[Kota Acela]
Ellia menelusuri jalanan utama Kota Acela. Tanpa memakai atribut yang bisa dikenali pada penampilan luarnya, Ellia benar-benar membaur dengan kerumunan.
Semua karena jubah coklatnya, jubah yang secara fisik terlihat biasa saja telah berhasil menutupi identitas aslinya.
Akan tetapi, jubah ini sebenarnya adalah item spesial dan masuk kedalam kelas item grade Unique. Grade yang cukup tinggi.
Fitur spesialnya adalah menutupi identitas pemakainya. Di dalam game, jubah ini sering digunakan oleh mereka para PK Player (Player Killing).
Dengan mengenakan jubah ini, mereka para PK Player akan leluasa melakukan terrornya tanpa harus khawatir akan indentitasnya diketahui.
Sulitnya mendapatkan 'Camuflage Robe' ini, membuat item ini dihargai dengan harga yang cukup mahal. Dan fitur spesial yang mendukungnya, telah membuatnya menjadi item yang paling diincar oleh para player, terutama anggota guild.
Meski begitu, percuma rasanya
Malam itu kelompok Ruiness bersama-sama pergi ke guild hunter, untuk menyelesaikan formalitas dan menerima imbalan dari perkerjaan tersebut. Guild Hunter memprosesnya dengan cepat, mereka menyerahkan imbalan tanpa waktu yang lama, dan hadiah itu sesuai dengan yang ditawarkan. "Scar, ini dia... Sesuai dengan perjanjian kita, dengan begini semuanya sudah beres." Elion menyerahkan seluruh imbalan itu kepada Scarra. Meski jumlahnya tidak seberapa, Scarra tetap menerimanya sebagaimana semua orang melakukannya. "Itu sangat keren. Berkeja sama denganmu sangat menakjubkan. Seharusnya kamu memiliki kelompokmu sendiri, dengan kekuatanmu aku yakin, kamu akan mendapatkan orang-orang kuat di kelompokmu dan menjadi terkenal." Menghadapi Saran dari Balbou, Scarra mengangguk tersenyum. Itu memang rencana yang sempat terlintas di benaknya. Mendengar sarannya membuat Scarra memunculkan kembali hasratnya. "Kalau begitu, sampai jumpa lagi. Maaf sudah meny
Scarra bangun lebih awal dari biasanya dan pergi menuju ke ruang kerja sendirian. Yuki dan Mumu masih di tempat tidur, tetapi mereka mungkin akan terbangun setengah jam lagi. Dengan asumsi mereka akan sarapan bersama. Duduk di tempat yang akan menjadi ruangan pribadinya, Scarra merenung. Perkataanya semalam membuatnya berfikir. Semua orang yang dia temui sejauh ini, apa mereka seorang NPC? Tapi jawaban yang paling meyakinkan sepertinya memang seorang NPC. Itu bisa dilihat dari cara mereka membawa barang-barang dan perlengkapan mereka. Saat di Desa Nara contohnya, mereka mengangkut semua Cray Stone yang mereka dapatkan dengan gerobak kuda yang mereka sewa. Mereka sama sekali tidak menyimpanya di dalam ruang inventori, fitur yang paling umum yang tidak mungkin tidak diketahui oleh setiap player. Dan apa yang terjadi dengan dunia ini, dia tidak tahu. Karena magic dan jenis skill dari Crown Island bisa digunakan disini, membuatnya bisa dia
[Storage Hall Service] Ruang penyimpanan nomor #100 milik Scarra telah dipenuhi dengan banyak item yang berbeda, hingga bahkan hampir kehabisan tempat. Selain terdapat meja dengan tujuh kursi yang melingkar, ada pula jubah, armor, senjata dari tongkat hingga pedang terlihat memenuhi ruangan itu. Mereka bisa menemukan berbagai equipment dan item di sini. Dengan membunuh monster-monster di Crown Island, kristal data akan dijatuhkan. Kristal-kristal ini bisa ditempelkan ke item setelah itu dan bermacam-macam item original bisa dibuat dengan cara ini. Jika ada item hebat dijual, banyak orang tidak bisa menahan diri untuk membelinya. Sebagai hasilnya, begitulah keadaan ruangan ini jadinya. Siapapun yang melihat ruangan ini pasti akan terkejut, begitu pula dengan Yuki dan Mumu yang seketika histeris saat memasuki ruangan ini. Mumu bahkan hampir pingsan dibuatnya. "Gila! Darimana kamu mendapatkan semua ini?!" Mumu tercengang. "Kenapa?
