“Kalau begitu, maukah kau membuat kesepakatan denganku, Tuan Andre?”
Untuk orang sepertiku, yang pernah tinggal di negara kapitalis seperti Indonesia, aku sangat langka. Aku bukan anggota faksi masyarakat yang pro-kompetitif. Aku adalah tipe orang yang lambat, tidak ambisius, dan menghindari persaingan.
Tapi itu harus berubah sekarang! Aku percaya bahwa aku harus mengumpulkan kekayaan sampai batas tertentu. Apalagi aku sedang dalam masa menunggu bayiku. Aku harus mengumpulkan uang sebanyak mungkin apapun yang terjadi.
Namun, dunia ini berbeda. Pertama-tama, tidak mungkin menampilkan daya saing yang adil di dunia yang mendiskriminasi status sosial. Maka aku memerlukan terobosan baru yang mencengangkan orang-orang berduit di dunia ini. Yakni dengan membuat mereka membelanjakan uangnya pada produkku. Yang paling mudah dan bisa kulakukan saat ini adalah bisnis fashion.
Meskipun di kehidupan pertamaku aku bekerja sebagai seorang kasir dengan gaji p
‘Pria ini!... Dia siapa lagi ya?’Aku merekahkan senyum terbaikku demi menyiasati pupil mataku yang gemetar. Dengan senyuman mata membentuk segaris pelangi yang kebanyakan orang memujiku atasnya.“Siang, senang bertemu denganmu juga. Tapi, anda siapa?”Pria itu menampilkan senyum terbaiknya setelah tersentak sesaat, lalu menundukkan kepala.“Salam hangat untuk bulan kecil Kerajaan Drachentia, Yang Mulia Putri Mahkota.”Wajahnya tidak asing, tapi aku tidak bisa meletakkan nama pria ini di ujung lidahku.“Saya adalah Count Lanchaster, Rubert Lanchaster. Senang bisa berjumpa dengan anda di luar istana, Yang Mulia,”“Ah, tentu saja. Kau adalah ayah Laura. Tidak heran jika Laura adalah seorang yang menawan, hohoho~.”Aku butuh berbasa-basi seperti ini bukan?Di masa lalu sebelum kelahiran anakku, aku sering mendengar nama Count Lanchaster disebut-sebut di
Hayden dan Raymon baru saja keluar dari penjara bawah tanah. Mereka masih berkeliaran di sekitar kuil kecil seraya mereka hendak kembali ke kediaman Hayden. Bulan masih mengintip malu dari balik awan mendung. Itu adalah malam melegakan lainnya untuk Hayden yang baru saja mengeluarkan hasrat kejamnya. Raymon melirik ke arahnya. Dia tidak ingin merusak kepuasan Hayden dengan menanyakan hal yang sedari lama mengganjalnya. Tapi mumpung mereka sedang seorang diri, jadi, “Yang Mulia, bukankah anda terlalu toleran kepada budak itu sampai-sampai memintanya untuk menghabiskan malam bersama Putri Mahkota lagi besok? Bukankah tujuan anda telah tercapai karena Putri Mahkota telah hamil?” Senyuman di wajah Hayden turun seketika. “Karena ini menyenangkan. Kau dengar sendiri bahwa Putri Mahkota memintaku datang ke kamarnya. Aku tidak ingin melakukan itu dengannya, jadi siapa lagi yang bisa? Kau tahu, wanita itu mengorok saat tidur! Kau pikir aku bisa ber
‘Aku tidak ingin dia melihat lukaku. Bagaimana jika ia jijik saat melihatku, lalu ia pergi padahal ia baru membuka diri kepadaku begini?’Badannya penuh luka yang dibiarkan menutup dengan sendirinya. Kebanyakan adalah bekas lukanya saat bertarung melawan monster. Meskipun ia tidak bisa menyembuhkan lukanya sendiri dengan air liurnya, tubuhnya lumayan cepat sembuh. Tapi tetap saja, rasa sakit pasti masih tersisa. Apalagi dia mendatangi Fuschia setelah dirinya disiksa oleh Hayden malam itu.‘Aku harus lebih cepat menemukan cara untuk mengeluarkan serangga-serangga sialan di dalam tubuhku ini! Sial!’Selagi dia tenggelam dalam kemarahan batinnya, tangan Fuschia sudah mengangkat baju lusuhnya.“Apa yang kau lakukan?” Dylan menghentikan tangan gesit Fuschia.“Aku ingin memeriksa apakah kau baik-baik saja!”“Aku baik-baik saja-”“Jangan bilang kalau, selain memar kau ba
