Pada saat ini, pintu kaca bar tampak terkunci di dalam.Jam kerja bar adalah dari pukul 20.00 hingga 06.00, yang berarti bar baru saja tutup.Leighton pergi dan menepuk pintu kaca selama lebih dari satu menit sebelum orang yang dikenalnya, mengenakan celana pendek, datang untuk membuka pintu."Si*lan, siapa, sih itu? Kenapa dia mengetuk pintu setelah bar barusan tutup. Apa ini orang yang lupa meninggalkan barangnya di bar setelah minum terlalu banyak?" Orang yang akrab ini secara alami adalah Peter. Peter yang masih belum sadar segera berlari untuk membuka pintu. Dengan marah, dia menanyai Leighton dan Borish."Lihat ke atas dan lihat siapa aku," kata Leighton sambil tersenyum.Mendengar suara yang akrab ini, Peter segera menggosok matanya dan menatap Leighton dengan ekspresi gembira, "Si*lan, Tuan Peltz, kamu kembali rupanya.""Si*lan, kenapa sekarang kamu memanggilku Tuan Muda Peltz? Kenapa aku belum melihatmu selama beberapa hari setelah berpisah denganku? Atau kamu sudah tidak bern
Brian baru membuka matanya, dan matanya menatap dengan dingin.Dia langsung melompat bangkit, dan tubuhnya penuh dengan aroma alkohol."Guru." Peter memanggil ketika dia melihat Brian.“Siapa pria kurus ini? Apa dia juga pelayan di bar ini?” Melirik Brian itu, Borish menunjukkan ekspresi jijik.Kemudian, dia menunjuk ke Brian, "Orang ini pasti sedang mabuk, lihat dia masih membawa botol anggur. Sekilas, memang dia terlihat seperti orang mabuk. Orang ini seperti dia ini nggak seharusnya ada di bar.""Orang ini benar-benar sulit diatur, bagaimana bisa staf ini benar-benar berani mencuri anggur dari bar. Lihat anggur di meja itu, dia yang meminumnya, kan? Menurutku, ya, Tuan Peltz, kamu ini benar-benar tidak bisa jadi bos, kamu terlalu memanjakan stafmu sampai seperti inikah?” Borish memandang Brian dan bertanya kepada Leighton.Begitu Borish selesai berbicara, mata Brian menyusut, dan kemudian senyum main-main muncul di sudut mulutnya, "Siapa kamu? Itu suka-suka aku mau ngelakuin apa, i
Pelayan bar?Borish menatap Brian dengan wajah ngeri, dan sangat ketakutan.Seorang bartender kecil dengan keahlian menembak dan keterampilan bertarung yang bagus, siapa yang akan percaya.“Ingat apa yang aku katakan tadi, kan?” Brian memandang Borish itu dan tersenyum.Alis Borish tampak terpelintir menjadi satu. Tentu saja dia ingat, Brian tadi baru saja mengatakan bahwa jika dia tidak pergi setelah hitungan ketiga, maka dia akan mematahkan kakinya dan membuat mulutnya akan penuh dengan rontokan giginya."Apa kamu tahu siapa aku? Aku orang Segitiga Em ...."Sebelum Borish selesai berbicara, Brian berpura-pura menarik pelatuk dan berkata, "Oke, jangan lapor ke orang rumahmu untuk menakutiku, aku ini pengecut.""Lagi pula, aku ini hanya seorang pelayan kecil. Aku tidak akan mengenal siapa pun yang kamu ceritakan padaku. Aku menyarankan kamu untuk nggak menyia-nyiakan kata-katamu, oke?"Ada sedikit keputusasaan di wajah Borish saat ini, dan dengan pistol di kepalanya, tidak peduli siapa
"Aku pernah menonton film ketika masih kecil, dan aku ingat ada kalimat yang bilang begini. Pria itu berkata, jika kamu disuruh membunuh seluruh keluargamu, maka kamu harus membunuh seluruh keluargamu. Tentu saja, aku nggak seburuk itu, tapi aku jujur seperti dia, lagi pula semua orang itu hanya untuk dipermainkan. Apakah orang tersebut punya keteguhan hati. Ayo, kalau begitu buka mulutmu dan biarkan aku melihat apa kamu masih punya gigi? Jika kamu sudah nggak punya gigi, maka kita akan mengakhiri ini. Kalau masih ada, uhm, maka aku harus menghajarmu, sebenarnya aku juga nggak ingin memukulmu, tapi jika aku nggak memukulmu, tanganku akan terasa sakit sekali."Seperti yang dikatakan Brian, dia lalu menjabat tangannya dan berkata, "Uhm, rasa sakitnya sangat panas, itu membuatku kesakitan setengah mati.""Peter, apa kamu masih memiliki koyok panas yang kamu beli beberapa hari yang lalu? Cepat ambilkan aku dua lembar. Aku merasa tanganku ini akan mati rasa." Kata Brian memandang Peter de
