Saat Daffa berbicara, ujung bibirnya melengkung menjadi sebuah seringai.Hal itu memacu jantung Alicia, membuatnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Itu karena dia tidak pernah melihat sisi menawan dan penuh tekad dari Daffa. Selama bersama Daffa, dia bahkan tidak berani membayangkan Daffa tersenyum dengan begitu percaya diri, takut pemandangan indah itu akan hilang selamanya begitu dia tersadar dari lamunannya.Lagi pula, Alicia tidak akan sanggup menerima kenyataan seperti itu.Daffa meletakkan satu tangan di atas meja, menunggu jawaban dari Alicia. Mengejutkan baginya, dia tidak kunjung mendapatkan jawaban. Dia menolehkan kepalanya, mendapati mata Alicia terus berbinar-binar ke arahnya sepanjang waktu.Tidak sulit bagi Daffa untuk mengartikan makna di balik tatapan Alicia yang terpesona. Daffa tidak dapat menahan senyumannya dan bahkan terkekeh saat menyadarinya. Pada saat yang sama, tangannya terulur untuk melambai dua kali di depan wanita yang kebingungan itu.Jantung Ali
Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Wajahnya tidak berekspresi, tidak peduli seberapa sering Shelvin menatapnya dengan mata penuh penilaian. Yang dia lakukan hanyalah bertanya dengan dingin, “Aku ingin tahu apa langkahmu selanjutnya. Meskipun apa pun yang kamu lakukan tidak akan berhasil di depanku—seseorang dengan kekuasaan dan kekayaan sejati, aku lebih suka menghindari keributan.”Bibir Shelvin melengkung saat itu juga. Walaupun kelihatan seperti sebuah senyuman, siapa pun yang melihatnya pasti tahu kalau dia tidak senang. Dia menjawab, “Aku khawatir kamu akan bersikap seperti ini. Itulah kenapa aku tidak berani melangkah di hadapanmu dan mengungkapkan semua ini. Aku tidak ingin kamu menganggapku sebagai musuh setelah mengetahui identitasku. Bukan jadi salahmu jika kamu berpikir seperti itu, tapi itu bukan salahku juga. Lagi pula, aku diajarkan nilai-nilai yang salah saat tumbuh besar.”Dengusan yang singkat tapi keras muncul dari Daffa, ketidakpercayaan dan penghinaan
“Membicarakan hal ini, siapa sisa pemegang saham hotel ini?” tanya Daffa, berpikir dia memahami pembagian saham Hotel Umbrite dengan baik karena dia sebelumnya sudah membaca singkat informasi dari setiap pemegang saham. Meskipun begitu, dia mau tidak mau mencurigai identitas para pemegang saham hotel.“Hah? Apakah Tuan Halim baru-baru ini menemukan informasi baru atau apakah ada alasan lain dia menanyakan hal ini padaku?” Roda di otak Edward bekerja dengan lebih cepat pada saat itu. Dia begitu larut dalam pikirannya sampai dia membeku sepanjang waktu.Pada akhirnya, dia membuka kedua bibirnya untuk menyuarakan rasa ingin tahunya, tapi dipotong oleh suara Alicia yang ceria. “Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya akan memastikan bahwa pemegang saham terakhir muncul di perjamuan besok. Saya akan secara pribadi membawanya kemari dari tempat tinggalnya jika dia tidak hadir.”Itu memancing anggukan puas dari Daffa yang kemudian melambaikan tangannya untuk membubarkan mereka berdua.Helaan na
Shelvin menegakkan punggungnya seketika, menambahkan, “Satu hal lagi—mereka sekarang menganggap keberadaanku sebagai masalah serius karena aku sudah menemukan zat obat yang baru mereka kembangkan dan berhasil menyuntikkannya ke tubuhku di hadapan mereka.”Mata Daffa sudah terpejam beberapa saat yang lalu dan napasnya tetap stabil.Tidak yakin apakah Daffa masih terbangun, Shelvin bangkit dan mendekati Daffa untuk mencari tahu. Namun, saat dia maju satu langkah, mata Daffa langsung terbuka seolah sedang memberikan peringatan padanya. Sebelum Shelvin bisa memproses apa yang sedang terjadi, kakinya tersandung ke belakang secara naluriah, menyebabkannya hampir jatuh karena ketakutan.Sebelum dia bisa mengendalikan dirinya, tatapannya melesat melalui ruangan itu dan dia mendapati ekspresi wajah Daffa telah kembali seperti biasa. Itu sudah cukup untuk mengangkat beban di pundaknya. Setelahnya, Shelvin kembali menenangkan dirinya dan dengan tenang berkata, “Aku tahu kamu punya keraguan ter
