Share

Bab 506

Penulis: Benjamin
Briana mencoba menarik napas dalam-dalam beberapa kali. Dia telah bertemu banyak orang selama beberapa tahun belakangan, tapi ini adalah pertama kalinya dia bertemu orang setidak tahu malu ini.

Pria itu membuka mulutnya, masih ingin melanjutkan. Namun, pria di sampingnya mengernyit dan mendorongnya ke samping.

“Kurasa kita telah menghabiskan terlalu banyak waktu di sini,” kata pria yang kedua sambil mengamati Briana dengan waspada.

Meskipun bibir Briana berkedut oleh amarah, dia menahan dirinya untuk tidak berbicara dan hanya memasang raut wajah ketakutan.

Pria bergigi kuning menyadari reaksi Briana dan dengan enggan mengerutkan bibirnya, tapi dia tidak melanjutkan percakapannya dengan Briana. Alih-alih, dia bersikap lebih dingin seraya menjawab, “Sayang, meskipun aku ingin melanjutkan percakapan kita, ada hal-hal lain yang membutuhkan perhatianku sekarang. Akan tetapi, kamu bisa menungguku di sini. Tidak lama lagi, hotel ini akan menjadi milikku.

Wajahnya berbinar dengan kebangga
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 507

    Ferdi merasa Briana aneh dan keberadaannya terasa terlalu acak. Nalurinya memberitahunya bahwa perkataan Briana tidak dapat dipercaya, jadi dia berbalik untuk menghadap pria bergigi kuning lagi.“Dia sudah memberi kita lokasi Daffa, jadi aku yakin kita tahu apa yang harus kita lakukan sekarang. Kurasa kita harus pergi ke halaman belakang hotel.”Setelah mengatakan itu, dia tidak menunggu jawaban pria itu. Ferdi berjalan lurus ke pintu belakang.Rahang pria itu jatuh sedikit dan alisnya berkerut. Itu adalah pertama kalinya dia merasa benar-benar seperti orang bodoh karena tidak memperhatikan detail. Dia melirik Briana dengan kecurigaan yang membesar sebelum berbalik untuk menghadap ke arah yang lain dan mengejar Ferdi.Pria itu berpikir, “Wanita ini mengaku Daffa sedang beristirahat di lantai kedua, tapi jika Ferdi memilih untuk pergi ke halaman belakang, maka Daffa pasti ada di belakang! Lagi pula, penilaian Ferdi tidak pernah salah selama beberapa tahun belakangan. Ini semua adala

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 508

    “Si*lan kamu, Ferdi! Tampaknya kamu telah memonopoli pusat perhatian terlalu lama di antara kelompok kita! Aku tidak akan membiarkannya! Aku tidak akan membiarkan siapa pun menggantikanku—aku yakin kamu tahu itu ketika bergabung dengan tim kami. Akan tetapi, kamu tidak repot-repot menyembunyikan atau mengubah keinginanmu untuk melanggar aturan itu! Caramu bersikap sekarang telah menyakitiku. Kurasa aku tidak akan bisa memaafkanmu. Maka dari itu, kamu bisa mati di sini atau menghilang dari pandanganku selamanya. Itu adalah pilihan-pilihan terbaik untukmu karena kamu pernah mengatakan kamu benci memikirkan orang-orang saling mengkhianati temannya. Jika kamu menghilang hari ini, aku bisa memberi tahu semua orang bahwa Daffa membunuhmu. Itu juga akan membiarkan aku mencapai tujuan utamaku—memiliki kendali penuh atas kelompok itu lagi.”Briana menyeringai begitu dia selesai mengulang perkataan pria itu. Kenyataan itu mengejutkan dia, terutama karena dia tidak pernah bertemu seseorang denga

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 509

    Meskipun Briana terlibat dalam hal ini, dia masih merasa terkejut. Lagi pula, itu berbeda dengan apa pun yang telah dia alami sebelum-sebelumnya karena sebagian besar darah itu berasal dari satu orang yang sama.Dulu, untuk mencapai kemenangan, dia harus membuat setidaknya tiga orang berdarah hingga mati. Akan tetapi, sekarang, sebagian besar darah itu adalah milik Ferdi.Dia menekan lukanya sambil berdiri tegak. Sebagian besar lukanya berada di perutnya. Sisa luka-lukanya hampir tidak terlihat. Yang bisa Briana lihat hanyalah bagaimana Ferdi kesulitan untuk menutupi perutnya yang masih mengeluarkan bau darah yang menyengat.Itu terus berlanjut hingga celananya basah. Darahnya bahkan menetes dari ujung celananya, membasahi tanah di luar pintu belakang.Briana mengerutkan alisnya, merasa bimbang mengenai apa yang harus dia lakukan. Dia harus menyeberangi kubangan darah jika dia ingin berjalan ke musuhnya seperti orang biasa. Melakukannya akan menodai dirinya secara harfiah dan spiri

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 510

    “Tanpa dia,” lanjut Briana, “kamu seharusnya sudah mati dari lama. Meskipun begitu, kamu ingin membunuhnya karena dia lebih kuat dibandingkan denganmu. Bagaimana aku bisa tidak tertawa saat ada bocah tidak tahu diuntung sepertimu di dunia ini?”Kerutan terbentuk di wajah Ferdi. Pada saat yang sama, keputusasaan terpancar di matanya, mengetahui pengumuman Briana yang lantang membuatnya mustahil untuk mengembalikan kepercayaan kelompoknya lagi.Dia menghela napas, bertatapan dengan Bara sambil berkata, “Aku memang anggota pihak berwenang, tapi kamu keliru akan satu hal—aku bukan mata-mata yang dikirimkan oleh para pihak berwajib, polisi, atau pemerintah. Kenyataannya berkebalikan dengan apa yang kamu pikirkan. Aku bukan mata-mata, tapi aku memiliki kekesalan pada pihak berwajib!”“Hah! Lucu sekali. Aku yakin tidak ada siapa pun yang akan memercayai apa yang kamu katakan.” Bara memutar bola matanya pada Ferdi. Wajahnya memucat lagi karena dia tidak bersedia menerima kenyataan yang keja

