Alicia mengkhawatirkan Daffa dan menghela napas lembut, tidak ingin mengganggunya. Namun, Daffa adalah ahli bela diri terbangkit. Mana mungkin dia tidak mendengar Alicia? Dia mengernyit dan membuka matanya, menoleh ke arahnya dengan tatapan tidak berdaya di matanya.Alicia tidak bisa memahami emosi di dalam matanya dan dia menegang ketika tatapan Daffa mendarat padanya. Daffa tahu segugup apa Alicia dan dia menghela napas. Dia memberi isyarat padanya dan berkata, “Kemarilah.”Alicia tidak tahu kenapa Daffa memberi isyarat padanya, tapi ini adalah pertama kalinya Alicia melihat Daffa selembut ini dan jantungnya berdegup kencang. Dia merasa seperti sedang mengalami pengalaman keluar tubuh atau mungkin dia hanya kehilangan akalnya. Dia berjalan ke arah Daffa dan wajahnya memanas makin dia mendekat dengan Daffa.Ketika dia akhirnya berdiri di hadapan Daffa, dia merasa wajahnya begitu panas sampai dia berasap di telinganya. “Tuan Halim,” ujarnya dengan suara yang kecil.Ketika Daffa mel
Satu-satunya orang yang bisa Daffa lawan adalah Shelvin, tapi dia menghilang setelah muncul di hotel dalam waktu singkat dan belum ada siapa pun yang melihatnya lagi. Daffa tidak menyangka masalah yang menghantuinya akan terselesaikan seperti ini dan dia menatap pria berjubah hitam itu.Meditasi itu bersifat jangka panjang dan dia ingin ada seseorang di dekatnya yang bisa bermeditasi dengannya. Sekarang, akan lebih baik jika dia bisa membuat pria ini tetap tinggal.Pria itu bergidik melihat cara Daffa memandangnya. Gelombang rasa takut membanjirinya dan dia dengan sendirinya melangkah mundur. Setelah itu, dia mengernyit. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Rasanya seperti seekor ular berbisa sedang menatapnya.Dia menarik napas dalam, kemudian mengangkat tangannya dan berkata, “Aku tahu kamu adalah ahli bela diri terbangkit berkat petunjuk yang ditinggalkan oleh rekanku sebelum kematiannya.”Daffa meletakkan tangannya di balik punggungnya dan menatapnya kebingungan kare
Daffa tidak pernah berbicara sebanyak itu sekaligus, jadi dia berhenti sejenak untuk beristirahat. Ada 1001 pertanyaan yang ingin Shelvin tanyakan dan dia akhirnya memiliki kesempatan untuk mengajukannya ketika Daffa berhenti berbicara.Dia dengan cepat berjalan menghampiri Daffa, berdiri di seberangnya, dan menengadahkan kepalanya dengan tangannya sebelum berkata, “Aku memahami setiap kata yang kamu katakan, tapi aku tidak paham kenapa kamu berpikir membuat bisnis-bisnis ini takut padamu adalah hal yang sulit. Bukankah seharusnya itu mudah bagimu? Yang perlu kamu lakukan hanyalah bersikap tegas pada salah satu organisasi itu dan organisasi lainnya akan takut padamu juga. Kamu tidak perlu melakukan apa-apa.”Daffa mencondongkan badannya ke belakang dan menghela napas. “Tidak bisa disangkal bahwa kamu setengahnya benar. Itulah yang awalnya ingin kulakukan, tapi setelah itu, aku menyadari bahwa aku tidak tahu organisasi mana saja yang dimiliki oleh Grup Ganendra. Ini berarti aku tidak
