Share

Bab 485

Author: Benjamin
Si kepala penjaga keamanan tampak murka. Namun, dia tahu ini bukanlah waktunya untuk mengurusi bawahan-bawahannya. Daffa-lah ancaman mereka di sini. Dia terhuyung berdiri dan berlari ke arah Daffa dengan tatapan mengancam.

“Kamu telah menantangku untuk waktu yang terlalu lama. Aku tahu kamu kuat, tapi itu tidak berarti kami bukan tandinganmu!” Matanya menyala dengan liar seakan-akan dia adalah seekor elang yang telah mengincar mangsanya.

Daffa mengernyit, terlihat jengkel karena dihentikan lagi. Dia menyipitkan matanya dan berkata, “Kamu adalah penjaga keamanan yang bagus, tapi aku juga telah memberimu kehormatan yang cukup dengan bersabar denganmu. Anggap ini peringatan—jika kamu tidak enyah dari pandanganku, aku jamin aku tidak akan bersikap baik lagi padamu.”

Briana angkat bicara, “Dengar, kamu hanyalah penjaga keamanan. Kamu bukan bagian dari Keluarga Bakti, jadi kamu tidak perlu melakukan sejauh itu demi mereka. Tuan Halim itu berbahaya. Jika kamu membuatnya marah, aku yakin Ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 486

    Kulitnya putih tapi keriput dan kendur.Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia tidak menduga wanita yang terus mengalahkan Ansel berpenampilan seperti ini. Dia menggigit bibirnya, lalu menoleh ke arah Bart yang tidak seperti dia duga pula. Bart gemuk dan terlihat tidak rapi, matanya tidak terlihat cerdas sedikit pun.Malah, dia terlihat benar-benar tidak waras. Itu mengingatkan Daffa mengenai apa yang terjadi padanya dan Bakrie ketika dia pertama tiba di Kota Almiron.Matanya menggelap, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Di antara keempat orang itu, anak laki-laki yang paling mudalah yang menarik perhatiannya. Dia terlihat familier, tapi tidak mirip dengan para anggota Keluarga Bakti, termasuk Priska dan Bart. Daffa membungkuk dan tersenyum ramah padanya, berkata, “Apakah kamu Richard?”Anak itu mengangguk, mengedipkan matanya dengan polos. Pada saat yang sama, dia dengan gugup bersembunyi di belakang Priska. Daffa menegakkan tubuhnya, menyapu tatapannya pada Priska dan melihat keje

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 487

    Daffa menarik napas dalam-dalam dan bersandar, mengamati Richard. Berdasarkan informasi yang telah mereka kumpulkan sebelumnya, Richard seharusnya berumur 18 tahun, tapi anak ini 10 tahun saja pun kelihatannya belum. Dia melirik Priska.“Sebelum kita membahas hal yang penting, aku ingin kamu memberitahuku mengenai Richard.”Wajah Priska menggelap dan dia memberungut, terlihat geram. Namun, dia tidak berani menunjukkan amarahnya di hadapan Daffa, jadi dia menundukkan kepalanya, mencoba memikirkan cara untuk menjelaskannya.Ketika dia tidak terpikirkan apa-apa, dia memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam, mengepalkan tangannya. Tidak mungkin dia bisa mengakui sesuatu yang sangat memalukan! Jadi, dia mengangkat kepalanya dan menatap Daffa dengan takut-takut, berkata, “Sebelum itu, kurasa kamu harus memperkenalkan dirimu sendiri.”Daffa mengangkat sebelah alisnya, terlihat sinis. Di saat yang sama, dia mengeluarkan pistolnya dan mematikan pengamannya. “Seharusnya kamu telah mende

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 488

    “Kalau begitu, ada apa dengan putramu? Kelihatannya ada yang salah dengannya.”Raut wajah Priska menjadi rumit mendengar perkataan Daffa. Dia bergegas berlutut dan menatapnya dengan tatapan memohon dan berkata, “Aku tahu kamu berkuasa. Kumohon, tolong temukan ibu kandung Richard untukku supaya aku bisa mengakhiri hidupnya dengan cara yang paling menyakitkan yang dapat terpikirkan olehku!” Matanya menjadi merah dan dia gemetar hebat.“Itu adalah permintaanku satu-satunya. Jika kamu tidak menyetujuinya, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa dariku.” Dia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.Daffa melirik pistolnya, lalu menaikkan sebelah alisnya. “Kamu tampaknya melupakan apa yang kumiliki di sampingku.” Mengejutkan baginya, Priska tidak terlihat takut. Sebaliknya, dia melemparkan kepalanya ke belakang dan tertawa histeris. Daffa tidak tahu apa yang Priska ingin sampaikan, jadi dia meraih pistolnya sambil mengernyit.“Sepertinya kamu benar-benar melupakan apa yang kubilang.” Dia mengokan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 489

