Share

Mengancam

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aga berdecak kesal mendengar isakan Bening yang tidak berhenti sedari tadi. Hingga pada akhirnya, ia menepikan mobil di bahu jalan untuk berbicara sejenak dengan gadis itu.

Harusnya, Aga tidak perlu ikut campur dengan masalah pribadi sekretaris yang selalu berani membantahnya itu. Namun, Aga tidak suka melihat perlakuan yang ditunjukkan Christ, pada Bening ketika berada di parkiran hotel. Oleh sebab itulah, Aga akhirnya ikut berceletuk dan melibatkan diri dalam perdebatan keduanya.

Lantas, sikap ikut campurnya beberapa saat yang lalu ternyata membuahkah hal yang sangat mengejutkan. Aga sampai tidak habis pikir, kalau Bening akan berani menyatukan bibir mereka berdua di depan umum seperti tadi. Beruntung, parkiran hotel kala itu tidak terlalu ramai, meskipun ada beberapa orang lewat yang akhirnya melihat aksi mereka berdua.

Aga merutuk sejadi-jadinya setelah itu, karena tidak sanggup mengelak ciuman yang begitu terasa manis dan memabukkan itu.

“Bisa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yielda Sofyan
cerita baru lagi nihh kakk.... abis marathon nih.... Txs a lot kakkk...... .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Sekretaris   Do Not Disturb

    Malam ini, Aga benar-benar merasa menjadi manusia bodoh. Melibatkan diri dengan urusan pribadi sang sekretaris, sama sekali tidak masuk ke dalam nalar pikiran Aga. Namun, tidak ada lagi yang bisa Aga perbuat karena semua sudah terlanjur terjadi. Aga sudah berciuman dengan Bening, dan kali ini, sekali lagi ia kembali berhadapan dengan Christ. Harusnya, Aga menuruti permintaan Bening untuk menurunkannya di pinggir jalan dan setelah itu biarlah gadis itu pergi ke rumah, atau ke hotel terlebih dahulu dengan memakai ojek. Namun pada kenyataannya, Aga terus saja menginjak pedal gas untuk melajukan mobilnya, sesuai alamat yang telah disebutkan oleh Bening. Sampai akhirnya, ketiganya kembali bertemu di depan rumah Bening. Aga, gadis itu, dan Christ. Aga menoleh sekilas pada rumah yang ditempati oleh sekretarisnya tersebut. Dari pagar yang menjulang tinggi dan terlihat tertutup itu, Aga dapat memastikan kalau kediaman Bening pastinya cukup besar di dalam sana.

  • Sang Sekretaris   Dasar Bodoh

    Aga memasuki rumah dengan langkah lelah. Baik tubuh, maupun pikiran yang tidak lepas memikirkan kejadian bodoh antara dirinya dan sang sekretaris. Sesekali tangannya terangkat untuk menyentuh bibir yang telah merasakan manisnya ciuman Bening. Aga menggeleng secepat mungkin, untuk menyingkirkan perasaan aneh yang tiba-tiba menyusup di dalam hati. Hal salah seperti ini, seharusnya tidak pernah terjadi. Menaiki lantai dua dalam kegelapan, Aga masih melihat cahaya lampu kamarnya yang masih berpendar dari celah di bawah pintu. Hal tersebut menandakan bahwa sang istri masih belum terlelap. Meskipun jarum jam, yang ada di pergelangan Aga sudah menunjukkan pukul sebelas lewat. Membuka pintu kamar, Aga melihat punggung sang istri tengah bersandar pada kursi kerjanya. Tangan kirinya memegang berkas. Sementara tangan kanannya tengah memegang mouse yang berada di samping laptop. “Belum tidur?” tanya Aga seraya menundukkan wajah untuk mengecup pipi sang istri. Mem

  • Sang Sekretaris   No Strings Attached

    “Tercecer di mana otakmu yang katanya encer itu, Ning?” Aga menutup pintu mobilnya dengan kasar, setelah menyeret Bening yang hanya duduk tertunduk di lobi. Di antara rasa kantuk, penat, emosi, dan sakit kepala, Aga melajukan roda empatnya dari rumah dengan kecepatan tinggi. Ia hanya ingin melepas sebuah rasa kesal yang tidak dapat sama sekali ia jelaskan dengan kata-kata. Andai sang istri mau memberikan haknya beberapa saat yang lalu, Aga tidak akan mungkin berada bersama Bening saat ini. “Lagi nggak punya otak, Pak.” Jawaban lirih dari Bening itu justru menambah kekesalan Aga saat ini. “Kamu, itu! CK, Kenapa harus nelpon saya? Kenapa nggak nelpon—” “Kalau Bapak nggak mau ke sini, ya, nggak usah dateng! Gitu aja repot!” putus Bening dengan berani membentak Aga. Kemudian, Bening membuka pintu mobil dengan cepat dan keluar dari sana tanpa menutup kembali pintunya. Aga langsung menggeram dengan lepas, seraya mengacak surai hitamnya dengan frustr