Alicia tidak bisa berhenti tersenyum, tapi itu tidak menghentikannya dari menjawab Daffa dengan cepat. Dia berkata, “Hotel ini—atau mungkin bisa dibilang tanah ini—memiliki sejarah yang panjang. Hotel ini sudah ada sejak nenek saya masih kecil.”“Dulu, sebelum hotel ini dibangun, tidak ada yang menempati tanah ini sampai Keluarga Ganendra datang.” Suara Alicia tenang, tapi ada sedikit kebingungan di dalam matanya. Dia tidak tahu kenapa Daffa ingin mengetahui hal ini.Dia tahu itu bukanlah posisinya untuk bertanya, jadi dia memutar otaknya, mencoba mengingat semua rincian yang dia ketahui mengenai hotel itu.“Berdasarkan ingatan saya, pemilik tanah ini sebelumnya adalah anggota setia suatu aliran sesat. Setelah kematiannya, bangunan yang dia bangun di sini menjadi tempat yang tidak ingin didekati oleh siapa pun. Situasinya baru berubah ketika Keluarga Ganendra muncul dan menunjukkan surat sewa tanah itu. Mereka hanya tinggal untuk waktu yang singkat sebelum pindah dari sana dan tidak
Saat Daffa berbicara, ujung bibirnya melengkung menjadi sebuah seringai.Hal itu memacu jantung Alicia, membuatnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Itu karena dia tidak pernah melihat sisi menawan dan penuh tekad dari Daffa. Selama bersama Daffa, dia bahkan tidak berani membayangkan Daffa tersenyum dengan begitu percaya diri, takut pemandangan indah itu akan hilang selamanya begitu dia tersadar dari lamunannya.Lagi pula, Alicia tidak akan sanggup menerima kenyataan seperti itu.Daffa meletakkan satu tangan di atas meja, menunggu jawaban dari Alicia. Mengejutkan baginya, dia tidak kunjung mendapatkan jawaban. Dia menolehkan kepalanya, mendapati mata Alicia terus berbinar-binar ke arahnya sepanjang waktu.Tidak sulit bagi Daffa untuk mengartikan makna di balik tatapan Alicia yang terpesona. Daffa tidak dapat menahan senyumannya dan bahkan terkekeh saat menyadarinya. Pada saat yang sama, tangannya terulur untuk melambai dua kali di depan wanita yang kebingungan itu.Jantung Ali
Daffa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Wajahnya tidak berekspresi, tidak peduli seberapa sering Shelvin menatapnya dengan mata penuh penilaian. Yang dia lakukan hanyalah bertanya dengan dingin, “Aku ingin tahu apa langkahmu selanjutnya. Meskipun apa pun yang kamu lakukan tidak akan berhasil di depanku—seseorang dengan kekuasaan dan kekayaan sejati, aku lebih suka menghindari keributan.”Bibir Shelvin melengkung saat itu juga. Walaupun kelihatan seperti sebuah senyuman, siapa pun yang melihatnya pasti tahu kalau dia tidak senang. Dia menjawab, “Aku khawatir kamu akan bersikap seperti ini. Itulah kenapa aku tidak berani melangkah di hadapanmu dan mengungkapkan semua ini. Aku tidak ingin kamu menganggapku sebagai musuh setelah mengetahui identitasku. Bukan jadi salahmu jika kamu berpikir seperti itu, tapi itu bukan salahku juga. Lagi pula, aku diajarkan nilai-nilai yang salah saat tumbuh besar.”Dengusan yang singkat tapi keras muncul dari Daffa, ketidakpercayaan dan penghinaan
“Membicarakan hal ini, siapa sisa pemegang saham hotel ini?” tanya Daffa, berpikir dia memahami pembagian saham Hotel Umbrite dengan baik karena dia sebelumnya sudah membaca singkat informasi dari setiap pemegang saham. Meskipun begitu, dia mau tidak mau mencurigai identitas para pemegang saham hotel.“Hah? Apakah Tuan Halim baru-baru ini menemukan informasi baru atau apakah ada alasan lain dia menanyakan hal ini padaku?” Roda di otak Edward bekerja dengan lebih cepat pada saat itu. Dia begitu larut dalam pikirannya sampai dia membeku sepanjang waktu.Pada akhirnya, dia membuka kedua bibirnya untuk menyuarakan rasa ingin tahunya, tapi dipotong oleh suara Alicia yang ceria. “Jangan khawatir, Tuan Halim. Saya akan memastikan bahwa pemegang saham terakhir muncul di perjamuan besok. Saya akan secara pribadi membawanya kemari dari tempat tinggalnya jika dia tidak hadir.”Itu memancing anggukan puas dari Daffa yang kemudian melambaikan tangannya untuk membubarkan mereka berdua.Helaan na