    Itu berarti Priska tidak dapat menyembunyikan kebenarannya. Akan tetapi, ini mungkin adalah hasil akhir terburuk yang dapat Priska bayangkan. Jadi, dia bangkit duduk, terlihat tenang.“Ibu Richard-lah yang membuat Bart menjadi seperti ini. Bart diserang oleh seseorang saat dia sedang dalam perjalanan pulang pada suatu hari. Mereka datang dengan truk dan bersenjata. Itu sudah terlambat ketika aku mendengar permintaan bantuan Bart. Mereka telah menekannya ke tanah, bergelimang darah. Aku membawa banyak orang bersamaku dan para penyerang itu tahu mereka tidak dapat membawa Bart pergi di depan mataku. Jadi, mereka menyuntikkan semacam obat padanya saat aku mencoba menghampirinya.” Priska hampir tidak dapat berkata-kata lagi pada titik ini dan dadanya naik-turun.Dia menggertakkan giginya, begitu kuat hingga pembuluh darah di lehernya menyembul. Sambil menggertakkan giginya, dia berkata, “Bart sejak saat itu berubah. Setiap malam, dia menjadi seperti ini, tapi dia kembali menjadi normal

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 490

    Sekarang, Daffa sudah yakin. Dialah yang akan menjadi orang yang pertama kali membantah jika seseorang mengatakan bahwa Elton telah meninggal di hadapannya, yang merupakan apa yang semua orang saksikan. Dia sekarang tahu bahwa ada yang janggal tentang kematian Elton. Dia menatap Priska dan bertanya, “Lalu, apa yang kamu lakukan setelahnya?”Priska menghela napas. “Aku membuatnya marah dan menyuruhnya mendatangimu. Aku ingin menggunakan kamu untuk membantuku mengakhiri hidupnya dan semua hal berjalan dengan sempurna. Aku hanya tidak menduga kamu akan melacak kami secepat ini.”Daffa bertanya, “Apa yang dipikirkan oleh anggota keluarga Bakti lainnya tentang hal ini?”Priska terlihat sinis. “Mereka? Apa yang bisa orang-orang tidak berguna itu katakan tentang hal ini? Yang dapat mereka lakukan hanyalah berbicara, makan, dan menghabiskan uang. Meskipun mereka tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan Grup Bakti, mereka ingin mendapatkan asetnya. Itulah sebabnya mereka membuat segala mac

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 491

    Tiba-tiba, tatapan mata Priska menjadi misterius. Dia pun berbisik, “Aku bisa memberitahumu segalanya, tapi apakah kamu yakin kamu ingin mendengarnya? Kamu akan menyesal begitu kamu mendengar apa yang akan kukatakan.”Raut wajah Daffa terlihat bosan. “Itu bukan urusanmu. Katakan saja semua hal yang kamu ketahui.”“Kamu berani juga, ya.” Priska tersenyum, terlihat gembira. “Seseorang memang mendatangiku. Dia bilang selama aku melakukan sesuai perintah mereka, aku akan menerima jumlah uang yang sangat besar sebagai balasannya. Itu akan lebih dari cukup untukku, anakku, cucuku, dan beberapa generasi setelahnya untuk hidup dengan nyaman. Malah, mereka mungkin bisa hidup dengan mewah. Itu adalah tawaran yang tidak bisa kutolak, jadi aku melakukan sesuai perintah mereka. Seperti yang diduga, aku dibayar dengan tinggi. Yang mereka ingin aku lakukan cukup sederhana—menemukan seorang reporter bernama Dahlia dan memastikan kalian berdua bertemu satu sama lain.”Raut wajah yang aneh terpampang

