Aku memperhatikan kedua penjaga itu dari sudut mataku. “Hmm, bagaimana kalau aku menyuruh seorang pelayan untuk menyampaikan pesanku?”“Maaf nona, tapi Kau tidak boleh meninggalkan ruangan ini.”“Apa?”Aku melihat mereka berusaha keras untuk tetap bersikap ramah kepada aku dengan menahan senyum palsu mereka saat mata mereka berkedut kesal. Aku dapat menangkap semuanya dalam waktu singkat karena pengalaman aku sebagai orang yang sadar akan penampilan orang lain.“Dari perintah yang aku terima, Kau tidak diperbolehkan meninggalkan tempat ini selama menunggu kehadiran Yang Mulia. Aku harap Kau mengerti itu.”“Bahkan jika itu hanya untuk berjalan-jalan di taman yang aku lewati ketika aku datang ke sini?” Aku bertanya lagi.“Itu benar, Putri.”“Haa, tapi kenapa? Aku sudah menunggu lama di sini, dan aku bosan. Lagipula, Sir Thebet mengatakan sendiri bahwa aku bisa menikmati pemandangan yang disajikan di tempat ini. Aku ingin keluar!” Aku berkata dengan tegas. Dengan menginjak-injak lantai,
Ia tidak hanya berjalan ke arahku dengan langkahnya yang sombong. Tapi bagaimana dia memulai percakapan tanpa meminta maaf padaku terlebih dahulu, membuatku jengkel.“Mari kita bicara bisnis sekarang.” Katanya.'Cih, omong kosong bisnis apa yang kau bicarakan?! Di mana raja? Kenapa kau malah di sini dan berbicara omong kosong sekarang? Aku melontarkan pertanyaan aku kepadanya hanya dalam hati.Aku menatapnya dengan dingin. Aku mengeluarkan semua aura kemarahan aku dalam bentuk kecanggungan dengan tidak menanggapi perkataannya. Aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan ketika seseorang mengabaikannya. Seperti bagaimana dia mengabaikan ku.Aku harus menunjukkan kepadanya bahwa aku tidak takut untuk mendapatkan hak-hak aku sebagai manusia meskipun aku berstatus sebagai orang biasa. Sekarang aku tidak takut dengan konsekuensinya. Bahkan jika mereka menghukum ku, aku tidak akan tinggal diam dan menggunakan semua sihir aku untuk keluar dari tempat ini.'Lagipula, aku seorang penyihir. Aku m
“Apa? Kaulah yang mengatakan bahwa aku tidak berbudaya. Jadi sekarang, bisakah aku pulang?” Aku bertanya dengan acuh tak acuh. Intonasi aku terdengar konyol, tapi aku menyukainya.Bahkan jika hasilnya tidak seperti yang aku harapkan; Sir Thebet akan memarahi aku sekali lagi karena kelancangan ku. Namun, dia malah menyunggingkan senyum tipis.“Ya, kau bisa. Setelah Kau mendengar perintah dari Yang Mulia Raja.”“Apa itu?” Aku mengertakkan gigi. Tanpa sadar, kata 'perintah' telah melemahkan tekadku untuk bertindak gila.“Nona Sasha dari Kerajaan Drachentia, atas kebaikan Yang Mulia Raja yang telah memberikanmu sebuah rumah, jadi beliau memerintahkan agar mulai sekarang dan seterusnya, kau harus memutuskan hubunganmu dengan Tuan Dylan.”“... Apa-apaan ini?”Butuh beberapa detik bagiku untuk benar-benar mencerna arti kata-kata Sir Thebet barusan. Meskipun aku telah berusaha untuk tidak menunjukkan dinamika emosi dalam ekspresiku, tapi tidak demikian halnya sekarang. Ekspresi datar aku mele
