Elmira memasuki kamar Shaka, hal pertama kali yang ia tangkap dari indra penglihatannya adalah Inti yang sedang duduk di sofa seraya memandang kosong ke arah kolam bola milik Shaka. Elmira menyerngit menatap Inti, pasalnya kolam bola yang sedang ia jaga itu tak terdapat Shaka di sana. Elmira lalu mengederkan pandangannya ke segala penjuru ruangan tapi ternyata terlihat jika putranya itu sedang terlelap di ranjangnya.
"Inti ...." Elmira mendekati Inti yang tengah sibuk dalam lamunannya. Merasa tak ada tanggapan, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pundak Inti dan memanggil nama pelayan setianya itu sekali lagi.
"Nyonya?! Anda memanggil saya?" tanya Inti gugup saat sadar jika Elmira-lah yang menyadarkannya dari lamunannya.
"Ada apa, Inti? Shaka sudah tidur tapi kau malah melamun di sini. Ini sudah malam," ucap Elmira. Ia mengambil posisi duduk di sebelah Inti.
"Saya ... saya hanya belum bisa tidur, Nyonya," sahut Inti.
"Kau pasti kelelahan, untu
Delia terus mengurung dirinya di dalam kamar. Sebelum hidupnya akan benar-benar hancur, ia harus memikirkan cara untuk mendapatkan perhatian dari Reksa. Ia mengelus perutnya yang sudah membuncit, tinggal beberapa minggu saja bayi yang ia idam-idamkan selama ini akan terlahir ke dunia ini dan akan memberikannya gelar kehormatan sebagai seorang ibu."Anda terus menerus bersedih, Nona.""Bagaimana aku tak bersedih, Ira. Sekarang ini aku bahkan sudah berpisah rumah dengan suamiku, padahal sebentar lagi hari persalinanku tiba," ucap Delia dengan wajah sayunya."Aku tak menyangka jika hidupku akan setragis ini. Masalah datang silih berganti tiada henti dalam hidupku. Dari awal pernikahan hingga sekarang aku sangat susah mendapatkan perhatian dari Tuan Reksa, terlebih mendapatkan cintanya. Aku selalu menjadi orang yang tersingkirkan dari kompetisi ini. Dulu aku masih polos sehingga Andini bisa dengan mudah mengalahkanku tapi semenjak Tuan Reksa sedikit memberikanku har
Haris tersenyum lalu sedikit menundukkan kepalanya untuk menyambut seorang tamu yang datang menghampirinya. "Selamat pagi, Tuan Indra," sapa Haris pada pria yang sedang berdiri di hadapannya ini."Selamat pagi, Tuan Haris. Saja akan menemui Tuan Reksa, apa beliau ada?" tanya Indra."Ada, Tuan. Silakan masuk," ucap Haris."Terima kasih, saya permisi." Indra lalu memasuki ruangan kerja Reksa. Sampai di dalam ternyata orang yang akan ia temui sudah berdiri menyambutnya."Selamat datang, Tuan Indra." Reksa berjalan menghampiri Indra lalu memeluknya."Saya dua kali datang ke kantor ini untuk menemui Anda, tapi dua kali pula saya pulang dengan kekecewaan," ucap Indra seraya mengurai pelukannya."Silakan duduk, Tuan Indra," ucap Reksa. Ia menggiring Indra untuk duduk di sofa yang ada di sudut ruangannya."Apa kemarin Anda sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota?" tanya Indra."Tidak ... tidak. Saya pergi ke rumah mertua saya y
Reksa pulang ke rumah saat hari sudah petang. Tubuh lelahnya langsung ia hempaskan ke atas ranjang begitu ia sampai di kamarnya. Elmira yang melihat saminya datang dengan keadaan yang lelah langsung menghampiri dan membukakan sepatu yang masih dikenakan oleh suaminya itu."Apa yang kau lakukan?" Reksa berjengkit kaget seraya menarik kakinya dari sentuhan tangan Elmira."Aku ingin melepaskan sepatumu. Kau pasti sangat lelah," ucap Elmira."Tidak perlu, Sayang. Nanti aku bisa melepaskannya sendiri," ucap Reksa."Apa kau sudah makan malam?" tanya Elmira. Ia merasa kasihan melihat suaminya pulang dengan keadaan lelah seperti ini."Aku belum sempat makan malam. Banyak yang harus kukerjakan di hari pertamaku kembali bekerja setelah kutinggal pergi selama beberapa hari," sahut Reksa."Kalau begitu akan kusiapkan makan malam untukmu. Kau ingin makan di kamar atau kau ingin turun ke ruang makan?" tanya Elmira."Makan di kamar saja. Suruh pelay