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 492

    “Jika kamu bersedia melepaskan dia, kuharap ada seseorang yang bisa membawanya pergi dari sini sebelum kita melanjutkannya.”Mengejutkan semua orang, Mika tiba-tiba memelototi Daffa dan berteriak, “Dasar pembunuh kejam! Kalau kamu membunuh ibuku, sebaiknya bunuh aku juga atau aku bersumpah aku tidak akan berhenti sampai membalas dendamku! Aku tahu kamu mungkin tidak akan memercayaiku karena aku masih muda dan tidak berdaya sekarang, tapi aku akan mengejarmu cepat atau lambat!”Mata Priska membelalak dan dia dengan cepat menutup mulut Mika dengan tangannya. Akan tetapi, dia sudah terlambat. Maka dari itu, untuk pertama kalinya, dia menampar Mika. Hatinya terpelintir dengan menyakitkan saat melakukannya, tapi dia memaksakan dirinya untuk tidak melembut. “Minta maaf pada Daffa sekarang juga!”Mika meringis karena rasa sakitnya, tapi dia tidak meminta maaf. Sebaliknya, kebenciannya pada Daffa menjadi makin dalam. “Aku membencimu dengan setiap sel dari diriku. Karenamu, ibuku menamparku

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 493

    Richard menjadi relaks. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu hal-hal yang dia katakan mengejutkan Daffa. “Aku tahu beberapa hal tentang orang berjubah hitam itu dan kurasa kamu akan tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini dibandingkan apa yang Priska katakan padamu.”Daffa menaikkan sebelah alisnya dan tubuhnya menegak tanpa dia sadari. Malam ini adalah malam penuh kejutan. Kejutan pertama adalah Richard—Daffa tidak tahu berapa usianya, tapi dia telah terpaksa berakting seperti orang bodoh hanya untuk bertahan hidup.Kejutan kedua adalah bahwa Richard mampu mengedukasi dirinya sendiri di bawah situasi yang sulit dan bahkan telah mendapatkan informasi tentang orang berjubah hitam itu. Daffa tidak repot-repot menyembunyikan kekejutannya, membuat Richard menjadi makin relaks.Richard merasa sedikit lebih percaya diri dalam mencapai tujuannya karena Daffa jelas-jelas terlihat tertarik dengan apa yang hendak dia katakan. Dia tersenyum dan berkata, “Priska mengetahui hal in

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 624

    “Keluarga Sanjaya memarkirkan mobil mereka di depan kami dan memohon bantuan kami. Kami berpikir kami bisa berusaha membantu mereka karena mereka adalah anggota keluarga Puspa. Itulah sebabnya kami memakan waktu yang lebih lama untuk kembali.”Setelah mendengarkan penjelasan Briana, otot-otot Daffa yang sebelumnya tegang menjadi relaks. Dia menegakkan punggungnya dan meregangkan tubuhnya sambil memberi instruksi dengan dingin, “Erin, beri tahu mereka mengenai kejadian yang terjadi ketika mereka sedang tidak ada dan alasan kenapa aku pergi ke luar sekarang.”“Tuan Halim sedang menuju Keluarga Sanjaya sekarang.” Raut wajah bersimpati terpampang di wajah Erin seraya dia menghadap kedua pengawal itu. Kemudian, Erin melangkah lebih dekat dan memberi tahu mereka tentang segala hal yang telah dia pelajari sebelumnya.Kepala Edward dan Briana langsung mendongak ketika mereka mendengar bagaimana Keluarga Sanjaya telah melacak Ansel hanya karena penolakan Daffa. Mata membelalak terkejut, mere

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 623

    Itu sudah cukup untuk menghentikan napas Camilla selamanya.Kate berdiri di atas puing-puing dan melihat semua itu terjadi. Dia membuka mulutnya, tapi tidak lama menutupnya lagi. Kate memejamkan matanya rapat-rapat, tidak tahan melihat kejadian mengerikan itu, tapi dia tidak menyuarakan ketidaknyamanannya karena dia tidak berhak untuk angkat bicara.Meletakkan kedua tangan di balik punggungnya, dia pada akhirnya membuka matanya untuk memandang tanah. Napasnya menjadi kian dalam dan hening seiring waktu berlalu.…Di sisi lain, Daffa akhirnya sudah kembali ke hotel. Meskipun rasanya seperti banyak hal telah terjadi, kejadian-kejadian itu hanya memakan sedikit waktunya. Namun, gelombang rasa lelah yang besar mengenainya dan dia tidak memiliki energi untuk mengolah kemampuannya setelah kembali ke hotel.Yang dia ingin lakukan hanyalah berbaring di ranjang. Pada saat itu, dia tidak peduli sama sekali tentang urusan perusahaan. Memejamkan matanya, Daffa bernapas dengan lebih dalam dan