Tok. Tok. Tok. Tok.Tiba-tiba pintu besar itu terbuka dengan suara terburu-buru. Sir Thebet dan aku melihat ke arah pintu pada saat yang sama. Seorang penjaga setengah berlari ke arah Sir Thebet. Ekspresinya terlihat begitu tegang. Bahunya kaku seperti sedang memikul beban berat.“Tuan Thebet, ada sesuatu...” penjaga itu melirik ke arah ku, lalu dia membisikkan sesuatu di telinga Tuan Thebet. Aku rasa informasi yang dibawanya cukup panjang.“Apa?!” Sir Thebet tersentak. Matanya menyipit, tapi sudut matanya masih sadar akan kehadiran ku. Karena itulah dia tiba-tiba berdehem, lalu menyuruh penjaga itu pergi.Hmm, pasti ada sesuatu yang terjadi di dekat Yang Mulia sehingga dia segera diberitahu. Apa itu? Apakah itu akan membuat aku tetap di ruangan ini lebih lama, atau akan mengizinkan aku pulang? Mana yang akan menjadi keputusan akhir?Ini menjengkelkan karena percakapan kami sepertinya akan berakhir meskipun kami belum mencapai keputusan. Oh well, sejak awal aku tidak memiliki suara d
Kembali ke saat jamuan minum teh kecil-kecilan di area taman Istana. Masih bersama Maftah, Marya, dan Dylan di meja yang sama.“Thebet, apakah orang itu sudah datang?” Maftah bertanya pada Thebet, tapi sorot matanya tak berpaling dari Dylan.“Belum, Yang Mulia.” Thebet menjawab.“Kau dengar itu, kawan? Aku tidak bisa menemui orang yang belum datang, bukan?” Maftah menunjukkan wajahnya yang selalu tersenyum.“Nanti kalau dia sudah sampai, aku akan kabari kau juga, Bung.” Maftah menambahkan ketika Dylan tidak menjawab.Dylan melihat kedua pria di depannya saling berbagi senyum ramah. Kemudian mereka kembali melakukan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Tarek kembali ke posisinya di samping Tarek, sementara Maftah kembali menikmati sore itu. Bercengkerama dengan Marya pun seakan menyegarkan kejenuhannya.Dylan tidak ingin meragukan Maftah. Namun nalurinya berkata lain. Ia tahu betul bahwa Fuschia, bukan, Merri telah mempersiapkan hari ini dengan tekun untuk menampilkan Fuschia yang terba
Itu adalah sebuah bencana yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun, termasuk Dylan.Tapi selain Dylan, tidak ada orang lain yang berlari. Mereka masih bingung dengan kepanikan Dylan yang tiba-tiba. Mereka yang ada di sana, seperti nyonya Marya, pelayan pribadinya, dan juga Ashaf, hanya memandang bingung kepergian Dylan yang membawa Marya keluar dari hutan pinus.Terlepas dari kinerja Dylan yang biasa-biasa saja selama menjadi pengawal sang putri, tidak ada juga yang mempercayainya karena Dylan jarang bergaul. Sehingga mereka menilai Dylan tidak bisa diandalkan. Meskipun begitu, mereka berusaha untuk tetap menerima Dylan karena raja mereka yang mengutus Dylan secara langsung. Jadi mereka tidak langsung bereaksi terhadap peringatan Dylan.“Hei, apa yang kalian lakukan?!” Ashaf berteriak, mulai mengikuti langkah lincah Dylan.“Dan kau, apa yang kau lakukan?! Cepat pergi dari sini!” Dylan menurunkan Marya ke tanah, lalu menarik Ashaf ke sisinya untuk memberikan peringatan keras melalui
Dalam keadaan di mana semua indera seakan terasah, Marya menyadari kemunculan beberapa sosok dengan gerakan aneh dari dalam hutan pinus kesayangannya. Sungguh mengerikan saat sosok-sosok itu kemudian berlari ke arah mereka dengan hiruk-pikuk. Ashaf juga menyadari keberadaan mereka. Ia ingin menyembunyikan kata-katanya, tapi itu bukan prioritasnya.“Tuan Putri, biarkan aku menggendongmu.” Dalam situasi seperti ini, sudah menjadi tugas Ashaf untuk memprioritaskan Marya, jadi dia tidak punya pilihan selain meninggalkan kedua wanita lemah itu, dan menahan diri untuk tidak menyerang.Prioritasnya adalah keselamatan Marya.“Tidak! Pastikan mereka diselamatkan terlebih dahulu!” Perintah Marya sudah bisa ditebak oleh Ashaf karena ia tahu bahwa Marya adalah seorang putri yang peduli terhadap rakyatnya.Namun dengan kondisi mereka saat ini, sepertinya mustahil untuk mencapai area dengan banyak penjaga lain sebelum monster-monster itu menyusul mereka. Bahkan jarak mereka dengan area pertarungan