Shelvin menegakkan punggungnya seketika, menambahkan, “Satu hal lagi—mereka sekarang menganggap keberadaanku sebagai masalah serius karena aku sudah menemukan zat obat yang baru mereka kembangkan dan berhasil menyuntikkannya ke tubuhku di hadapan mereka.”Mata Daffa sudah terpejam beberapa saat yang lalu dan napasnya tetap stabil.Tidak yakin apakah Daffa masih terbangun, Shelvin bangkit dan mendekati Daffa untuk mencari tahu. Namun, saat dia maju satu langkah, mata Daffa langsung terbuka seolah sedang memberikan peringatan padanya. Sebelum Shelvin bisa memproses apa yang sedang terjadi, kakinya tersandung ke belakang secara naluriah, menyebabkannya hampir jatuh karena ketakutan.Sebelum dia bisa mengendalikan dirinya, tatapannya melesat melalui ruangan itu dan dia mendapati ekspresi wajah Daffa telah kembali seperti biasa. Itu sudah cukup untuk mengangkat beban di pundaknya. Setelahnya, Shelvin kembali menenangkan dirinya dan dengan tenang berkata, “Aku tahu kamu punya keraguan ter
Dia menjadi tenang dan otaknya mulai bekerja lagi. Dia tidak tahu apakah Daffa sedang mengatakan yang sebenarnya karena ekspresi wajahnya yang sangat datar. Itu berbeda sekali dengan deskripsi yang ada di buku psikologi mengenai ekspresi seseorang yang bersemangat.Sebagai seorang aktor, kepala penjaga keamanan itu pernah mengambil kelas psikologi untuk memerankan karakternya dengan lebih realistis. Dengan begitu, dia percaya buku itu benar. Dia memandang Daffa dan mencoba membacanya.Daffa tahu apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tapi dia tidak merespons. Setelah keheningan selama beberapa detik, dia berkata, “Aku ingin tahu alasan ketidakhadiranmu. Firasatku memberitahuku alasannya sama dengan kenapa kamu menjadi penjaga keamanan di sini. Pada akhirnya, aku akan berurusan dengan orang-orang ini, jadi tidak ada gunanya kamu menyembunyikan kenyataannya. Jika kamu ingin terus menjadi orang sukses dengan karier yang sukses, orang-orang ini hanya akan menjadi penghambat bagimu—sepe
Daffa tahu kepala penjaga keamanan itu murka karena prasangka mahasiswa lainnya dan dia dapat meledak kapan pun. Senyuman geli melengkung di wajah Daffa seraya dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Itu karena aku saat itu belum mengetahui bahwa aku adalah pewaris keluarga kaya. Kemiskinan yang pernah kualami itu sangat nyata—begitu parah hingga aku tidak berani makan sampai aku merasa kenyang setiap kali aku makan, takut aku akan kehabisan uang.”Dia berbicara dengan sangat tenang, tapi perkataannya menyentuh penjaga keamanan itu yang matanya memerah. Maka dari itu, Daffa tersenyum tidak berdaya, meluruskan punggungnya, dan berjalan menghampiri kepala penjaga keamanan itu. Dia lalu meremas bahu pria itu untuk menenangkannya.“Kamu tidak perlu merasa emosional untukku karena aku tidak merasa hal-hal yang telah kulakukan di masa lalu patut untuk ditangisi,” katanya sambil tersenyum cerah.Hal itu hanya membuat penjaga keamanan itu makin merasa kasihan pada Daffa. Namun, dia tidak