Salam para reader, ada 4 karakter yang belum author beri nama untuk di tampilkan di episode selanjutnya. Author ingin meminta saran dan idenya dari para reader sekalian, untuk dijadikan nama karaker di dalam cerita. Jika punya saran untuk nama yang bagus, bisa kalian cantumkan atau post di komen halaman depan novel yah~ Oh ya, maaf jika up episodenya selalu delay yah. Kebetulan ada kesibukan yang menghambat Author dalam penulisan, bisa disebut musibah sih, tapi do'a kan saja yah semoga semuanya dapat kembali baik-baik saja. Amiin. Jangan lupa tinggalkan komen dan rating yang positif yah, agar Author semakin dan terus bersemangat dalam menulis novel ini.
Dengan didampingin 4 Hunter di belakangnya, Scarra tiba di serikat Guild Hunter. Di sudut pandangannya, Scarra bisa melihat Rigen, Tsuhira dan Maggie berkumpul di salah satu sudut ruangan. Equipment yang mereka kenakan terlihat biasa saja, sama dengan yang mereka kenakan ketika di ujian hunter. Namun yang paling menarik perhatian adalah terlihatnya 4 hunter yang mendapingi mereka dari belakang. Mungkinkah mereka para utusan seperti Lee Sun dan mendapatkan pesan dari Kousei sama seperti dirinya? Itulah yang timbul di benak Scarra ketika dia melihatnya. Scarra mencoba sebaik mungkin untuk tidak berasumsi liar, jadi dia pelan-pelan mendekat dan mengarahkan tatapannya kepada mereka yang sedang berdiskusi. Sampai kemudian, Maggie mulai menyadari kehadirannya. "Scarr, apa yang kamu lakukan di sini? Apa jangan-jangan... Kamu mendapatkan pesannya juga?" Pertanyaannya mengacu kepada kehadirannya di sini. "Apa pesan maksudmu adalah untuk menemui Kousei?
Atmosfir ruangan berubah menjadi mencekam. Dengan raut wajah yang serius, para petinggi tidak melepaskan pandangannya di antara Scarra dan Kousei. Perlahan, tangan Kai menggapai senjatanya. Begitupun dengan yang lainnya. Mereka merasakan sebuah ancaman, dan pikirannya jatuh kepada dua pertanyaan, diserang atau menyerang. Akan tetapi, besarnya pengalaman telah membuat mereka lebih tenang. Dalam situasi ini mereka paham, kesalahan sekecil apapun akan dapat menimbulkan mala petaka. Mereka tidak boleh gegabah, segala kemungkinan harus mampu diperhitungkan dengan cukup cermat, jika tidak, serahkanlah kepada yang lebih mampu. Dalam kasus ini adalah Kousei, dan itulah yang sedang mereka lakukan. Dalam situasi yang begitu tegang, sebuah pertanyaan muncul. Dengan suara yang datar dan tak bernada, Scarra berbicara, "Apa kalian player?" Semuanya terdiam dan saling melirik, mereka tidak memahami maksud dari pertanyaan tersebut. Melihat dari respon
"Jaga diri kalian, kabari aku jika sudah kembali!" "Baiklah," Rigen memindahkan pandangannya ke sisi yang lain. "Scarra, Maggie, Kita berpisah di sini." "Kembalilah dengan selamat", adalah kata yang tepat yang Maggie ucapkan untuk menggambarkan kengerian hutan terlarang, sekaligus kalimat yang tepat untuk menutup perpisahan singkat ini. "Kalau begitu, kami pergi!" Dua kereta kuda berpisah dan berkendara menjauhi dinding kota. Desa Sehan dan Desa Ashura memiliki rute yang berbeda dan itu membuat mereka harus berpisah lebih cepat. Dalam perjalanan ini, masing-masing kelompok telah difasilitasi dengan satu kereta militer. Dua kuda yang kuat sudah lebih dari cukup untuk menarik kereta besar berkapasitas empat penumpang ini. Dalam perjalanannya, area sekeliling cukup terang, disinari oleh matahari yang terang dan besar yang menggantung di langit... Meskipun begitu, ini tidak seperti biasanya. Dikatakan bahw
