Leighton dapat melihat bahwa Borish ini adalah orang yang akan membunuh tanpa berkedip.Tapi Leighton masih mengumpulkan keberaniannya dan berdiri, Bos Palequin tidak bisa mati begitu saja, bagaimanapun dia ini sudah anggap dirinya sebagai ayah mertuanya sendiri."Apa namamu Leighton?"Borish menatap Leighton dan bertanya.Leighton mengangguk dan menatap Borish itu dengan heran, "Kamu tahu aku?"“Aku tidak tahu, tapi aku baru saja berjanji pada seseorang bahwa aku tidak akan membunuhmu.” Ketika Borish berbicara, ada sedikit ketakutan dan keengganan di matanya, tapi itu hanya sekilas."Tolong lepaskan aku, jangan ganggu pekerjaanku."Borish itu menggelengkan kepalanya ke arah Leighton, artinya memberi tahu Leighton untuk tidak mencampuri urusannya.Tapi Leighton menelan ludahnya dan berkata, "Mari kita buat kesepakatan harga."“Apa maksudmu?” Borish tertegun sejenak, memandang Leighton, dan kemudian tertawa, “Leighton, apa maksudmu, minta aku untuk menetapkan harga? Kamu tidak bermaksud
Geraldine masuk ke mobil Reagen dengan keengganan di wajahnya.Lagi pula, dia juga tidak akrab dengan Reagen, jadi dia berkata dengan dingin ketika dia masuk ke dalam mobil, "Leighton memintaku untuk menumpang di mobilmu."Reagen mengangguk dan bertanya dengan ragu, "Jadi, bos akan memberikan bar itu ke Borish?"Ketika Geraldine mendengar ini, dia menatap Reagen dengan kaget, "Sialan, apa kamu ini manusia setengah dewa?"“Bagaimana kamu bisa tahu?” Geraldine bertanya pada Reagen dengan tidak percaya.Lagi pula, memang itu yang baru saja terjadi, Geraldine sedikit bingung, bagaimana Reagen bisa tahu?Reagen menunjuk ke teleskop di kursi penumpang, "Aku melihatnya."“Lihat?” Geraldine menatap Reagen dengan lebih bingung, dan tak mengerti.Reagen tertawa, tentu saja dia tidak memberi tahu Geraldine bahwa dia tahu bahasa bibir.Reagen menyalakan mobil dan mengikuti Borish."Menurutku, ya, bosmu itu terlalu boros. Bukankah dia sudah punya pacar bernama Sheila? Kenapa ada Joan lagi, dan bahk
Pada saat ini, pintu kaca bar tampak terkunci di dalam.Jam kerja bar adalah dari pukul 20.00 hingga 06.00, yang berarti bar baru saja tutup.Leighton pergi dan menepuk pintu kaca selama lebih dari satu menit sebelum orang yang dikenalnya, mengenakan celana pendek, datang untuk membuka pintu."Si*lan, siapa, sih itu? Kenapa dia mengetuk pintu setelah bar barusan tutup. Apa ini orang yang lupa meninggalkan barangnya di bar setelah minum terlalu banyak?" Orang yang akrab ini secara alami adalah Peter. Peter yang masih belum sadar segera berlari untuk membuka pintu. Dengan marah, dia menanyai Leighton dan Borish."Lihat ke atas dan lihat siapa aku," kata Leighton sambil tersenyum.Mendengar suara yang akrab ini, Peter segera menggosok matanya dan menatap Leighton dengan ekspresi gembira, "Si*lan, Tuan Peltz, kamu kembali rupanya.""Si*lan, kenapa sekarang kamu memanggilku Tuan Muda Peltz? Kenapa aku belum melihatmu selama beberapa hari setelah berpisah denganku? Atau kamu sudah tidak bern
Brian baru membuka matanya, dan matanya menatap dengan dingin.Dia langsung melompat bangkit, dan tubuhnya penuh dengan aroma alkohol."Guru." Peter memanggil ketika dia melihat Brian.“Siapa pria kurus ini? Apa dia juga pelayan di bar ini?” Melirik Brian itu, Borish menunjukkan ekspresi jijik.Kemudian, dia menunjuk ke Brian, "Orang ini pasti sedang mabuk, lihat dia masih membawa botol anggur. Sekilas, memang dia terlihat seperti orang mabuk. Orang ini seperti dia ini nggak seharusnya ada di bar.""Orang ini benar-benar sulit diatur, bagaimana bisa staf ini benar-benar berani mencuri anggur dari bar. Lihat anggur di meja itu, dia yang meminumnya, kan? Menurutku, ya, Tuan Peltz, kamu ini benar-benar tidak bisa jadi bos, kamu terlalu memanjakan stafmu sampai seperti inikah?” Borish memandang Brian dan bertanya kepada Leighton.Begitu Borish selesai berbicara, mata Brian menyusut, dan kemudian senyum main-main muncul di sudut mulutnya, "Siapa kamu? Itu suka-suka aku mau ngelakuin apa, i