“Kalau begitu, sesuai keinginanmu. Aku akan mengumpulkan dewan direksi lainnya untuk memulai rapatnya. Aku sudah memberi tahu mereka sebelumnya melalui laptopku, tapi mereka mengabaikan aku—mereka tidak pernah menganggapku serius. Ada juga manajer bisnis menyusahkan yang sebelumnya kurekrut. Walaupun aku tidak mau mengakuinya, tapi aku tidak bisa menyangkal kurangnya kemampuanku untuk mengatur saluran televisi ini. Demikian pula, ketidakpedulianku membuat para karyawan melakukan hal-hal buruk sesuka hati mereka.”Kemudian, dia berjalan pergi dengan kepala yang tertunduk. Kekecewaan membebani pundaknya karena dia pernah menghabiskan begitu banyak energi untuk menjalankan FT TV. Akan tetapi, akhir-akhir ini, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk di pintu utama perusahaan dan menyaring tamu mana saja yang datang dengan niat buruk. Yang memperburuk semuanya, dia sekarang tidak memiliki pilihan selain menyerahkan FT TV pada Daffa.Masih duduk di kursi, Daffa tahu setiap kata yang dikatakan
Daffa maju satu langkah, berbalik untuk menghadap ke depan, dan memasuki ruang rapat itu.Penjaga keamanan itu membeku dengan tatapan kosong. Butuh waktu yang lama baginya sebelum tersadar kembali, bergegas menyusul Daffa sementara matanya bergerak-gerak ke sana kemari di tempat itu.Kemudian, dia tersenyum dengan hangat pada Daffa dan berkata, “Sebelum kita menugaskan penerus baru FT TV, aku akan melayanimu dengan sebaik mungkin. Seperti itulah kurang lebih situasinya nanti. Dalam keadaan apa pun, aku akan sangat senang melayanimu.”Kerutan muncul di wajah Daffa sesaat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa karena dia tahu kepala penjaga keamanan di sampingnya sedang mengatakan kebenarannya. Itu adalah pemikiran sesungguhnya penjaga keamanan itu.Namun, Daffa tidak memerlukan itu. Dia hanya ingin mengumpulkan para petinggi perusahaan saluran televisi itu di ruang rapat saat itu juga. Barulah saat itu dia bisa tenang dan melakukan apa yang dia inginkan. Meskipun dia merasa cemas, dia t
Daffa menaikkan sebelah alisnya, mengenali kepala penjaga keamanan itu karena mereka sebelumnya menaiki lift bersama. Dia dengan tenang berkomentar, “Kamu terlihat lebih baik mengenakan setelan jas ini daripada seragam penjaga keamanan sebelumnya.”Reaksi Daffa anehnya sangat tenang meskipun dia melihat kepala penjaga keamanan, yang seharusnya hanya menghasilkan 37,5 juta rupiah per bulannya, berganti pakaian dengan setelan jas mahal.Perubahan itu menandakan bahwa penjaga keamanan itu, pada kenyataannya, merupakan seseorang berstatus tinggi dan bertanggung jawab mendistribusikan gaji para karyawan lainnya.Karena Daffa tenang, kepala penjaga keamanan itu tidak bisa menahan emosinya. Alisnya menaik sangat tinggi terkejut seraya tersenyum pada Daffa. “Kamu tidak terlihat terkejut oleh identitasku yang sebenarnya. Apakah kamu sudah mengetahuinya lebih dulu?”Setelah mendengar hal itu, Daffa, yang hendak melangkah maju, berhenti melangkah. Ambang pintu lift adalah satu-satunya hal yan
“Ada juga pria di pintu masuk utama perusahaan yang mengawasi semua anggota keamanan!” Berpikir begitu, semua rambut di punggung direktur itu menegak.Berdiri di hadapan si direktur, Daffa menaikkan sebelah alisnya dan berkata, “Itu reaksi yang aneh. Kamu terlihat ketakutan, tapi aku tidak tahu kenapa. Apakah aku perlu mengingatkanmu bahwa kamu memintaku untuk datang kemari? Kukira kamu setidaknya akan siap secara mental untuk menghadapi konsekuensinya setelah aku tiba.”Mulut direktur itu menganga sangat lama. Di suatu titik, direktur itu kembali tersadar dan memohon, “M … Maafkan aku! Aku sangat bersedia untuk menyampaikan permintaan kepada para atasanku. Aku bersumpah aku sangat bersedia, tapi aku tidak bisa melakukannya karena aku mungkin akan kehilangan pekerjaanku. Lagi pula, perusahaan ini tidak dimiliki oleh satu orang saja dan kami juga merupakan saluran televisi ….”Dia menelan ludah dan memandang lantai setelah mengatakannya. Roda gigi di dalam otaknya berputar kencang, m