“M … Maaf, tapi a … aku harus pergi sekarang. Aku baru teringat ada masalah penting yang harus kuurus, jadi aku harus pergi,” gumam Shelvin dengan serak sambil menatap Daffa. Dia lalu berbalik untuk pergi, tapi tidak berhasil melangkah pergi karena Daffa menggenggam pergelangan tangannya.Secara bersamaan, genggaman Daffa menyebabkan golakan api di bawah kulitnya menyebar, membuat rasa sakitnya makin tidak tertahankan. Rasa sakit itu begitu intens sampai Shelvin berteriak kesakitan.Teriakannya memecah udara dan mengagetkan semua orang yang ada di sana, rasa takut menggerogoti hati mereka. Yang membuat Shelvin terkejut adalah Daffa tetap tidak peduli. Dia menyadarinya saat dia sedang berteriak sebelumnya, jadi ketika rasa sakitnya berkurang, dia menatap Daffa kebingungan.Mengetahui arti tatapan Shelvin yang penuh pertanyaan, Daffa langsung menjelaskan, “Aku pernah melihat ini sebelumnya. Grup Dream Investment pasti sengaja meninggalkan buku pegangan itu untukmu dan rekan-rekanmu. D
“Namun, Daffa seharusnya tidak begitu,” tegur Shelvin pada dirinya sendiri di dalam hatinya. Setelah menganalisis situasinya lebih lanjut, dia menggelengkan kepalanya dan berpikir, “Yah, apa pun yang Daffa rencanakan terhadapku, kesediaannya untuk menyelamatkanku memang membuatku terharu.”Saat itulah Daffa menatap Shelvin dengan tatapan ingin tahu. Dia tahu pundak Shelvin gemetar lebih hebat setelah dia meletakkan tangannya di atas pundaknya sebelumnya. Daffa tidak tahu kenapa Shelvin bereaksi seperti itu maupun apa alasan logis di baliknya.Jadi, dia melepaskan tangannya dari pundak Shelvin sebelum melipat kedua tangannya di balik punggungnya. Dia lalu menyipitkan matanya dan berkata, “Akan tetapi, jangan terlalu bersemangat. Ada hal lain yang perlu kukatakan padamu.”Shelvin seketika terdiam mendengarnya. Tetap saja, dia tidak bisa menyembunyikan seberapa gugup perasaannya, tatapannya menajam sementara ototnya menegang.Daffa menatap Shelvin dengan lebih intens dan ragu-ragu, ti
Shelvin tidak bisa menerimanya. Saat wajahnya memerah terang karena merasa malu, Daffa tiba-tiba berkata, “Tidak perlu merasa malu. Air liurmu yang diproduksi berlebihan hanyalah akibat dari kerusakan saraf di dalam tubuhmu yang disebabkan oleh serangga-serangga itu. Selain itu, jika kamu tidak segera mendekat, aku jamin serangga-serangga itu akan mengganyang seluruh sistem sarafmu. Walaupun mereka masing-masing hanya bisa menggigit sebagian kecil, serangga pengganggu itu bisa bergerak dengan cepat. Ditambah, ada banyak dari mereka di dalam tubuhmu dan mereka bisa menyerang sistem sarafmu dari setiap sudut. Kamu hanya mengeluarkan air liur sekarang, tapi kamu akan tiba-tiba mulai tertawa dan mengeluarkan semua makanan atau cairan yang baru-baru ini kamu konsumsi.”Sambil mengatakan hal-hal itu, Daffa mengangkat bahunya dengan raut wajah datar.Berdiri di hadapan Daffa, wajah Shelvin menjadi begitu suram ketika dia mendengarkan deskripsi yang mengerikan itu. Benaknya langsung memvisua
Yang tidak bisa Shelvin terima adalah bahwa atasan yang dia layani telah mencuri kekuatan yang sudah dia kumpulkan dengan kerja keras. Pemikiran itu membuat napasnya berpacu seraya tubuhnya gemetar oleh kemurkaan.“Jadi, jika aku bertemu orang yang mencuri sebagian kekuatanku, aku bisa mendeteksi kekuatan itu di dalam tubuh mereka?”Bibir melengkung, Daffa mengangguk dan berkata, “Tentu saja. Itu awalnya adalah kekuatanmu, jadi tentunya kamu bisa merasakan keberadaannya. Selain itu, aku bisa menjamin bahwa setelah kamu mencapai tingkat kekuatan tertentu, kamu bisa menguasai kendali sepenuhnya atas kemampuan ahli bela diri terbangkitmu. Itu akan membuatmu memancarkannya keluar dari tubuhmu dan melakukan banyak hal-hal lainnya. Energi yang terkembang, juga dikenal sebagai aura, yang dicuri darimu juga bisa melakukan hal yang sama. Lagi pula, energi itu dan auramu saat ini memiliki sifat-sifat yang sama. Mereka adalah tipe kekuatan yang dikeluarkan oleh tubuh. Maka dari itu, dengan peng
Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da
Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka
Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken
Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke
Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m
Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber
“Jangan khawatir, mereka tidak bisa melihatku. Kita akan baik-baik saja selama kamu tidak bergabung denganku di udara,” ucap Teivel.Daffa mengembuskan napas, meletakkan tangannya di balik punggungnya, dan melihat pemandangan di hadapannya tanpa bersuara. Ada darah tikus di mana-mana, bersamaan dengan potongan-potongan kecil daging. Dia merasa perutnya bergejolak, jadi dia menahap napasnya dan melayang, bergabung dengan Teivel di udara. “Pak, aku melihat percampuran amarah dan kesedihan di dalam matamu.”Teivel memejamkan matanya dan mengangguk. “Iya. Aku menggunakan metode rahasia untuk menelusuri ingatan mereka. Mereka telah melalui banyak hal, lebih dari yang seharusnya, sebelum mereka tertidur. Mereka mengalami berbagai macam kesulitan ketika aku bertemu mereka. Ketika aku membawa mereka bersamaku, yang tertua bahkan belum berusia tujuh tahun. Aku membesarkan mereka dan mengajari mereka cara membaca dan menulis, tapi aku tidak mengajarkan meditasi pada mereka. Aku hanya ingin mer
Jauhar menegang, tapi dia tetap berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan senyumannya. “Aku belum melihat teman-teman ayahmu dalam waktu yang lama, terutama setelah orang tuamu meninggal. Mereka semua memiliki alasan tersendiri untuk pergi.” Dia menarik napas dalam-dalam. Daffa tahu Jauhar merasa terganggu. Jauhar melanjutkan, “Pada saat itu, aku tidak dapat menerima kematian ayahmu dan aku akan menghargai kehadiran mereka. Setidaknya, itu akan membuatku merasa seperti dia masih hidup. Aku tahu mereka tidak diwajibkan untuk melakukan apa pun, tapi mereka bahkan tidak repot-repot menghadiri pemakamannya. Aku menolak memercayai satu hal pun yang mereka katakan!”Dia berusaha keras untuk menahan agar amarahnya tidak meledak-ledak, tapi dia mau tidak mau tetap gemetar. “Kamu tidak boleh memercayai mereka sepenuhnya, jadi ingatlah untuk jangan percayai ucapan mereka mentah-mentah. Lagi pula, tidak ada jaminan mereka tidak berteman dengan ayahmu dengan niat tersembunyi. Siapa yang tahu
“Ya, aku mengkhawatirkan hal yang sama. Tidak ada sihir ataupun meditasi yang akan menjaga jantung seseorang terus berdetak selama lima abad kecuali jantung yang berdetak di dalam mereka sekarang bukan milik mereka, atau ada hal lain dalam hal ini yang tidak kita ketahui.” Teivel menghela napas. “Bagaimanapun, sejarah kembali terulang. Apa yang terjadi lima abad yang lalu terjadi lagi sekarang.Daffa menggigit bibirnya dan mengernyit dalam-dalam. Kemudian, dia berkata, “Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah situasi ini menjadi makin parah? Aku sejujurnya tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kukira aku sudah memberantas orang-orang berjubah hitam, tapi di sinilah mereka, muncul di hadapanku lagi.”Teivel tertawa, tapi itu bukan tawa menghina. Dia berkata, “Mereka tidak bisa diberantas—tidak dengan cara yang kamu pikirkan—karena tidak ada yang bisa menghentikan dalang utamanya setelah aku mati. Aku mengenal lawanku dengan baik. Dia pasti telah melemparkan dirinya sendiri