Selesai sarapan dan mengantar Reksa sampai di teras saat suaminya itu sedang akan berangkat kerja, kini ia berada di dapur untuk mencari keberadaan Marlina. Tanpa harus ia memanggil, ternyata Marlina sudah menghadap padanya."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" tanya Marlina dengan sangat sopan."Marlina aku ingin meminta bantuanmu. Malam nanti akan ada tamu istimewa yang datang ke sini. Kau siapkan jamuan makan malam ya," ucap Elmira."Baik, Nyonya," sahut Marlina."Kau bisa siapkan olahan daging sapi, ayam, udang, sayur. Terserah padamu, yang penting semuanya beres," ucap Elmira."Baik, Nyonya. Anda tak perlu khawatir, serahkan masalah dapur pada saya," sahut Marlina."Terima kasih, Marlina. Nanti aku akan datang untuk melihat," ucap Elmira."Baik, Nyonya," sahut Marlina."Baiklah, aku
"Selamat malam, Tuan Indra." Elmira tersenyum seraya sedikit menundukkan kepalanya untuk menyambut kedatangan Indra."Ini ... Tuan Reksa, apakah dia benar istri yang selama ini Anda maksud?" gumam Indra. Wajahnya seperti orang yang linglung.Reksa tersenyum, "iya, Tuan Indra. Wanita ini adalah Elmira Dhanuar, istri istimewa, istri yang sangat saya cintai, ibu dari anak saya," ucap Reksa seraya melemparkan senyumannya kepada Elmira."Mari kita masuk. Istri saya sudah menyiapkan makan malam istimewa untuk Anda, Tuan." Reksa mengajak Indra masuk, tapi ia terheran ketika Indra tak bergeming sedikitpun."Tuan Indra?!" Reksa menyentuh bahu Indra dan pria itu pun terkesiap ketika bahunya disentuh."Ada apa, Tuan?" tanya Reksa saat melihat gurat keterkejutan di wajah Indra."Mari silakan masuk, Tuan Indra," ajak Elmira. kini wajahnya sudah kembali ceria saat ia tahu jika ternyata tamu suaminya adalah pria yang sudah ia kenal sebelumnya."Lebi
Delia selalu berpikir keras bagaimana caranya agar Reksa bisa kembali lagi ke rumah utama ini. Ia sudah rela membiarkan Andini tak dihukum atas perbuatannya agar Elmira tetap menjadi tersangka dan kalah dalam persaingan ini, namun nyatanya sekarang Elmira malah sudah kembali dan ditempatkan di rumah baru. Otomatis sebelum Yasinta meninggal, Elmira sudah menjadi nyonya besar di rumahnya sendiri.Delia mengelus perut besarnya. Ini sudah hari-hari mendekati hari persalinannya karena usia kandungannya sekarang ini sudah menginjak sembilan bulan. Namun dalam masa-masanya mengandung sang buah hati, ia telah banyak menghadapi tekanan dan masalah dalam hidupnya. Padahal di masa-masa mengandung seperti ini harusnya ia lalui dengan damai, penuh kasih sayang dan tanpa tekanan yang membuat pikirannya kacau hingga terus ingin berbuat hal yang licik.Delia mengaduh kesakitan saat tiba-tiba perutnya terasa sakit. Dengan memegang perutnya, ia berjalan tertatih menuju ranjangnya.
Delia membuka matanya, ia tersenyum saat melihat Reksa yang kini sedang duduk di kursi sebelah ranjangnya untuk menungguinya.“Tuan.” Delia mencoba mendudukan tubuhnya yang masih lemah.“Kau berbaringlah dulu, pasti tubuhmu masih terasa lemah.”“Tidak, Tuan. Saya merasa sehat setelah saya melahirkan seorang putra yang tampan dan sehat untuk Anda. Dia buah cinta kita,” ucap Delia.Reksa terdiam untuk beberapa saat karena ia tak tahu harus berbicara apa dengan Delia mengenai meninggalnya sang putra yang sudah Delia idam-idamkan.“Kau sudah tahu jika kau melahirkan seorang putra?” tanya Reksa.“Iya, tadi bidan itu yang memberitahukan pada saya tapi saat saya akan memberi ASI tiba-tiba rasa ngantuk mengerang saya. Tuan, saya ingin menggendong putra kita. Sekarang saya ingin memberinya ASI,” sambung Delia.“Delia, putra kita sudah tiada. Dia sudah meninggal sesaat dia lahir,