Fuschia menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka mulutnya. “Lalu, bagaimana jika… aku memintamu untuk melarikan diri bersamaku? Maukah kau ikut denganku?”Dylan mengernyit, dan Fuschia menangkap ekspresi Dylan yang tidak nyaman seperti itu.Fuschia baru menyadari bahwa usulannya barusan diungkapkan secara impulsive. Bagaimana bisa ia mengajak orang asing yang baru dikenalnya untuk pergi bersamanya? Ketika ia bahkan belum mengajak Merri, teman terdekatnya? Tidak heran Dylan tampak kesal.Fuschia menggigit bibir bagian bawahnya. Menyadari betapa konyol permintaannya barusan. ‘Memangnya aku siapa, sampai berpikir dia rela kabur bersamaku?’ gerutu Fuschia.Fuschia hendak membuka mulutnya untuk mengatakan kalau ajakannya barusan hanyalah guyonan, namun Dylan mendahuluinya.“Oke, mari kita lakukan itu, Fuschia.” Jawab Dylan. Tidak terdengar keraguan dari ucapannya.Tatapan tegas dan senyuman lugas ya
“Bolehkah aku… mencintainya?”Fuschia meraih tangan Dylan yang membelai bibirnya. Lalu ia menjawab.“Tergantung pada bagaimana perlakuanmu.”Dylan memeluk erat Fuschia yang semakin tenggelam dalam ranjang empuknya. Berkat bobot Dylan, kasurnya seperti mengempes. Tubuh mereka tidak bisa jika tidak menempel pada satu sama lain dengan momentum tekanan yang seperti ini.“Aku merasa seperti mendapatkan rekan seperjuangan,” Kata Fuschia sambil cekikikan.“Nanti ketika kita sudah bisa kabur dari tempat ini, kau bisa hidup bebas seinginmu.” Mata biru laut Fuschia menatap manis ke arahnya.Dylan mengernyitkan dahinya. Alisnya hampir berbenturan saking dalamnya kerutan itu. Tangannya yang membelai bibir Fuschia terhenti. Dia dengan keras kepala menatap lurus ke depan. Bahkan ketika Fuschia menatapnya, dia hanya bisa melihat profil sampingnya."A-apa? Mengapa tiba-tiba kau begini? Apa
Fuschia mengerjap-erjap. Ia sedang berupaya untuk memunculkan ide dengan alasan yang masuk akal.Tidak heran jika Dylan mempertanyakan hal itu karena pertemuan pertama mereka adalah saat ia menyamar sebagai Hayden di malam pertama. Mungkin ia pikir, mustahil bagi Fuschia untuk menebak tampilan asli Dylan ketika ia berubah menjadi Hayden. Toh mereka memiliki perbedaan fisik yang sangat jelas.Fuschia tidak bisa mengatakan bahwa dia mengetahuinya karena bayinya juga berambut pirang, ketika bayinya saja belum lahir! Apalagi mengatakan kalau ia kembali dari masa depan. Bisa saja Dylan menyangkanya gila.Dia pikir dengan sering menggunakan otaknya, otaknya akan lebih terasah sehingga mampu menciptakan jawaban masuk akal secara cepat, alias ngeles. Tapi, yah, dia tetaplah Fuschia yang bodoh.“Oh. Itu? Bagaimana bisa aku tidak tahu? Haha... ha, kau muncul menyelamatkanku malam itu. Dari situ aku mencium aroma tubuhmu, kan? Kau memiliki aroma yang sama seperti saat kau menyamar sebagai Hayd
Fuschia mengusap dahinya dengan telapak tangan. Tapi itu tidak menghilangkan kerutan yang tercipta di dahi.“Aku telah memperjelas bahwa aku tidak memberi kesempatan kedua.” Ketika Fuschia berbicara, suaranya terdengar setajam ujung pecahan es.Fuschia meminta Tina untuk melayaninya selagi ketiga pelayan kamar lainnya, Merri, Tilda dan Laila berdiri sambil menundukkan kepala di sisi sofa.“Tina, beritahuku apa yang terjadi hari ini?” Fuschia bertanya pada Tina yang kedapatan sering menoleh ke arah koleganya selagi melayaninya.Itu adalah tindakan ceroboh dari seorang pelayan karena tidak mencurahkan perhatian sepenuhnya pada tuan yang dilayani. Kalau ia begitu kepada nona yang lain, hukuman cambuk bukanlah mustahil.Tina tidak pernah pandai menyembunyikan sesuatu, dan mudah untuk mengetahui kapan dia berbohong. Dia mencoba mencari jalan keluar dari situasi ini, tetapi jelas bahwa Fuschia akan mencari tahu apa pun yang terjadi.Para pelayan selalu berusaha untuk setia satu sama lain.