Pasukan tentara datang tanpa henti. Mereka seperti koloni semut yang sedang berburu gula.“Pisahkan kepala mereka dari tubuh mereka, lalu pastikan kepala mereka hancur!” Teriakan perintah Maftah menggelegar keras.“Dimengerti, Yang Mulia!” Para prajurit dengan cepat menangani monster-monster itu, bahkan yang berada di dekat Dylan dan Ashaf.Dylan baru merasakan hal yang disebut kerja sama. Meskipun mereka tidak saling mengenal, Dylan bisa mempercayakan punggungnya pada pasukan tentara Maftah. Ia bersyukur bahwa ia masih diizinkan untuk merasakan hal seperti ini.Ashaf berjalan mendekati Maftah. Ia berjalan berlawanan arah dengan para tentara yang berlarian menyerang para monster. Meskipun ia menabrak mereka berkali-kali, dan membuat pundaknya sakit, Ashaf tetap berjalan ke arah Maftah.“Yang Mulia, bagaimana dengan Yang Mulia? Apakah dia berhasil keluar dengan selamat?” Ashaf bertanya dengan wajah khawatir. Begitu juga dengan Dylan.“... Tidak, dia... terluka,” jawab Maftah dengan rau
Tuyul tak kunjung ditemukan.Sekeras apapun aku dan Mbayul mencarinya, kami hanya bisa menyimpulkan bahwa Tuyul telah meninggalkan kami. Sulit untuk menerima kenyataan itu, terutama ketika kami tidak mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.Mbayul dan peri pengembara lainnya masih bersama kami. Mereka bekerja untuk aku sebagai CCTV kerajaan. Mereka adalah makhluk yang tepat untuk pekerjaan itu karena hanya sedikit orang yang dapat melihat mereka, meskipun banyak penyihir yang muncul sekarang.Kemudian, ketika Pasha berusia tiga tahun, aku mengetahui kisah terakhir Tuyul.“Ibu, masih ingat Paman Tuyul?”Suatu malam, Pasha menanyakan hal itu.Pasha memiliki kemampuan verbal yang sangat baik di usia dini, dia sudah bisa membentuk kalimat kompleks dengan baik, sehingga memudahkan kami untuk berkomunikasi. Dia juga mengingat beberapa hal tentang masa kecilnya, ketika dia berusia satu tahun.Dia bahkan mengingat rumah di tengah hutan yang pernah kami tinggali di Kerajaan Haddad, dan dia
Belum genap enam bulan Dylan menjabat sebagai raja baru Kerajaan Drachentia dan ia sudah menyandang gelar 'serigala emas Drachentia'. Dalam waktu singkat itu, dia ditakuti oleh kerajaan-kerajaan di sekitar Drachentia. Terutama karena prestasinya dalam membasmi semua monster dan alkemis yang tersisa di Drachentia.Tidak hanya itu, ia juga melumpuhkan perdagangan ilegal yang terjadi di lautan Drachentia. Tanpa ampun. Dan ternyata tindakannya tersebut merembet hingga mengguncang stabilitas ekonomi kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, yang selama ini mengakali Drachentia dalam hal perdagangan di laut.Maka hari ini adalah pertemuan besar dengan diplomasi kerajaan-kerajaan sekutu, yang hadir karena takut Dylan akan memangsa kerajaan mereka. Seperti yang diketahui banyak orang bahwa Drachentia adalah sebuah kerajaan kepulauan, aku rasa mereka takut kerajaan mereka akan menjadi salah satu pulau baru milik Dylan.“Tapi dia tidak sekejam itu. Aku tersenyum bangga pada Dylan yang duduk di samp