Pagi sekali rumah keluarga Dhanuar sudah dihebohkan dengan hilangnya bayi Andini. Andini berteriak dan bingung mencari bayinya saat ia baru saja bangun tidur. Meski bayi itu sebenarnya bukanlah putrinya namun dengan hilangnya bayi itu akan membuatnya kesulitan nantinya karena berkat bayi itulah ia bisa mengalahkan dan bahkan bisa menyingkirkan Delia.“Pergi, cepat cari bayi itu!” seru Andini pada Harti dan Margi.“Ba-baik, Nona.” Harti dan Margi berlari keluar kamar Andini.“Aku tahu, pasti Delia-lah yang mengambil bayi itu tapi aku tak ingin mengambilnya ke sana karena bisa saja Delia langsung menyerangku. Apalagi sekarang ini Delia sedang keadaan tak waras setelah kehilangan bayi yang sudah dia nantikan. Aku harus tetap mengontrol diriku, kalau perlu aku akan membuat sedikit drama untuk membuat Delia semakin terlihat tak waras,” gumam Andini. Ia tersenyum licik memikirkan rencananya dan hasil yang ia akan terima.Di l
Yasinta mencoba menenangkan Emran dan Abraham agar tak lagi rewel. Kedua bocah laki-laki itu terus saja mencari keberadaan Elmira saat mereka tahu ibunya tak ikut pulang bersama mereka.“Ibu mengapa belum pulang, Nenek?” rengek Abraham.“Sabarlah sebentar, Sayang. Ibu dan Ayahmu akan segera pulang. Kau tenanglah karena adikmu terus saja menangis. Jangan membuat Nenek semakin bingung,” ucap Yasinta.Mengerti jika saat ini neneknya sedang pusing, Abraham menghampiri Margi. “Bibik, hubungi Ibuku, katakan padanya aku menangis mencarinya,” ucap Abraham.“Tapi Anda tak menangis sama sekali kan, Tuan kecil, jadi saya tak bisa memberitahu kebohongan seperti itu kepada Ibu Anda,” ucap Margi.“Hhhh ... kau ini!” seru Abraham.“Ibu!” seru Edrea.&
Elmira membenahi riasannya saat ia sudah tiba di rumah orangtua Andini. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di rumah orangtua Andini ini, karena sebelum-sebelumnya Andini-lah yang berkunjung ke rumah utama Dhanuar.“Sudah, Sayang. Mau sampai kapan kau berdandan? Anak-anak sudah berlari masuk,” ucap Reksa. Ia memasang wajah nelangsanya melihat istrinya yang membenahi riasan tanpa henti padahal ibunya dan romongannya yang lain sudah masuk ke tempat acara.“Kau ini apa tak suka melihat istrimu tampil cantik?” ucap Elmira dengan wajah muramnya.“Hhhh ... ya. Lalu kapan kau akan menyelesaikan ritualmu itu?”“Aku sudah selesai.” Elmira menyimpan kembali alat riasnya. Ia lalu keluar dari mobil dan membenahi gaun panjangnya.“Apa aku sudah terlihat cantik?” tanya Elmira sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki tempat acara.“Ya, kau terlihat sangat cantik dan anggun. Kau terlihat
Yasinta dan Reksa pulang saat waktu makan malam, sehingga mereka bisa makan malam bersama.“Ada apa, Sayang? Kau tampak ceria sekali?” tanya Reksa.Pertanyaan Reksa pada Elmira telah berhasil membuat Yasinta juga menoleh ke arah Elmira.“Ada berita baik yang datang hari ini.”“Oh ya? Berita apa itu?” tanya Reksa.“Tadi pagi Andini datang ke sini.”“Andini?” gumam Reksa memotong kalimat Elmira.“Yaa, dan kau tahu apa yang dia katakan padaku?!” seru Elmira antusias.“Apa?”“Satu bulan lagi Andini akan menikah dan kita semua diminta untuk datang ke sana,” ucap Elmira dengan begitu cerianya.“Benarkah itu?!” tanya Yasinta.“Iya, Ibu. Itu benar,” ucap Elmira.“Aku turut
“Nenek, apa Ibu dan Ayah tak ikut sarapan bersama kita?” tanya Sabrina.“Sabrina, kau makan saja makananmu, Sayang, atau kau akan terlambat untuk ke sekolah,” sahut Yasinta.“Tapi ke mana Ayah dan Ibu?” tanya Shaka.“Ayah dan Ibu kalian mungkin sedang ada sesuatu yang harus segera diselesaikan. Kau cepat habiskan sarapanmu dan segeralah berangkat dengan supir bersama Kakakmu,” ucap Yasinta.“Nenek, lihatlah. Emran makan belepotan,” ucap Edrea.“Mamama.” Emran begitu senang jika ia menyuap makanannya sendiri meskipun wajahnya akan belepotan dengan buburnya.“Nenek, aku sudah selesai,” ucap Sabrina.“Aku juga,” sambung Shaka.“Edrea, ayo kita berangkat,” ajak Sabrina.“Iya,” sahut Edrea.