Melihat semak-semak yang bergoyang meski tanpa tiupan angin membuat Renka menyadari sesuatu. Dia yang berada di sisi kanan lantas berpindah tempat menghampiri Lee Sun, Renka mengutarakan firasat buruknya. "Ada yang tidak beres." "Aku sudah tahu." Lee Sun dan yang lainnya ternyata sudah menyadarinya lebih awal, kenyataan bahwa mereka tengah diikuti. Pergerakannya yang menjadi lebih aktif membuat mereka merasakan ancaman, dan memaksa mereka untuk mengambil tindakan. Lee Sun menghentikan laju keretanya, sambil kemudian melirik ke arah Gion. Lee Sun menunjuk dengan dagunya, memberi tanda kepada Gion untuk bersiap. Gion lantas melompat dari kereta dan berjalan perlahan ke arah depan. Dia adalah seorang Guardian, tentu dia harus menjadi garda terdepan dalam menghadapi sebuah ancaman. Tangan kirinya meraih perisai di punggungnya, dan tangan kanannya yang memegang tombak dia hentakan ke tanah, itu adalah postur yang menandakan siap untuk berte
Dalam pertarungan ini, Charles harus mengakui bahwa Maggie memiliki beberapa insting bertarung yang baik, pola serangan yang dibangunnya telah membuat jarak di antara mereka tetap terjaga. Dengan kata lain, cukup sulit untuk bisa menyerang dan mendekatinya. Tapi, Charles adalah orang yang lebih baik dalam hal teknik dan juga insting. Tidak melakukan apa-apa selain bertahan dan menghindar telah memberinya sedikit ruang untuk berfikir, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Dalam beberapa kesempatan, Charles mencoba membiarkan beberapa bagian tubuhnya terkena serangan. Dia mencoba merasakan kekuatan dari serangan itu dan menganalisanya lebih dalam untuk sementara waktu. Hasilnya, Charles menyadari bahwa meskipun kemampuan Maggie dalam menyerang cukup tinggi, dia seperti tidak menggunakan kemampuannya secara maksimal. Itu mungkin dia masih menyimpan kekuatannya untuk moment tertentu atau mungkin dia memang selemah itu. "Lebih baik aku mengujinya." Charles menyerang balik dengan kapak
Zissa mengambil posisi, dia menghunuskan senjatanya dan mengayunkannya ke atas secara perlahan. Posisinya sudah siap untuk melakukan tebasan terakhir. Di tempat lain, Aldea telah sepenuhnya dikuasai oleh rasa takutnya. Tubuhnya gemetar, giginya berderit dan matanya begitu rapat tertutup. Dia ingin lari. Dia benar-benar ingin meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, rasa ketakutan yang amat tinggi telah menghalangi aliran gelombang saraf dari otaknya, sehingga membuat kedua kakinya terasa berat untuk digerakan. Seperti kaku, sepenuhnya kaku. Di tengah rasa ketakutan yang amat itu, sebuah suara muncul. Itu sangat dekat. Suara itu benar-benar dekat. Itu tepat di hadapannya. Mendengarnya membuat sekujur tubuhnya seketika merinding. "Jangan khawatir... Aku tidak akan membunuhmu. Setidaknya, tidak untuk sekarang." Charles mengepalkan tangannya, mengayunkannya dengan pasti untuk menghilangkan kesadaran Aldea. Namun sebelum itu terjadi... "Sekarang!!!" Slebb... Slebb... Slebb... T
Kulit kepalanya mungkin terbelah dari pukulan kuat saat darah mulai menetes ke wajahnya. Meskipun Splash telah menahan rasa sakit dengan salah satu kemampuannya, hanya dengan menggerakan wajahnya saja sudah cukup untuk membuat rasa sakit mengalir deras ke seluruh tubuhnya, membuatnya pusing. Sambil mempertahankan posisinya, seperti siap untuk menangkis serangan yang datang dengan senjata yang dihunuskan sebagai perisainya, Splash mencoba untuk bangkit. Splash mengenakan armor yang dikenal orang dengan nama Silver Tail Wind -Rare Grade Item. Meskipun begitu, dia masih menerima cukup banyak damage dan membuat kakinya kesulitan untuk berdiri. Sudah lama sejak dia terluka sedemikian rupa. Sementara dia bangkit, salah satu tangannya yang gemetar -bukan karena rasa takut melainkan rasa sakit yang luar biasa- mencoba meraba kantong di pinggangnya, dia menggambil satu botol potion penyembuh dan lalu meminumnya. Meski masih jauh dari kata menyembuhkan sepenuhnya, tapi itu cukup baik sebaga