Nama besar Raksasa, Borish telah sudah lama terdengar.Tiga tahun yang lalu, Raksasa layaknya seorang pembunuh berdarah dingin, telah membunuh banyak orang. Bahkan ada pepatah di ibu kota provinsi, yang mengatakan bahwa ‘melihat Raksasa berarti melihat Raja Neraka’, jadi Borish tahu ini bukanlah isapan jempol belaka.Borish berpikir bahwa dengan identitasnya, dia bisa menakuti Raksasa, atau membuat Raksasa merasa sedikit takut, tapi siapa sangka, Raksasa tidak memilikinya sama sekali, dan bahkan ingin Brian membunuhnya.Borish lalu menelan ludahnya dan berkata, "Jika nggak ada yang bisa dilakukan untuk itu, tutup saja teleponnya."“Kenapa? Apa kamu nggak berencana untuk menyelesaikan hal ini dengan kami?” Raksasa mencibir di ujung telepon.Borish tidak berani berbicara, dia ingin kembali ke kelompok organisasinya dulu, lalu membuat rencana.Dia yakin bahwa dia telah bekerja keras untuk organisasinya ini selama bertahun-tahun, dan berpikir bahwa organisasinya pasti akan membawakan kemen
"Jangan membebankan semuanya ke dirimu sendiri. Kita ini sudah seperti keluarga besar. Kalau kamu tidak takut, ayahku juga tidak takut ... jika seseorang sendirian, dia akan selalu lemah. Kamu harusnya mengerti apa yang aku katakan, kan?""Borish sudah mati, masalah ini tidak akan pernah bisa diselesaikan seperti ini saja. Mungkin seseorang akan datang ke bar untuk mencari gara-gara, atau begini saja ... kamu bisa pergi ke resor untuk bersembunyi?"Leighton bertanya dengan nada ragu. Lagi pula, di balik Borish ini, ada organisasi besar yang tersembunyi. Leighton tidak bisa membayangkan seberapa besar dan kuat organisasi ini.Tapi organisasi yang bisa membuat Reagen dan ayahnya ketakutan bukanlah sesuatu yang bisa ditangani Brian, kan?Meskipun keahlian menembak Brian sangat bagus, keahlian bela dirinya hanya sebanding dengan Bolton.Itu sebabnya Leighton menanyakan pertanyaan ini.Brian sedikit mengernyit, jelas sedikit tidak senang, "Bos, memang ada apa, sih? Bagiku ini, kan cuma orga
Pria berkamuflase itu tampak mengemudi, dan wanita itu secara otomatis duduk di kursi penumpang. Begitu dia masuk ke mobil, wanita itu bertanya dengan curiga, "Kak, apa kamu benar-benar ingin membeli mobilku dengan harga aslinya?""Beri aku nomor rekeningmu, dan aku akan memberimu 200 ribu dolar. Kalau kamu masih mau lebih banyak, suruh Danny memberikannya padamu," kata Bos Palequin acuh tak acuh."Bos, apa yang kamu lakukan? Aku, kan biasanya memperlakukannya nggak berlebihan gitu, kamu ...."“Oke, ini pertama kalinya aku melihat adik laki-laki dan perempuanku, dan aku nggak bisa mengatakan apa-apa untuk diberikan. Jika ingin langsung, berikan saja uang.” Bos Palequin menyela kata-kata Danny, dan wanita di kursi penumpang itu juga takut akan mengubah pikirannya, jadi dia langsung memberikan nomor rekeningnya. Fred mengeluarkan ponselnya, dan ketika nomor rekeningnya diinput, Fred lalu berkata, "Sudah aku transfer, Nak."Siapa sangka uang Bos Palequin ternyata dipegang oleh Fred?Fakt
“Saat kalian keluar tadi, aku merasa ada yang tidak beres,” kata Reagen.“Apa maksudmu, apa ada yang salah di sana?” Leighton bertanya."Axel dan yang lainnya kan sudah membawa Borish dan masuk ke dalam mobil. Pada saat ini, dua orang di sekitar Bos Palequin juga ikut membantu Bos Palequin keluar dari mobil. Pikirkan baik-baik, karena Axel ingin berada di posisi itu, tidakkah Bos Palequin harusnya mati? Jika dia tidak mati, Axel tidak akan pernah bisa naik takhta."Leighton mengangguk, paham dengan alasannya.Setelah jeda, Reagen tertawa, "Tapi, Axel dan yang lainnya malah membiarkan Bos Palequin pergi dan tidak membunuhnya. Padahal Axel memiliki pistol di tangannya, dan Carlo juga memilikinya, mereka dapat mengambil keuntungan dariku, ketika aku tidak berjaga-jaga. Cukup sekali tembakkan ke kepala Bos Palequin, dengan begitu, mereka tidak perlu khawatir, kan."“Maksudmu, Axel sama sekali tidak ingin membunuh Bos Palequin begitu?” Leighton tiba-tiba mengerutkan kening dan berkata, “Jad