Setelah kepergian Delia dan Andini dari rumah Dhanuar dan dari kehidupan keluarga Dhanuar, Elmira dan Reksa selalu melewati hari-hari yang membahagiakan. Elmira dan Reksa tak pernah membeda-bedakan anak-anak mereka, semua yang mereka lakukan adalah adil dan sama hingga Sabrina dan Edrea tak pernah merasakan kehilangan sosok ibu kandung dalam hidupnya.Mula-mula Sabrina terus menanyakan perihal Andini yang sekarang tak ikut tinggal bersama dengannya lagi namun lambat laun Reksa dan Elmira menjelaskan bahwa sekarang situasinya sudah berbeda dari dulu. Mereka memberi pengertian pada Sabrina bahwa ayah dan ibunya sudah berpisah dan tak akan pernah bisa kembali bersama lagi. Meski dulu Sabrina tak terlalu paham namun sekarang gadis itu sudah paham setelah usianya hampir menginjak remaja.Sabrina tumbuh menjadi gadis yang cerdas, cantik dan anggun yang memiliki tutur kata lembut dan sopan. Saat ini usianya sudah menginjak sepuluh tahun, satu tahun lagi ia akan memasuki sekol
Reksa sampai di rumah utama keluarga Dhanuar saat hari sudah lewat tengah malam. Ia pun langsung berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.Rasa lelah dan penat yang ia rasakan menghilang begitu saja setelah ia melihat wajah damai Elmira yang kini telah terlelap. Ia tersenyum lalu ikut bergabung bersama Elmira di atas ranjang. Ternyata pergerakannya mengusik tidur Elmira hingga membuat istrinya ini membuka matanya.“Reksa, kau sudah pulang? Maaf aku ketiduran,” ucap Elmira.“Iya, baru saja.” “Kau sudah makan malam? Jam berapa ini, akan aku siapkan dulu.” Elmira bergerak hendak turun dari ranjang namun dicegah oleh Reksa.“Tidak perlu, ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kita tidur saja, aku juga sudah sangat lelah,” ucap Reksa.“Baiklah,” sahut E
Orangtua Andini menyambut kedatangan Reksa dan juga Andini dengan penuh rasa bahagia sebab mereka juga sangat merindukan Andini dan juga Reksa tapi ada hal ganjil yang membuat mereka bertanya-tanya, mereka tak melihat kedua cucu perempuan mereka ikut pulang ke rumah mereka ini.“Ayah, Ibu.” Andini langsung berhambur ke pelukan orangtuanya.“Andini, Reksa?! Ibu merasa senang sekali melihat kalian datang ke sini. Ibu juga sudah sangat rindu dengan kalian. Oh iya, di mana dua cucu Ibu? Sabrina dan Edrea?” tanya Siva.Andini menatap Reksa karena ia tak memiliki jawaban yang bagus. Bahkan saat ini Andini merasa takut jika orangtuanya menyalahkannya setelah mendengar cerita dari Reksa tentang semua yang sudah ia perbuat di rumah mertuanya.“Kali ini kami tak bisa mengajak Sabrina dan Edrea ke mari, Ibu. Mungkin lain kali Sabrina akan berkunjung ke sini,” ucap Reksa.“Begitukah? Baiklah, ayo masuk. Kalian pa
Reksa membaringkan Andini di atas ranjangnya, setelah itu ia keluar dai kamar Andini. Ia berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri Yasinta dan Elmira.“Aku akan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Edrea dan Sabrina,” ucap Reksa.“Kak Rose sudah menghubungiku agar kita tak khawatir. Edrea dan Sabrina baik-baik saja dan sebentar lagi mereka akan pulang dari rumah sakit,” ucap Elmira.“Begitukah? Syukurlah,” gumam Reksa. Ia mendudukan tubuhnya di sofa samping Elmira.“Minumlah dulu tehmu,” ucap Elmira.“Iya.” Reksa mengambil cangkir di atas meja lalu sedikit meneguk teh hangatnya.Semuanya terjadi begitu cepat dan tiba-tiba. Meskipun Reksa sudah tahu kebusukan Andini dari mulut Elmira dan Margi tapi ia pun tetap tak menyangka jika Andini benar-benar setega itu. Andini bahkan tak memperdulikan nyawa Edrea yang bisa saja melayang jika saja ia terlambat untuk menyelamatkan.
Andini berlari mendekati kolam renang. Dengan panik ia melihat Sabrina yang masuk ke dasar kolam. Ia tahu jika Sabrina bisa berenang, tapi ini adalah kecelakaan dan mungkin saja putrinya akan tenggelam.“Sabrina!” Dengan panik Andini melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan Sabrina.‘Byuurrr’Semua orang yang mendengar teriakan Sabrina dan Andini berlarian keluar dari rumah. Mereka melihat Andini yang tengah berenang menghampiri Sabrina.“Sabrina?! Sabrina!” seru Reksa panik seraya melihat ke arah kolam.Sama halnya dengan Reksa, Elmira, Yasinta, Rose dan Malik j