"Tidak ada pilihan lain." Lorion menurunkan Aldea dan kemudian menghunuskan dua kapaknya seraya berkata, "Putri, kami akan menahannya. Larilah jika ada kesempatan!" "Tentu kau mengenalku, Lorion... Aku tidak akan pernah meninggalkan teman-temanku... Jika itu harus mati, kita akan mati bersama!" Balas Aldea seraya bersiap. Meski sedikit kecewa dengan tingkah Aldea yang keras kepala, tapi setidaknya jawaban dari Aldea telah membangkitkan semangat dan juga harapan mereka. Dengan hadirnya Aldea, keselamatan dan harapan hidup mungkin akan sedikit lebih meningkat. Tetapi semua itu terasa sia-sia jika mengetahui kesenjangan yang luar biasa dalam tingkat kekuatan mereka. Meski mereka tahu bahwa kematian adalah akhir dari takdir mereka, tapi itu tidak lantas membuat mereka menyerah. Setidaknya mereka telah berjuang bersama-sama dengan harapan yang tumbuh di hati mereka. Senyuman mulai terekspresikan di wajah mereka, seperti hendak melakukan sesuatu yang tidak akan pernah mereka sesali. "
Di atas ketinggian Scarra menatap pepohonan yang terbentang jauh ke utara, dia menatap dengan angin yang berkecambuk di sekelilingnya. "Hutan terlarang... The Great Sea of Trees." Scarra memejamkan matanya dan menghayati suara alam di malam itu, "Seperti nostalgia." Karena malam hari dan dalamnya tanaman hijau yang membentang di bawahnya, semuanya tampak seperti dicat hitam. Namun meski begitu, dengan vision yang dimilikinya meski itu jauh di tengah hutan Scarra telah menemukan dua hal menarik. Salah satunya adalah danau berbentuk bulan sabit yang seingatnya adalah lokasi dimana desa kaum Elf berada. Dia dapat menemukannya relatif cepat karena ukurannya yang besar. Mendapati hal itu, beberapa pertanyaan mulai berkecambuk di pikirannya. Saat semuanya masih di dalam game, Ras Elf merupakan Ras yang sejajar dengan ras lain seperti halnya Ras Demon (Iblis), Ras Demi-Demon (Setengah Iblis), Ras Demi-God (Setengah Dewa), Ras Demi-Human (Monster setengah Manusia), dan Ras Dragon (Ras Na
Setelah Menyuruh Mumu dan Yuki mempersiapkan perbekalan perjalanan mereka, Scarra bersandar di dinding, dengan tatapan kosong Scarra menatap langit-langit sambil sesekali melirik memo pad kecil di tangannya. Aku harus memastikannya! Apa yang tertulis di atasnya adalah beberapa petunjuk dan ciri-ciri tentang anggota XGuard. Scarra mencatatnya, dia mencatat semua yang telah dijelaskan dan digambarkan oleh Izumi, termasuk simbol X yang merupakan simbol dari kelompok tersebut. Apa yang membuatnya menjadi sedikit frustasi adalah simbol yang tergambar di memo pad kecil itu, adalah simbol yang sama dengan yang digunakan oleh guildnya dahulu. Meski mencoba untuk tetap tenang dengan tidak menceritakannya kepada Mumu dan Yuki, tetap saja Scarra harus mengakui bahwa banyak lubang yang tiba-tiba muncul dalam skenario yang telah dipikirkannya. Mendapati sesuatu yang berasal dari Crown Island sedikitnya telah memperkuat harapannya, harapan bertemu dengan player lain atau mungkin lebih dari itu.