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 622

    “Aku tidak berurusan dengan apa pun yang terjadi selanjutnya,” lanjut Daffa.Dengan sebuah anggukan, Teivel melambaikan tangannya dengan acuh tidak acuh dan menjawab, “Baiklah. Kamu boleh kembali ke Keluarga Aruna dan selesaikan permasalahan mereka sekarang.”Daffa menaikkan sebelah alisnya, tapi pada akhirnya dia mengangguk dan berbalik untuk pergi dari tempat dia masuk. Itu juga kebetulan mengarah ke vila Keluarga Aruna.Ketika Daffa tiba, dia terkejut melihat Kate dan William menunggu dirinya di depan rumah mereka meskipun rumah mereka sudah hancur. Bibir melengkung ke atas, Daffa berkata, “Aku tidak berpikir akan melihat kalian berdua di sini. Kukira kalian sudah pergi sekarang.”William menoleh untuk bertemu pandang dengan Daffa. Kata-kata Daffa yang terus terang membuat William tidak nyaman, tapi William masih bersikap dengan penuh hormat. Dia menggerakkan seluruh otot wajahnya untuk membentuk senyuman yang sopan, yang hampir mustahil, jadi dia pada akhirnya gagal melakukanny

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 621

    Daffa memejamkan matanya rapat-rapat, menyembunyikan seberapa besar penderitaan yang dia rasakan di dalam. Dia bisa saja lebih memperhatikan gas hitam yang menyelinap melewatinya. Alih-alih, satu hal yang Daffa bisa lakukan adalah menjaga penghalang itu dengan lebih baik dan mencegah lebih banyak gas hitam melarikan diri.Pikiran berhamburan dari setiap sudut benaknya saat dia memikirkan cara untuk menjadi lebih efisien.Saat itulah suara Teivel terdengar. “Daffa, aku membutuhkan bantuanmu seperti sebelumnya. Jika kamu tidak mau kita kembali lagi ke awal—harus terus-menerus memburu pria tua berjubah hitam itu—dan jika kamu tidak mau diburu oleh pria tua itu, tenangkan dirimu dan bersihkan pikiranmu sekarang juga!”Itu adalah pertama kalinya Daffa mendengar Teivel berbicara dengan nada yang mendesak. Daffa mengernyit dan menyadari dia tidak pernah mengalami emosi yang berkedip dan gejolak batin sebelumnya. Daffa selalu tegas dan fokus, mau dia kaya ataupun miskin.Demikian pula, dia

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 620

    Teivel berbicara dengan suara yang serak tapi puas. “Pria tua itu belum pernah bisa melepaskan kekuatan penuhnya. Dia belum pernah bisa dan masih tidak bisa mengalahkanku meskipun aku sudah menjadi lemah dan tidak dapat lagi menggunakan kekuatanku seperti dulu. Lagi pula, kekuatannya sekarang lebih lemah daripada kekuatanku.”Daffa mengangkat sebelah alisnya terkesan. Dia menoleh ke arah Teivel lagi dan bertanya, “Yah, karena dia telah mengubah dirinya menjadi kabut hitam ini, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Wajah menggelap dengan muram, Teivel menjawab, “Bukankah kamu sudah tidak sabar untuk bertanya padaku tentang mantranya? Aku bisa memberitahumu tentang itu sekarang. Ketika kamu dan Yarlin Weis berbincang di dalam ruang kurungan di balik tembok batangan emas itu, energi yang kamu lepaskan—yang mirip seperti lapisan air—adalah sebuah penghalang bermantra.”Daffa mengangguk, tatapan fokusnya tertuju pada Teivel tanpa berpindah sekali pun.“Aku terkesan kamu sudah menguasai