Pelayan bar?Borish menatap Brian dengan wajah ngeri, dan sangat ketakutan.Seorang bartender kecil dengan keahlian menembak dan keterampilan bertarung yang bagus, siapa yang akan percaya.“Ingat apa yang aku katakan tadi, kan?” Brian memandang Borish itu dan tersenyum.Alis Borish tampak terpelintir menjadi satu. Tentu saja dia ingat, Brian tadi baru saja mengatakan bahwa jika dia tidak pergi setelah hitungan ketiga, maka dia akan mematahkan kakinya dan membuat mulutnya akan penuh dengan rontokan giginya."Apa kamu tahu siapa aku? Aku orang Segitiga Em ...."Sebelum Borish selesai berbicara, Brian berpura-pura menarik pelatuk dan berkata, "Oke, jangan lapor ke orang rumahmu untuk menakutiku, aku ini pengecut.""Lagi pula, aku ini hanya seorang pelayan kecil. Aku tidak akan mengenal siapa pun yang kamu ceritakan padaku. Aku menyarankan kamu untuk nggak menyia-nyiakan kata-katamu, oke?"Ada sedikit keputusasaan di wajah Borish saat ini, dan dengan pistol di kepalanya, tidak peduli siapa
"Aku pernah menonton film ketika masih kecil, dan aku ingat ada kalimat yang bilang begini. Pria itu berkata, jika kamu disuruh membunuh seluruh keluargamu, maka kamu harus membunuh seluruh keluargamu. Tentu saja, aku nggak seburuk itu, tapi aku jujur seperti dia, lagi pula semua orang itu hanya untuk dipermainkan. Apakah orang tersebut punya keteguhan hati. Ayo, kalau begitu buka mulutmu dan biarkan aku melihat apa kamu masih punya gigi? Jika kamu sudah nggak punya gigi, maka kita akan mengakhiri ini. Kalau masih ada, uhm, maka aku harus menghajarmu, sebenarnya aku juga nggak ingin memukulmu, tapi jika aku nggak memukulmu, tanganku akan terasa sakit sekali."Seperti yang dikatakan Brian, dia lalu menjabat tangannya dan berkata, "Uhm, rasa sakitnya sangat panas, itu membuatku kesakitan setengah mati.""Peter, apa kamu masih memiliki koyok panas yang kamu beli beberapa hari yang lalu? Cepat ambilkan aku dua lembar. Aku merasa tanganku ini akan mati rasa." Kata Brian memandang Peter de
Nama besar Raksasa, Borish telah sudah lama terdengar.Tiga tahun yang lalu, Raksasa layaknya seorang pembunuh berdarah dingin, telah membunuh banyak orang. Bahkan ada pepatah di ibu kota provinsi, yang mengatakan bahwa ‘melihat Raksasa berarti melihat Raja Neraka’, jadi Borish tahu ini bukanlah isapan jempol belaka.Borish berpikir bahwa dengan identitasnya, dia bisa menakuti Raksasa, atau membuat Raksasa merasa sedikit takut, tapi siapa sangka, Raksasa tidak memilikinya sama sekali, dan bahkan ingin Brian membunuhnya.Borish lalu menelan ludahnya dan berkata, "Jika nggak ada yang bisa dilakukan untuk itu, tutup saja teleponnya."“Kenapa? Apa kamu nggak berencana untuk menyelesaikan hal ini dengan kami?” Raksasa mencibir di ujung telepon.Borish tidak berani berbicara, dia ingin kembali ke kelompok organisasinya dulu, lalu membuat rencana.Dia yakin bahwa dia telah bekerja keras untuk organisasinya ini selama bertahun-tahun, dan berpikir bahwa organisasinya pasti akan membawakan kemen
"Jangan membebankan semuanya ke dirimu sendiri. Kita ini sudah seperti keluarga besar. Kalau kamu tidak takut, ayahku juga tidak takut ... jika seseorang sendirian, dia akan selalu lemah. Kamu harusnya mengerti apa yang aku katakan, kan?""Borish sudah mati, masalah ini tidak akan pernah bisa diselesaikan seperti ini saja. Mungkin seseorang akan datang ke bar untuk mencari gara-gara, atau begini saja ... kamu bisa pergi ke resor untuk bersembunyi?"Leighton bertanya dengan nada ragu. Lagi pula, di balik Borish ini, ada organisasi besar yang tersembunyi. Leighton tidak bisa membayangkan seberapa besar dan kuat organisasi ini.Tapi organisasi yang bisa membuat Reagen dan ayahnya ketakutan bukanlah sesuatu yang bisa ditangani Brian, kan?Meskipun keahlian menembak Brian sangat bagus, keahlian bela dirinya hanya sebanding dengan Bolton.Itu sebabnya Leighton menanyakan pertanyaan ini.Brian sedikit mengernyit, jelas sedikit tidak senang, "Bos, memang ada apa, sih? Bagiku ini, kan cuma orga