  • Sang Sekretaris   Cuti

    Bening keluar kamar dengan wajah sembab dan mata panda yang terlihat bengkak. Melangkah gontai menuju dapur, untuk membuat secangkir kopi pahit guna menghilangkan sakit kepalanya. Duduk di kursi dengan kedua kaki menekuk ke atas, Bening lalu meletakkan dagunya di atas lutut kanannya.Mengingat tentang kebersamaannya bersama Christ selama ini, serta membayangan, apa saja yang dilakukan pria itu di dalam kamar hotel bersama Chika.“Mbak Ning,” sapa Mala, asisten rumah tangga paruh baya yang tugas utamanya mengurus semua keperluan Sinta. Wanita itu sedikit terkejut ketika melihat wajah Bening yang terlihat sangat kusut dan sembab. Karena selama bekerja di sana, Mala tidak pernah melihat Bening sekacau seperti saat ini. “Ada mas Christ di depan.”“Suruh pulang aja, Bu.”“Kenapa harus disuruh pulang?” Sinta tahu-tahu sudah berada di belakang Bening dan mengusap kepala cucunya itu dengan perlahan. Wanita tua itu m

  • Sang Sekretaris   Status Bening

    Hari itu, Bening benar-benar tidak datang ke hotel untuk menghadiri perhelatan besar yang telah digelar oleh kantornya. Namun, ia masih tetap menerima telepon dari para rekannya untuk mengalihfungsikan tugas yang diemban oleh Bening. Meskipun tidak datang, tapi Bening tetap bertanggung jawab dengan semua hal sampai sekecil apapun dari jauh.Bening tidak bisa memaksakan tubuh yang sedang tidak sehat itu, untuk datang ke hotel dan ikut serta dalam acara tersebut. Yang ada, nanti justru Bening akan merepotkan para rekannya karena kondisinya yang benar-benar lemas.Ternyata, putus cinta dan patah hati bisa menyakitkan seperti ini. Christ benar-benar telah melambungkannya ke bulan, lalu dengan cepat menghempasnya ke daratan bumi hingga membuat Bening hancur sampai berkeping-keping.“Masuk!” titah Bening setelah mendengar suara ketukan pintu sebanyak dua kali. Ia masih terbaring lemah dengan hanya memakai daster dan menggunakan selimut yang tipis.&

  • Sang Sekretaris   Dua Wanita

    Dengan sweater crop top yang memperlihatkan sebagian perut ratanya, Bening memasuki restoran dengan menahan pusing di kepala. Celana jeans kulot ditambah sneaker berwarna merah yang senada dengan sweaternya, membuat penampilan Bening yang sporty, sekaligus seksi itu, menjadi perhatian beberapa pengunjung restoran yang ada di sana. Terutama, para pria yang benar-benar mengagumi juga menatap liar pada lekukan tubuh yang terlihat sempurna itu.Kalau bukan untuk mengurus masalah rumah warisan, Bening tidak akan mau repot-repot datang ke restoran untuk menemui Rohit dengan tergesa seperti sekarang. Lebih baik ia tidur dan beristirahat di rumah, karena suhu tubuhnya yang masih saja naik turun, meskipun sudah memeriksakan diri ke dokter malam tadi.Sejak kemarin, Bening juga tidak mengangkat telepon dari Christ sama sekali. Bening juga enggan membuka dan membaca chat dari pria itu. Untuk saat ini, Bening hanya ingin menenangkan diri, dari semua masalah yang menimpa hati dan p