Dua jam berlalu, dan selama itu tidak terdengar sedikitpun suara dari dalam bangunan. Kerahasiaan akan informasi sepertinya cukup terjaga. Tidak berselang lama pintu guild mulai bergerak, seseorang mencoba membukanya dari dalam. Saat pintu itu terbuka, yang pertama keluar adalah Scarra lalu disusul dengan Izumi dibelakangnya. Dua petualang yang ditempatkan di luar untuk berjaga seketika mengambil posisi terbaiknya, mereka menurunkan pandangannya dan memberikan rasa hormatnya. Saat itu posisi matahari sudah cukup tinggi, cahayanya menjadi terasa cukup menyilaukan saat mereka keluar dari bangunan tersebut. Butuh beberapa detik untuk mata dapat beradaptasi dengan keadaan, semuanya -kecuali Scarra- merasakan hal yang sama. Dengan mata yang masih beradaptasi Izumi mempercepat langkah kakinya, menempatkan dirinya tepat berada di sebelah Scarra. "Katakan saja apa yang anda butuhkan. Kami dengan senang hati akan membantu menyiapkannya." "Jangan terlalu kaku! Kita berada di tingkat yang
Koichi yang mendengar permintaan itu sementara meringis. Mencoba memutar otaknya. Izumi, dengan ekspresi masam yang sama di wajahnya, menjawab. "XGuard, ya... Aku tidak begitu yakin kelompok itu benar-benar ada. Tapi, baiklah. Perlu ditekankan, ini tidak lebih dari sebuah rumor, saya harap anda mengerti." "Jelaskan saja!" Sambil menghela nafas, Izumi menjelaskan. XGuard adalah nama dari sebuah organisasi rahasia, mereka bergerak di dalam bayangan dan tidak terafiliasi dengan aliansi manapun. Bahkan sampai saat ini tujuan dan identitas dari para anggotanya tidak pernah diketahui. Sebagian orang berpendapat, kelompok ini sengaja diciptakan oleh salah satu dari tujuh aliansi besar. Tujuannya, mungkin menciptakan konflik, konspirasi, atau sesuatu yang dilarang demi keuntungan aliansi tersebut. Namun pendapat itu telah terpatahkan, oleh adanya pertemuan tujuh aliansi besar di Valhalla beberapa tahun silam. Entah apa yang telah diperbuat oleh kelompok ini, rumor akan kehadirannya sek
Ada empat belas orang di ruangan itu. Ruangan yang kecil, cukup untuk dapat mendengar apa-apa yang orang bicarakan tanpa mengatur suarannya. Scarra, Maggie, Izumi dan Koichi berada di meja yang sama. Sedangkan yang lainnya berada di meja yang terpisah. Di sisi lain, para pelayan terlihat begitu gugup. Tamu penting dengan misi khusus datang dan menyambangi tempat mereka. Seperti seorang pelajar memasuki ruang kelas yang salah dan tersadar sesaat setelah kelas dimulai, terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa adalah hal yang sudah sewajarnya. Daripada memikirkan sikap apa yang harus mereka tunjukan, para pelayan itu lebih memilih untuk menyiapkan makanan sesegera mungkin. Dan dari apa yang mereka lakukan telah menunjukkan bahwa mereka tidak terbiasa atau lebih tepatnya tidak terlatih untuk sesuatu yang formal. Dengan tangan sedikit bergertar, bir dan makanan ringan mulai dihidangkan. Makanan terbaik yang mereka miliki. Suara keramik beradu dari piring yang bergetar dan bunyi yan