Di perjalanan menuju Istana, Sophie menghentikan kereta kudanya ketika melihat seorang yang tidak asing sedang menangis di pinggir jalan. Sophie menyuruh pelayannya untuk membawa wanita itu masuk ke dalam kereta kudanya.Sophie bukan tipe yang peduli, terutama pada wanita kusut dan menyedihkan seperti itu, kecuali, dia menyiman maksud lain dari ketertarikannya.“Bukannya kau adalah pelayan kamar Putri Mahkota? Mengapa kau berkeliaran di sini pada jam segini?” Sophie mengerutkan kening pada wanita yang baru saja dibawa masuk."Siapa namamu?"“Nama saya Laila, nona,” Laila tidak mengerti kenapa seorang nona yang angkuh seperti Sophie membawa dirinya masuk ke dalam kereta kudanya. Apalagi ia adalah nona dayang Fuschia. Kalau ia salah bicara, bisa-bisa hidupnya semakin runyam.Laila menelan ludahnya dengan berat di tenggorakan yang kering.“Kau diberhentikan, bukan?” Ada ekspresi mengejek di wajah Sophie. Tidak sulit untuk menebak situasi menyedihkan Laila dari barang bawaan yang diangku
Tuyul tak kunjung ditemukan.Sekeras apapun aku dan Mbayul mencarinya, kami hanya bisa menyimpulkan bahwa Tuyul telah meninggalkan kami. Sulit untuk menerima kenyataan itu, terutama ketika kami tidak mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.Mbayul dan peri pengembara lainnya masih bersama kami. Mereka bekerja untuk aku sebagai CCTV kerajaan. Mereka adalah makhluk yang tepat untuk pekerjaan itu karena hanya sedikit orang yang dapat melihat mereka, meskipun banyak penyihir yang muncul sekarang.Kemudian, ketika Pasha berusia tiga tahun, aku mengetahui kisah terakhir Tuyul.“Ibu, masih ingat Paman Tuyul?”Suatu malam, Pasha menanyakan hal itu.Pasha memiliki kemampuan verbal yang sangat baik di usia dini, dia sudah bisa membentuk kalimat kompleks dengan baik, sehingga memudahkan kami untuk berkomunikasi. Dia juga mengingat beberapa hal tentang masa kecilnya, ketika dia berusia satu tahun.Dia bahkan mengingat rumah di tengah hutan yang pernah kami tinggali di Kerajaan Haddad, dan dia
Belum genap enam bulan Dylan menjabat sebagai raja baru Kerajaan Drachentia dan ia sudah menyandang gelar 'serigala emas Drachentia'. Dalam waktu singkat itu, dia ditakuti oleh kerajaan-kerajaan di sekitar Drachentia. Terutama karena prestasinya dalam membasmi semua monster dan alkemis yang tersisa di Drachentia.Tidak hanya itu, ia juga melumpuhkan perdagangan ilegal yang terjadi di lautan Drachentia. Tanpa ampun. Dan ternyata tindakannya tersebut merembet hingga mengguncang stabilitas ekonomi kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, yang selama ini mengakali Drachentia dalam hal perdagangan di laut.Maka hari ini adalah pertemuan besar dengan diplomasi kerajaan-kerajaan sekutu, yang hadir karena takut Dylan akan memangsa kerajaan mereka. Seperti yang diketahui banyak orang bahwa Drachentia adalah sebuah kerajaan kepulauan, aku rasa mereka takut kerajaan mereka akan menjadi salah satu pulau baru milik Dylan.“Tapi dia tidak sekejam itu. Aku tersenyum bangga pada Dylan yang duduk di samp