  • Sang Sekretaris   Belum Selesai

    Rencana cuti yang akan digunakan Bening untuk melakukan solo traveling, ternyata tinggallah rencana. Selain demam, patah hatinya tersebut akhirnya menyebabkan gadis itu terkena penyakit maag. Banyak pikiran dan stress, ditambah tidak teraturnya asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh Bening, membuat asam lambung gadis itu naik.Alhasil, jatah cuti yang ada, benar-benar dipakai untuk beristirahat di rumah.Sementara itu, setiap pagi dan sore hari, Ruri melaporkan kalau mobil Christ selalu terparkir tidak jauh dari rumah. Ketika Ruri sempat bertemu dan berbicara dengan pria itu, ia menyampaikan kalau Bening tengah mengambil cuti dan pergi Bali. Sesuai dengan yang telah diperintahkan sang majikan kepadanya. Walaupun Ruri yakin, kalau Christ sama sekali tidak percaya dengan ucapannya. Hal itu terbukti, dengan adanya mobil Christ yang setiap hari selalu menyempatkan datang untuk mengamati.Sampai akhirnya seminggu berlalu, dan kesehatan Bening pun juga mulai berangs

  • Sang Sekretaris   Membenahi Hati

    Keduanya hanya saling berdiam diri ketika sudah berada di dalam lift. Tidak saling bertegur sapa, maupun melempar perdebatan seperti biasanya. Pun sampai lift berdenting dan pintu bergeser dengan sempurna, baik Bening juga Aga, masih bungkam dengan pikiran masing-masing. Mereka pun masih berjalan dalam diam, meskipun berdampingan. Sampai akhirnya Bening sampai di meja kerjanya dan duduk di sana. Serta Aga yang terus saja masuk menuju ruang kerjanya dalam kesunyian yang ada. Sekitar setengah jam sebelum rapat redaksi pagi di mulai, Bening mengetuk pintu ruangan Aga yang terbuka. Kemudian, Bening melangkah masuk, ketika pria itu sudah mempersilakannya. “Ada apa?” tanya Aga mengalihkan wajah pada Bening dan baru memperhatikan dengan seksama, kalau wajah gadis itu masih terlihat sedikit pucat dan pipi yang tampak tirus. Tidak ada lagi senyum datar, yang memperlihatkan lesung pipi gadis itu, ketika Bening menghadap Aga seperti sekarang. Jika dilihat dari s

Bab terbaru

  • Sang Sekretaris   Pengumuman

    Haluu Mba beb ... Sang Sekretaris beneran tamat dund. Mas Telaga Cakrawala sama mba Bening Bhanuwati mohon pamit undur diri dulu. Mereka mau istirahat. Kan, mau buatin adek buat Awan. :D :D :D Nanti, kita ketemu sama mereka lagi di spin off-nya dengan judul SANG PENGACARA, dan kita tuntasin hil-hil yang masih menggantung di sana. Daaan, berikut ini daftar penerima koin GN dari saia untuk 5 top fans pemberi Gems terbanyak di Sang Sekretaris. Datanya diambil per tanggal 30 June 2022 tepat pukul 06.00 WIB. RF Rifani : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Tralala : 750 koin GN + pulsa 150 rb Demigoddess : 500 koin GN + pulsa 100 rb Zee Sandi : 350 koin GN + pulsa 50 rb Lili Ning Mardani : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan kirim screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeh @kanietha_ Saia tunggu konfirmasi sampai hari minggu ya, jadi, saia bisa setor

  • Sang Sekretaris   Penawaran Aga

    “Ayo, keluar.” Bening merengek, sembari menggelengkan kepala. Ia belum siap dengan ajakan Aga, untuk menemui sang mertua yang meminta mereka datang pagi ini. Karena Bening tahu, yang akan dibahas oleh Arum, pasti masalah itu lagi, itu lagi. “Dulu, waktu sama bu Vira, mama begini juga nggak, sih?” “Nggak.” Aga langsung menjawab dengan pasti. “Kok, sama aku begini?” sambar Bening secepat mungkin, sambil meremas tali sabuk pengaman yang masih belum ia buka. “Tapi sama bu Vira, nggak?” “Karena kami dulu masih muda, Beb,” jawab Aga lalu mencondongkan tubuh untuk membuka sabuk pengaman sang istri. “Masih sibuk meniti karir, dan betul-betul merintis semua dari nol.” “Eh, aku juga masih muda.” Bening kembali berkilah seperti biasa. “Tapi aku?” Aga menjatuhkan satu kecupan hangat di pipi sang istri. “Sebentar lagi, aku sudah kepala empat. Mama sama papa juga nggak akan selalu fit seperti sekarang.” “Kamu, tuh, sepertinya udah mulai oleng, deh.” Bening mencibir lalu memanyunkan bibir. “I

