengan kawatir.Bella baru saja diperiksa secara menyeluruh. Dan dari raut wajah sang dokter, Ferdi tahu ini tidak sesederhana yang mereka pikirkan. Apakah kali ini ia akan kembali kehilangan?Kenapa setiap ia sudah mulai mencintai milikinya, dan kembali harus dipisahkan karena sebuah takdir.“Ini sangat buruk. Terakhir kali dia melakukan pemeriksaan, kesehatannya masih cukup baik. Tapi sekarang kanker yang dideritanya semakin ganas.”Ferdi mulai gelisah. Rasanya ia tak siap mendengarkan kebenaran ini sekarang.“Apa masih bisa di obati, dok?”“Nona Bella sejak lama sudah kami anjurkan untuk melakukan operasi, tapi dia selalu menolak. Dana sekarang keadaannya semakin m