Upacara pernikahan aku yang kedua.Seperti yang diminta Dylan, sebelum upacara penobatan raja, kami mengadakan upacara pernikahan.Tentu saja, banyak yang perlu dipersiapkan untuk pernikahan keluarga kerajaan, tetapi karena kami ingin melakukannya sesegera mungkin, persiapannya cukup sederhana. Lagipula, kami ingin segera dinobatkan sebagai suami dan istri. Jadi kami tidak terlalu memikirkan tentang jamuan makan dan sebagainya.Aku mengenakan gaun pengantin putih yang terlihat sangat indah seperti taburan berlian di atasnya. Saat sinar matahari menyinari ku, gaun aku akan berkilauan.Mengapa bisa ada gaun pengantin yang begitu indah yang siap dalam waktu singkat? Jawabannya adalah karena antusiasme Laura dan Pak Andre, yang telah mempersiapkan gaun tersebut jauh-jauh hari, bahkan saat mereka tidak tahu kapan aku bisa memakainya. Begitu juga dengan tuksedo pernikahan Dylan.“Nyonya-oops, Yang Mulia, Kau terlihat sangat cantik. Kau seperti seorang dewi!”“Bukankah dia lebih mirip seora
Hari persidangan Putra Mahkota Hayden akhirnya tiba. Langit berwarna abu-abu kusam, dan orang-orang berbondong-bondong ke Pengadilan Tinggi untuk menyaksikan persidangan bersejarah itu dengan suasana hati yang tidak tenang. Pikiran mereka kacau.Dylan dan aku duduk di kursi saksi. Aku bisa merasakan semua mata tertuju pada kami. Aku mendengar bisikan orang-orang di belakang kami yang merupakan tempat duduk para bangsawan.“Aku di sini. Jangan gugup.” Dylan berbisik. Menarik kegugupan yang tidak kusadari telah menggerogoti kesadaranku.Meskipun aku mendengar bahwa Nyonya Luxor dan Laura sedang berusaha membuat banyak berita yang ditulis di koran yang menguntungkan kami, bukan berarti semua orang akan percaya dengan semua itu. Terutama para bangsawan yang mungkin mengincar kekuasaan kerajaan melalui keluarga kerajaan.Terlebih lagi ketika mereka mendengar bahwa raja mereka berikutnya adalah mantan budak dan korban eksperimen alkemis. Tidak lupa bahwa aku juga akan menjadi ratu mereka.“
Setelah pertempuran hebat itu, aku tidur seperti orang mati selama dua hari. Aku terlalu memaksakan diri, jadi begitulah hasilnya.Sementara itu, Laura dan Nyonya Luxor mengerahkan banyak media berita dalam bentuk surat kabar untuk menuliskan segala sesuatu yang telah terjadi dalam semalam. Mulai dari alasan pemberontakan yang dipimpin oleh Keluarga Luxor dengan bantuan pasukan Keluarga Mountravven hingga kemunculanku yang mengejutkan.Nyonya Luxor dengan cepat mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan berita karena dia memiliki serikat informasi. Jadi dia telah menempatkan beberapa reporter di tempat kejadian untuk mengabadikan segala sesuatu yang terjadi sejak awal pertempuran.Dan sebagai reporter profesional, para reporter mendapatkan banyak gambar yang 'mencengangkan', yang kemudian disisipkan di berita utama koran mereka.Mulai dari gambar Hayden yang memimpin pasukan monster, lalu gambar aku menggunakan sihir air, dan juga gambar naga di langit yang memberkati aku da
Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Yang kutahu adalah Dylan tiba-tiba memegang pedang Hayden di tangannya, dan dari pedang itu keluarlah sebuah kekuatan super(?) berupa lingkaran raksasa yang mengiris monster-monster itu dengan sekali tebas. Kemudian karena kekuatan itu, energi Dylan seperti tersedot dan membuatnya jatuh lemas ke dalam pelukan ku.Aku sempat panik karena mengira Dylan akan mati, tapi ternyata dia hanya lemas sesaat. Karena setelah itu, kami dan beberapa tentara yang 'sehat' menjelajahi kuil.Tentu saja, pada saat itu aku juga tidak tahu mengapa orang-orang memandang kami dengan takjub saat mereka mengatakan bahwa kami menerima berkat dari naga yang membelai kepala kami dengan kakinya.Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang naga di langit. Tapi aku pikir itu mungkin Lord Drachen.Lagi pula, aku bertemu dengan seseorang yang hampir aku lupakan dalam perjalanan ke kuil.“AKU AKAN MEMBUNUHMU!” Sarah hendak melompat ke arahku dengan sepenuh hati, tapi tubuhnya sudah