  • Sang Sekretaris   Sang Ibu Mertua

    “Mama itu ada ngomong apa, sih, sama Awan?” Bening membuka rumah pemberian Aga yang baru saja selesai di bangun. Masih kosong, dan belum diisi furniture sama sekali. Ini pertama kalinya, Bening dan Aga menghampiri rumah mereka ketika semuanya sudah bersih dan siap diisi berbagai perabotan dan ditempati. Jika mengingat resepsi pernikahan mereka yang akan digelar sebentar lagi, keduanya sudah bisa menempatinya setelah pulang dari bulan madu. “Mama? Ku?” Aga bertanya ragu, karena mereka pagi tadi sempat mengajak Awan pergi ke rumah Clara. Sudah dua hari Awan menginap di apartemen, dan waktunya mengembalikan bocah itu pada Vira. Jika tidak, mantan istrinya itu pasti akan menelepon Aga tanpa henti. “Atau, mamamu?” “Mamamulah.” Hentakan ujung high heels Bening menggema pada lantai marmer di seluruh ruang yang masih kosong itu. “Mama Arum.” “Mamaku, ada ngomong apa?” Aga dengan cepat menyusul langkah Bening yang terlihat kesal. Namun, tidak berniat untuk mensejajarkan langkahnya. Ke ruan

  • Sang Sekretaris   Keputusan Bersama

    Arum membuang napas panjang. Meskipun masih setengah hati, tapi ia sudah tidak bisa berbuat apapun lagi. Mengingat, bagaimana putranya itu terlihat sangat jatuh cinta dengan Bening, pun dengan Awan yang tidak mempermasalahkan semuanya, Arum menyerah. Namun, menyerah di sini bukan berarti Arum setuju, karena ada sebagian dari hatinya masih tertinggal dengan Vira.Dalam diam, terkadang Arum masih memikirkan nasib mantan menantunya itu. Arum mengerti jika sikap Vira memang tidak bisa dibenarkan, tapi Aga pun ternyata sudah patah arang dan tidak ingin melanjutkan rumah tangganya kembali. Jadi, hanya perpisahan yang menjadi jalan keluar satu-satunya.“Jadi, bagaimana kalau resepsinya dipercepat saja?” usul Clara di tengah-tengah pertemuan kedua keluarga yang diadakan di rumahnya. Sudah dua bulan berlalu dari pembacaan surat wasiat Camila kala itu, tapi baik Aga, maupun Bening tidak kunjung menyinggung masalah resepsi pernikahan. Sampai akhirnya, Clara meminta Aga menghubungi kedua orang tu

  • Sang Sekretaris   You're Welcome

    “Telaga … Cakrawala.”Pria paruh baya yang duduk santai pada kursi taman di belakang rumah, mengangguk-angguk ketika melihat Aga muncul di hadapannya.“Awalnya saya sangsi kalau yang disebut mendiang ibu Camila adalah Aga yang sama, tapi, sangat kecil kemungkinannya kalau ada dua orang yang namanya sama persis seperti kamu,” tunjuk pria itu, lalu menatap gadis yang berada di samping Aga.Seluruh anggota keluarga yang sudah lebih dulu berkumpul, hanya bisa tersenyum canggung. Selain berprofesi sebagai pengacara keluarga, pria paruh baya yang duduk bersama putranya itu, juga merupakan sahabat dekat mendiang Camila.Aga memberi senyum ramah, lalu segera menghampiri pria tersebut bersama Bening. “Apa kabar, Be? Kita lama nggak ketemu.”Pria paruh baya dengan nama asli Rasyid Pamungkas itu, segera berdiri untuk menyambut uluran tangan Aga. “Saya kaget, waktu Abi bilang kamu sudah nikah lagi. Lebih kaget lagi, waktu tahu kamu menantu dari mendiang ibu Camila.”Setelah menjabat tangan Aga, R