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 511

    Mata Briana menyipit membentuk garis. Walaupun dia tersenyum, raut wajahnya tampak dingin.Saat itulah Daffa membuka pintu belakang di dalam hotel dan melihat Bara yang gemetar dan hampir tidak bisa berdiri tegak di hadapan Briana. Demikian pula, dia melihat pria yang lebih rapi di antara tim lawan, Ferdi, yang terbaring tidak bernyawa di tanah karena luka-luka parahnya.Kedinginan menyelimuti mata Daffa seraya dia mengamati medan perang yang mana masih ada orang-orang bertarung di latar belakang. Namun, kedua tim tampaknya sedang memikirkan hal lain di benak mereka.Mengernyit jengkel, Daffa berseru, “Dengarlah, setiap anggota staf Hotel Umbrite! Aku ingin kalian melawan musuh kita dengan sangat serius. Kalau tidak, kalian harus menghadapi konsekuensinya! Haruskah aku mengingatkan kalian bahwa aku mudah marah?”Dia lalu menoleh untuk menatap Bara dan dengan tenang berkata, “Aku akan menyerah jika aku adalah kamu. Lagi pula, satu-satunya yang bisa mengalahkan penjaga keamanan kami

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 512

    Cara Bara jatuh berlutut membuatnya tampak seolah-olah dia bersedia memohon ampun pada Daffa.Daffa menaikkan sebelah alisnya dan mau tidak mau tertawa terbahak-bahak. Itu menarik perhatian semua orang karena mereka selalu memandangnya sebagai pria yang tampan dan tegas. Itu adalah pertama kalinya mereka melihatnya tertawa tanpa menahan diri, jadi itu membuat mereka terkejut.Menjadi pusat perhatian mulai membuat Daffa tidak nyaman, jadi bibirnya perlahan berkerut. Meskipun demikian, matanya sedikit melengkung terhibur saat dia menatap Bara yang berlutut di tanah dan belum menerima hasil akhir saat ini. Tidak lama, Daffa memejamkan matanya, berbicara dengan nada yang santai.“Hah! Aku selalu mengira kepalamu tidak cerdas, tapi aku tidak menyangka bahkan tindakanmu akan sebodoh ini. Bahkan anak berusia satu tahun yang baru saja belajar berjalan pun tidak akan terjatuh dengan kikuk sambil berjalan. Lucu sekali.”Mata Bara membelalak pada Daffa. Keraguan tampak di matanya seraya dia m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 513

    Senjata-senjata musuh, semuanya jatuh dalam waktu yang sama, menghasilkan suara kekalahan menyedihkan yang menggema di telinga semua orang. Bahkan hati mereka pun sakit memikirkan bahwa mereka kalah.“Untunglah semuanya sudah berakhir,” kata Briana, menghela napas sambil mengangkat alisnya. Dia lalu berbalik untuk kembali ke kamarnya dan berpikir, “Alicia mampu membereskan semuanya.”Seperti yang diduga, begitu dia membuka pintu belakang untuk kembali memasuki hotel, seseorang membuka pintu dari dalam—itu adalah Alicia yang panik. Alicia bergegas menghampiri dengan sangat terburu-buru hingga Briana harus mundur beberapa langkah.Sambil tersenyum, Briana bertanya, “Ada apa? Kenapa kamu tergesa-gesa? Katakan saja padaku, mungkin aku bisa membantu.”Alicia terengah-engah dengan keras hingga dia hampir tidak bisa berbicara. Badan condong ke depan dan meletakkan kedua tangannya di lutut untuk menopang tubuhnya, dia menarik napas dengan terengah-engah sebelum menjawab, “T … tidak, aku ba

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 514

    “Aku bersedia memberitahumu tentang itu. Sejujurnya, aku hanya tahu sedikit, tapi rekannya yang membelakangi mendiang bosku adalah sosok berjubah hitam. Dia sering muncul di tengah malam—atau setidaknya saat itulah aku selalu melihatnya. Hanya saja, dia belum muncul lagi akhir-akhir ini,” ungkap pria itu dalam satu tarikan napas sebelum menatap Briana dengan mata yang berkaca-kaca.Pada saat yang sama, karena alasan yang tidak diketahui, dia menyenggol bahu orang di sampingnya.Sebuah senyuman merekah di wajah Briana seketika. “Baiklah, kamu boleh pergi. Begitu kamu keluar dari sini, kusarankan kamu cari pekerjaan yang benar alih-alih bekerja untuk organisasi terlarang seperti sekarang. Pekerjaan ini tidak memiliki masa depan yang cerah dan membuatmu berada dalam bahaya. Jika aku menemukanmu di tim lawanku di masa depan dan melakukan hal-hal terlarang lagi, aku akan membuatmu membayar dua kali lipat—satu untuk dosa-dosamu saat ini dan satu lagi untuk pelanggaran masa depanmu. Paham?”

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 659

    “Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 658

    Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 657

    “Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status