“Mau ke mana kau, Tuan Bajingan?”Tanpa ragu, Merri melalap tubuh Raymon dengan api biru yang membara.“AAAAAAHHHHH!” Raymon menggeliat kesakitan sambil berteriak histeris, lalu tubuhnya ditendang oleh monster besar itu.Merri menyeringai sambil menatap Raymon yang menggelepar-gelepar seperti ikan yang sekarat.Merri berpikir, 'Lihatlah, betapa mudahnya menghancurkan bajingan itu. Jika saja aku lebih kuat dari dulu, maka Nona dan hidupku tidak akan sekacau ini.“Merri?! Apa yang kau lakukan di sini?” Fuschia mendekati Merri, terlihat bahagia di atas pohon.“Nona! Aku berhasil! Aku membakar bajingan itu!”“Kerja bagus, nak. Tapi jangan memaksakan diri karena kau masih dalam masa pemulihan, Merri.”“Tentu saja! Hahahaha, ini menyenangkan. Bagaimana denganmu, nyonya? Uh? Kepalamu berdarah!” Merri hampir saja melompat dari posisinya untuk mendekati Fuschia yang sedang terbang.Hal itu membuat Fuschia kebingungan. Tapi kemudian Fuschia menenangkan Merri. “Tenanglah. Aku sudah meminum ramua
Fuschia menatap pria di depan Nyonya Luxor dengan waspada. “Komandan Hugh?”Ia mengenali pria itu sebagai Komandan Ksatria Drachentia, Hugh Connor dari Keluarga Count Connor.Dylan mengerutkan kening dengan masam lalu berbicara dengan suara pelan, “Seharusnya aku memastikan kau mati di tanganku.”Komandan ksatria Hugh menundukkan kepalanya saat dia menghadapi Fuschia. Dia tidak mengangkat kepalanya saat berbicara.“Aku ... sempat datang ke Aula Crestine. Di sana aku bertemu dengan Nona Laura dan para korban yang selamat. Lalu aku... mengetahui kebenaran darinya. Jadi tolong, izinkan aku untuk menebus dosa kebodohan ku, Yang Mulia.”Fuschia mengenal Hugh Connor sebagai seorang ksatria yang setia kepada kerajaan. Kesetiaannya ditunjukkan dengan pengabdiannya kepada sang pemimpin. Ia dikenal sebagai 'anjing pemburu' mendiang raja yang telah menggigit banyak bangsawan atau pemberontak yang mengancam kekuasaan mendiang raja.Seperti Hayden dan Raymon, dia dilatih oleh mendiang raja dan me
“FUSCHIA!”Itu adalah suara Dylan. Dia muncul dari balik para tentara.“Dylan!” Fuschia segera mengangkat kakinya untuk memperpendek jarak di antara keduanya.Mereka berdua saling berlari dengan tangan terbuka lebar.Di tengah-tengah pertempuran antara monster dan manusia yang sepertinya tidak akan pernah berakhir, Dylan dan Fuschia saling berpelukan erat.Pusaran pikiran dan detak jantung mereka yang tidak menentu terobati oleh aroma yang mereka hirup satu sama lain. Pelukan erat yang mereka bagi saat itu seakan menyampaikan semua kelelahan dalam hati dan pikiran mereka.Kemudian, bersama dengan ciuman singkat yang mereka bagikan satu sama lain, masing-masing dari mereka membunuh monster yang menyerang. Fuschia memisahkan kepala monster yang menyerang Dylan dengan gergaji esnya, sementara Dylan merobek leher monster yang menyerang Fuschia dengan pedangnya.Belum pernah ada momen romantis dan horor yang terjadi dalam satu frame. Begitu banyak tentara yang mengira demikian dan secara t