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 619

    “Kamu membuang-buang energimu untuk pikiran-pikiran yang tidak perlu sekarang.” Teivel menekan pundak Daffa, menambahkan, “Aku seharusnya sudah mati sejak lama. Akan tetapi, ajaibnya, kesadaranku tetap ada di dalam buku ini. Maka dari itu, pertemuan kita itu tidak normal dan seharusnya tidak pernah terjadi.”Teivel tidak lagi berbicara. Dia menurunkan tangannya, menyaksikan gas hitam menguap, lalu melihat ke depan ke arah larinya pria tua berjubah hitam itu.Dengan tatapan datar pada Daffa, Teivel berkata, “Kita harus mengejarnya dan membunuhnya sekarang juga—dia selalu terlibat dalam semua penderitaan selama bertahun-tahun. Dapat dikatakan bahwa dia merencanakan benih pertama dari banyak tragedi ini. Jika dia kabur, dia bisa menyamar menjadi siapa pun dan terus melakukan hal-hal buruk. Kita tidak akan ada di sekitar untuk menghentikan dia. Meskipun kamu dan aku adalah ahli bela diri terbangkit dan memiliki jangka hidup yang lebih panjang dibandingkan sebagian besar orang, kita tetap

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 618

    Daffa menghirup bau lebih banyak darah dari retakan itu. Itu mengirimkan sensasi mengerikan di tenggorokannya dan dia ingin muntah. Daffa terus membuka matanya, tidak ingin melewatkan apa yang telah terjadi.Namun, dia langsung mengernyit, terkejut oleh kolam darah tak berujung dan tumpukan-tumpukan mayat yang tinggi. Saat penghalang hitam itu perlahan lenyap, mayat-mayat itu berhamburan ke luar seperti air yang mengalir deras dari bendungan yang bocor.Bibir berkedut, Daffa tidak dapat menerima pemandangan mengerikan dan tidak adil di hadapannya. Napasnya menjadi cepat dan benaknya penuh oleh amarah membunuh.Saat itu, Teivel angkat bicara. Satu-satunya yang berubah adalah kali ini suaranya terdengar dari hadapan Daffa. Teivel membentak, “Daffa, mayat-mayat itu adalah orang-orang berjubah hitam. Kamu mungkin merasa kasihan pada mereka sekarang, tapi pada akhirnya kamu akan mengetahui bahwa mereka tidak pantas menerima ibamu.”Teivel berbicara dengan suara yang tegang dan hampir ma

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 617

    “Meskipun begitu, kamu cukup berani untuk mengetes batasanku pada saat ini,” ujar Daffa, hidungnya berkerut dengan meremehkan.Pria tua itu membeku yang terasa lama sekali. Pada akhirnya, dia menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya sambil melangkah mundur.Daffa yakin pria itu pasti akan langsung berlutut untuk memohon ampun jika pria itu tidak berusaha kabur. Maka, pandangannya tertuju pada pria itu dengan ragu. “Apa yang kamu coba lakukan?”Bertemu pandang dengan Daffa, pria tua itu menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Bukan apa-apa. Hanya saja orang-orang itu telah menelantarkan aku, jadi ….”“Jadi, kamu berniat membuatku mengejar mereka dan membunuh mereka,” jawab Daffa yang mengerutkan alisnya.Pria itu mengangguk.“Apakah kamu yakin?” tanya Daffa, matanya sedikit membelalak. “Kamu merasa puas meskipun kamu akan tetap mati nantinya?”Tanpa ragu, pria tua itu mengangguk.Seringai lebar merekah di wajah Daffa pada saat itu. Dia tahu pria itu tidak memiliki niat ter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 616

    Edward mengedipkan matanya, matanya tertuju pada Daffa dan fokus. Lalu, bibirnya mulai gemetar saat dia berkata, “Tuan Halim, saya tidak menyangka bisa melihat Anda lagi.”Daffa memutar bola matanya. “Maksudmu, kamu akan mati atau apakah kamu takut aku akan mati?”Edward terhuyung, lalu menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang saya maksud, Tuan.”Daffa tersenyum. “Aku tahu itu, tentu saja. Aku hanya merasa caramu mengatakannya lucu.” Mereka saling bertatapan dan melihat kelegaan di mata satu sama lain. Briana masih berdiri di atas tumpukan puing seraya dia mengamati mereka berdua berbincang di samping tornado. Briana menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.Kemudian, dia menangkupkan kedua tangannya di sekitar mulutnya, menyalurkan kekuatan jiwanya ke tenggorokannya, dan berkata dengan lantang, “Ayo turun! Tuan Halim, mentor Anda dan pria tua itu telah pergi. Kita harus mengejar mereka.”Daffa mengernyit. Dia pikir Teivel dan pria tua itu telah berpindah ke tempat lain, mirip

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status