Upacara pernikahan aku yang kedua.Seperti yang diminta Dylan, sebelum upacara penobatan raja, kami mengadakan upacara pernikahan.Tentu saja, banyak yang perlu dipersiapkan untuk pernikahan keluarga kerajaan, tetapi karena kami ingin melakukannya sesegera mungkin, persiapannya cukup sederhana. Lagipula, kami ingin segera dinobatkan sebagai suami dan istri. Jadi kami tidak terlalu memikirkan tentang jamuan makan dan sebagainya.Aku mengenakan gaun pengantin putih yang terlihat sangat indah seperti taburan berlian di atasnya. Saat sinar matahari menyinari ku, gaun aku akan berkilauan.Mengapa bisa ada gaun pengantin yang begitu indah yang siap dalam waktu singkat? Jawabannya adalah karena antusiasme Laura dan Pak Andre, yang telah mempersiapkan gaun tersebut jauh-jauh hari, bahkan saat mereka tidak tahu kapan aku bisa memakainya. Begitu juga dengan tuksedo pernikahan Dylan.“Nyonya-oops, Yang Mulia, Kau terlihat sangat cantik. Kau seperti seorang dewi!”“Bukankah dia lebih mirip seora
Hari persidangan Putra Mahkota Hayden akhirnya tiba. Langit berwarna abu-abu kusam, dan orang-orang berbondong-bondong ke Pengadilan Tinggi untuk menyaksikan persidangan bersejarah itu dengan suasana hati yang tidak tenang. Pikiran mereka kacau.Dylan dan aku duduk di kursi saksi. Aku bisa merasakan semua mata tertuju pada kami. Aku mendengar bisikan orang-orang di belakang kami yang merupakan tempat duduk para bangsawan.“Aku di sini. Jangan gugup.” Dylan berbisik. Menarik kegugupan yang tidak kusadari telah menggerogoti kesadaranku.Meskipun aku mendengar bahwa Nyonya Luxor dan Laura sedang berusaha membuat banyak berita yang ditulis di koran yang menguntungkan kami, bukan berarti semua orang akan percaya dengan semua itu. Terutama para bangsawan yang mungkin mengincar kekuasaan kerajaan melalui keluarga kerajaan.Terlebih lagi ketika mereka mendengar bahwa raja mereka berikutnya adalah mantan budak dan korban eksperimen alkemis. Tidak lupa bahwa aku juga akan menjadi ratu mereka.“
Setelah pertempuran hebat itu, aku tidur seperti orang mati selama dua hari. Aku terlalu memaksakan diri, jadi begitulah hasilnya.Sementara itu, Laura dan Nyonya Luxor mengerahkan banyak media berita dalam bentuk surat kabar untuk menuliskan segala sesuatu yang telah terjadi dalam semalam. Mulai dari alasan pemberontakan yang dipimpin oleh Keluarga Luxor dengan bantuan pasukan Keluarga Mountravven hingga kemunculanku yang mengejutkan.Nyonya Luxor dengan cepat mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan berita karena dia memiliki serikat informasi. Jadi dia telah menempatkan beberapa reporter di tempat kejadian untuk mengabadikan segala sesuatu yang terjadi sejak awal pertempuran.Dan sebagai reporter profesional, para reporter mendapatkan banyak gambar yang 'mencengangkan', yang kemudian disisipkan di berita utama koran mereka.Mulai dari gambar Hayden yang memimpin pasukan monster, lalu gambar aku menggunakan sihir air, dan juga gambar naga di langit yang memberkati aku da
Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Yang kutahu adalah Dylan tiba-tiba memegang pedang Hayden di tangannya, dan dari pedang itu keluarlah sebuah kekuatan super(?) berupa lingkaran raksasa yang mengiris monster-monster itu dengan sekali tebas. Kemudian karena kekuatan itu, energi Dylan seperti tersedot dan membuatnya jatuh lemas ke dalam pelukan ku.Aku sempat panik karena mengira Dylan akan mati, tapi ternyata dia hanya lemas sesaat. Karena setelah itu, kami dan beberapa tentara yang 'sehat' menjelajahi kuil.Tentu saja, pada saat itu aku juga tidak tahu mengapa orang-orang memandang kami dengan takjub saat mereka mengatakan bahwa kami menerima berkat dari naga yang membelai kepala kami dengan kakinya.Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang naga di langit. Tapi aku pikir itu mungkin Lord Drachen.Lagi pula, aku bertemu dengan seseorang yang hampir aku lupakan dalam perjalanan ke kuil.“AKU AKAN MEMBUNUHMU!” Sarah hendak melompat ke arahku dengan sepenuh hati, tapi tubuhnya sudah