“Jelas-jelas kamu adalah bocah tidak dikenal. Aku tidak tahu bagaimana kamu memenangkan hati keluarga kecilmu dan membuat mereka membelikanmu jam tangan mahal itu, tapi biar kuberi tahu ini. Jika aku adalah kamu, aku akan mengembalikan jam tangan itu atau setidaknya menghadiahkannya untuk orang lain untuk mendapatkan keuntungan untuk keluargaku!” perintahnya.“Apa yang baru saja kamu katakan sangat kontradiktif. Sebelumnya, kamu mengaku bahwa jam tanganku adalah tiruan. Namun, sekarang kamu mengatakan bahwa keluargaku menghadiahiku jam tangan yang asli.” Daffa menaikkan sebelah alisnya. Dia berbicara dengan begitu tenang sehingga semua orang bisa mendengar ancaman terselubung di balik suaranya.Tidak perlu menjadi genius untuk mengetahui bahwa suasana hati Daffa sedang buruk saat itu. Menghela napas, Daffa mengepalkan tangannya dan meretakkan buku-buku jarinya lagi. Namun, kali ini, dia melanjutkannya dengan membungkuk, mengulurkan tangannya, dan mengangkat direktur yang sangat gemuk
Daffa bahkan tidak bisa menjamin bahwa direktur bodoh itu dapat memahami apa yang akan dia katakan, jadi dia tetap terdiam. Namun, dia terkejut karena direktur itu menganggap diamnya dia sebagai tanda kekalahan.Direktur itu menganggap hal itu sebagai konfirmasi bahwa Daffa sedang memakai barang tiruan. Oleh karena itu, dia mendongakkan dagunya pada Daffa dengan angkuh dan berbicara lebih lantang daripada sebelumnya. “Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah itu karena tebakanku benar dan kamu sekarang takut?”Daffa tidak ingin menghabiskan energinya menjelaskan hal-hal pada direktur itu lagi, jadi Daffa hanya menghampiri pria itu untuk menekankan, “Aku adalah orang yang pemarah dan aku yakin kamu sudah mendengarnya dari orang lain beberapa hari belakangan. Namun, yang membuatku terkejut adalah kamu bersikeras untuk membuatku kesal.”Seraya dia menggelengkan kepalanya, dia meretakkan buku-buku jarinya, mengeluarkan suara yang renyah dan menakutkan.Setelah mendengarnya, lutut direktur it
“Konyol sekali. Apakah kamu sudah lupa? Kamu menelepon dan mengirimnya pesan di hadapanku, berkata bahwa kamu melakukan semua hal ini karena kamu jatuh cinta pada wajah tampannya di televisi. Ini semua tidak akan terjadi jika dia mau berpacaran denganmu!”Senyum sinis tersungging di wajah direktur itu seraya dia mengejek, “Lagi pula, sepertinya kamu salah paham. Kamu bukan wanitaku.”Daffa merasa sangat jijik dengan kedua orang itu hingga tenggorokannya terasa tercekit.“Kalau kalian memanggilku kemari hanya untuk membanggakan mengenai bagaimana kalian akan memaksakan aku melakukan kekerasan, yah, aku bisa mengatakan ini—kalian pada dasarnya sedang cari mati dengan melakukan itu!” sela dia sambil mengulurkan tangan ke atas untuk memijat pelipisnya.“Membasmi musuh-musuhku adalah hal terakhir yang ingin kulakukan. Namun, sekarang, aku tidak masalah.”Dengan begitu, dia berjalan di ruang kerja itu dan duduk di sofa, dengan santai menyilangkan kakinya di atas kakinya yang lain.Seme