  • Sang Sekretaris   Kita Deal

    “Percuma beli mobil baru.” Bening berdecak, dan selalu saja sibuk membeo setiap kali jalan bersama Aga. “Pergi ke mana-mana selalu disupirin gini. Buang-buang uang tahu, nggak!”“Kan, lebih enak disupirin gini.”“Terus ngapain beli mobil baru, kalau aku nggak boleh nyetir sendiri,” protes Bening.“Siapa bilang nggak boleh nyetir sendiri?” sanggah Aga tetap tenang tanpa melirik sang istri sama sekali. Ia hanya menatap lurus pada jalan raya, sembari menahan tawa. “Kebetulan aku punya waktu luang, jadi mending aku yang nyupiri, kan?”“Kenapa kamu selalu punya waktu luang pas aku mau jalan.” Bening kembali protes karena curiga dengan sikap Aga. Semakin ke sini, pria itu semakin posesif saja. Ke mana pun Bening pergi, Aga akan selalu punya waktu pergi menemaninya. “Pas jam kerja juga gitu. Pasti mendadak bilang kerjaan selesai, kalau aku izin mau jalan.” “Karena kerjaanku memang sudah selesai,” jawab Aga santai tanpa beban. “Lagian mobilmu ini juga kepake, kan? Jadi, kita belinya nggak si

  • Sang Sekretaris   Gosip

    Meskipun Camila sudah beristirahat dengan tenang di pembaringan terakhirnya, suasana rumah duka yang begitu megah itu masih saja terlihat ramai. Para tamu datang silih berganti, untuk menyampaikan duka mendalamnya.Yang Bening perhatikan, Fikalah yang justru terlihat sangat kehilangan atas kepergian sang oma. Gadis itu bahkan sempat tidak sadarkan diri, ketika tubuh beku sang oma diturunkan ke peristirahatan abadinya. Untuk satu hal itu, Bening bisa merasakan semua yang dialami Fika karena pernah berada di posisi yang sama.Clara terlihat lebih tegar, dan terus mencoba menguatkan putri kesayangannya atas kehilangan mereka. Sungguh sebuah pemandangan yang membuat hati Bening kembali tercubit perih.Bening … cemburu dengan kedekatan Clara dan Fika.“Hei.” Aga mengusap lengan Bening yang berada dalam rangkulannya. “I know what you’re thinking.”“No, you’re not.”“Ayolah, Beb. Kamu harus paham situasinya.” Sedari tadi, Aga memperhatikan ke mana tatapan sang istri tertuju. Pun dengan ekspr

  • Sang Sekretaris   Sebuah Berita

    Aga berbalik, ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka. Menelan ludah, saat melihat kaki jenjang itu melangkah pelan, dan menampilkan tubuh segar yang hanya berbalut handuk. Senyum jahil yang disematkan oleh sang istri yang tengah mengusap surai basahnya, sungguh membuat Aga ingin menghempas tubuh Bening ke ranjang dan memasukinya.Namun, jadwal bulanan yang tengah didapatkan sang istri, membuat Aga hanya bisa menggigit jari. Bersabar, karena Aga tahu penantiannya nanti tidak akan sia-sia.“Jam sepuluh balik, lho, ya,” ujar Bening mengingatkan dengan wajah semringah. “Kita cari mobil baruuu.”“Aku cuma di bawah, Beb.” Aga meraih pinggang ramping sang istri yang sudah berhenti tepat di depannya. “Kamu bisa susul ke bawah, terus kita langsung jalan.”Bening mengangguk setuju dengan usul Aga. Ia lalu berjinjit, dan memberi satu kecupan singkat pada bibir bawah Aga yang terbuka. “Awan jadi nginap di sini? Atau masih ditahan sama omanya?”“Omanya masih mau nahan karena kesepian, tapi Aw

  • Sang Sekretaris   Depe Dulu

    “Lama banget pulangnya.” Dengan memegang sepiring bihun goreng yang masih tersisa separuh, Bening sedikit merajuk menyambut kedatangan sang suami.Aga melepas jaket bombernya, sembari menghampiri Bening. Melemparnya ke sembarang arah, lalu menghempas bokongnya di samping sang istri. Aga memberi kecupan pada pipi Bening terlebih dahulu, barulah menanggapi protes istrinya.“Tadi ada om Romi di bawah.” Pulang ke apartemen dan disambut dengan pemandangan indah seperti sekarang, sungguh membuat semua lelah Aga hilang seketika. Satu setel baju tidur yang terdiri dari tanktop dan celana pendek itu, sungguh memberi sebuah energi tersendiri bagi Aga.“Om Romi?” Bening menoleh sambil mengunyah bihunnya. “Ngapain malem-malem dateng ke sini? Sendirian apa sama istrinya?”Aga langsung mencapit bibir istrinya itu dengan gemas. “Istrinya om Romi itu, mamamuuu,” decak Aga lalu sedikit menggeser bokongnya untuk merebahkan diri, dan meletakkan kepala di paha mulus sang istri. “Om Romi datang sama Dean.

DMCA.com Protection Status