“Mau ke mana kau, Tuan Bajingan?”Tanpa ragu, Merri melalap tubuh Raymon dengan api biru yang membara.“AAAAAAHHHHH!” Raymon menggeliat kesakitan sambil berteriak histeris, lalu tubuhnya ditendang oleh monster besar itu.Merri menyeringai sambil menatap Raymon yang menggelepar-gelepar seperti ikan yang sekarat.Merri berpikir, 'Lihatlah, betapa mudahnya menghancurkan bajingan itu. Jika saja aku lebih kuat dari dulu, maka Nona dan hidupku tidak akan sekacau ini.“Merri?! Apa yang kau lakukan di sini?” Fuschia mendekati Merri, terlihat bahagia di atas pohon.“Nona! Aku berhasil! Aku membakar bajingan itu!”“Kerja bagus, nak. Tapi jangan memaksakan diri karena kau masih dalam masa pemulihan, Merri.”“Tentu saja! Hahahaha, ini menyenangkan. Bagaimana denganmu, nyonya? Uh? Kepalamu berdarah!” Merri hampir saja melompat dari posisinya untuk mendekati Fuschia yang sedang terbang.Hal itu membuat Fuschia kebingungan. Tapi kemudian Fuschia menenangkan Merri. “Tenanglah. Aku sudah meminum ramua
Fuschia menatap pria di depan Nyonya Luxor dengan waspada. “Komandan Hugh?”Ia mengenali pria itu sebagai Komandan Ksatria Drachentia, Hugh Connor dari Keluarga Count Connor.Dylan mengerutkan kening dengan masam lalu berbicara dengan suara pelan, “Seharusnya aku memastikan kau mati di tanganku.”Komandan ksatria Hugh menundukkan kepalanya saat dia menghadapi Fuschia. Dia tidak mengangkat kepalanya saat berbicara.“Aku ... sempat datang ke Aula Crestine. Di sana aku bertemu dengan Nona Laura dan para korban yang selamat. Lalu aku... mengetahui kebenaran darinya. Jadi tolong, izinkan aku untuk menebus dosa kebodohan ku, Yang Mulia.”Fuschia mengenal Hugh Connor sebagai seorang ksatria yang setia kepada kerajaan. Kesetiaannya ditunjukkan dengan pengabdiannya kepada sang pemimpin. Ia dikenal sebagai 'anjing pemburu' mendiang raja yang telah menggigit banyak bangsawan atau pemberontak yang mengancam kekuasaan mendiang raja.Seperti Hayden dan Raymon, dia dilatih oleh mendiang raja dan me
“FUSCHIA!”Itu adalah suara Dylan. Dia muncul dari balik para tentara.“Dylan!” Fuschia segera mengangkat kakinya untuk memperpendek jarak di antara keduanya.Mereka berdua saling berlari dengan tangan terbuka lebar.Di tengah-tengah pertempuran antara monster dan manusia yang sepertinya tidak akan pernah berakhir, Dylan dan Fuschia saling berpelukan erat.Pusaran pikiran dan detak jantung mereka yang tidak menentu terobati oleh aroma yang mereka hirup satu sama lain. Pelukan erat yang mereka bagi saat itu seakan menyampaikan semua kelelahan dalam hati dan pikiran mereka.Kemudian, bersama dengan ciuman singkat yang mereka bagikan satu sama lain, masing-masing dari mereka membunuh monster yang menyerang. Fuschia memisahkan kepala monster yang menyerang Dylan dengan gergaji esnya, sementara Dylan merobek leher monster yang menyerang Fuschia dengan pedangnya.Belum pernah ada momen romantis dan horor yang terjadi dalam satu frame. Begitu banyak tentara yang mengira demikian dan secara t