"Hutan Kematian?" desis Caka dan Arjun hampir bersamaan. "Karena kalian telah lancang, maka kalian harus dihukum!" seru pria itu. "Tunggu!" seru Caka merentangkan kedua tangan ke depan, "Kami hanya tersesat!" Pria itu menyipitkan mata, "Tersesat? Ke mana tujuanmu?" Caka melirik Arjun yang juga meliriknya. "Kami mencari penawar racun pulau persik!" "Penawar racun pulau persik, jadi ada yang terkena racun itu?" "Guruku diracuni seseorang, katanya penawarnya hanya ada di sini. Jadi aku datang untuk meminta penawarnya!" "Itu adalah trik kuno yang selalu digunakan setiap orang untuk datang ke pulau ini, tapi sebenarnya mereka mencari sesuatu yang lain!" sahut pria itudengan sinis. Tentu saja Caka dan Arjun terkejut dnegan penuturan pria itu. "Alasan? Aku benar-benar tidak beralasan, guruku memang diracuni. Dan kata para master yang lain itu adalah racun pulau persik. Dan penawarnya hanya ada di sini juga!" seru Caka dengna jujur. "Memang, racun pulau persik memang ada
"Kak Caka!" seru Arjun terkejut menyaksikan hal itu, ia hendak berlari ke arah Caka namun salah satu tangan Caka merentang ke arahnya untuk menghentikan. Caka mengangkat wajahnya ke arah pria misterius itu, menyimpulkan senyum miring sambil kembali berdiri. "Kerahkan semua kemampuanmu!" pintanya menantang. Pria itu mengeraskan rahang, menggenggam lebih erat pedang di tangannya. "Baiklah, jika itu yang kau mau. Aku akan menghabisimu, karena siapa pun yang berani memasuki hutan kematian tidak ada yang bisa keluar!" sahutnya mengangkat kedua tangan dengan kuda-kuda ilmu pedang. Lalu ia berlari ke arah Caka yang siap menyambut. Caka pun berlari ke arahnya, dua pegang kembali beradu beberapa kali. Dan aduan yang terakhir membuat pedang di pria misterius itu patah menjadi dua. Bagian yang patah terpental menjauh. Pria itu memegang hanya separuh pegang. Ia sungguh snagat terkejut akan hal itu. "Tidak mungkin! Ini ...." Satu gerakan cepat Caka langsung menempelkan pedangnya ke leh
Wanita itu tak menjawab pertanyaan Caka. Ia justru membuat dua cangkir minuman yang kemudian disuguhkan kepada cakar dan Arjun. Baik Caka maupun Arjun hanya menatap minuman di meja di depan mereka. bagaimana mereka tahu apakah minuman itu diracuni atau tidak! Dan sepertinya si wanita bisa membaca isi otak keduanya. Ia pun menyimpulkan senyum. "Kalian takut minuman ini ada racunnya?" "Saat ini, kami tidak bisa mempercayai siapapun!" jawab Caka. "Baiklah, aku hargai kekujuranmu. Tapi terus terang saja aku tersinggung!" "Kami hanya mencoba untuk berhati-hati, setiap orang yang kami temui selalu mencoba untuk mencelakai kami. jadi bukankah wajar jika kami harus bersikap hati-hati?" jawba Caka. Wanita itu menghela nafas panjang. "Namaku, Griselda. Aku tabib di wilayah ini!" Mata Caka dan Arjun melebar seketika. "Ta-tabib?" Griselda hanya menjinjing satu alis. "Master Arcaka adalah guruku, tapi saat ini beliau sedang meditasi. Mungkin tidak bsia diganggu!" "Medita
"Apa yang terjadi?" bingung Caka. Ia tak bisa menemukan Mac di mana pun, bahkan nomornya juga tak bisa dihubungi. "Arjun, aku harus menemukan Mac!" ujarnya hendak melangkah ke laur rumah. Namun Arjun menghalanginya. "Ini sudah malam, kau istirahat saja dulu!" Caka menggeleng. "Tidak,, dia bukan hanya sekedar pengawalku!" "Aku tahu, tapi kita tidak bisa sembarang pergi keluar. Tenangkan dulu dirimu, aku akan coba hubungi orang-orangku!" Baru saja ia membuka handphone, sudah ada panggilan masuk dari Nardo. "Ada apa?" "Syukurlah aku bisa menghubungimu? Apakah di sana benar-benar tak ada sinyal?" tanya Nardo dengan suara lega. Seolah menahan kecemasan selama ini. "Ada apa, Nardo?" "Vila milik Kak Caka diserang sekelompok orang misterius. Beruntung saat itu kami memang berniat ingin mengajak Mac bersenang-senang, jadi kami datang ke vila!" "Jadi sekarang di mana Mac?" "Ada di rumahku tenang saja, meski terluka tapi tidak parah!" Arjun menghela nafas lega, melihat hal itu
"Kita pergi sekarang!" ujar Caka dengan tegas. "Aku dengar King Master dirawat di kediamannya di vila La Gracille. Di sana penjagaannya sangat ketat!" tukas Ryuka. "Iya, takutnya ada musuh yang memanfaatkan kondisi King Master untuk mencelakainya lagi!" imbuh Nardo. "Tak apa, aku akan ke sana bersama Mac!" "Kak Caka, aku ikut!" pinta Arjun. "Kau sudah cukup banyak membantu, Arjun!" "Siapa tahu Kak Caka membutuhkan bantuan di sana!" Setelah berfikir sejenak akhirnya Caka mengijinkan Arjun ikut bersamanya. Bahkan Ryuka juga. Mereka pergi bersama-sama ke kediaman King Master. Di pintu gerbang, para penjaga melarang mereka masuk. "Katakan pada Tuan kalian, aku membawa penawar untuk King Master!" "Banyak yang berkata demikian, tapi semuanya pembohong!" jawab si pengawal. "Aku tidak berbohong, aku membawanya langsung dari pulau persik. Griselda yang memberikannya!" Pengawal itu tampak berdiskusi dengan temannya beberapa saat. "Baiklah, tunggu di sini!" ujar si pengawal
Leo menatap Caka dengan tak percaya, ia snagat terkejut akan hal itu. Kabar burung yang ia tahu pemuda bernama Caka itu yang mencuri pil dewa. Tapi apakah benar, memang ayahnya yang sengaja memberikan pil dewa pada Caka? Leo kemudian menatap King Master. "Ayah, benarkah itu? Ayah yang memberikan pil dewa kepada Caka?" King Master memejamkan mata sejenak, "Iya. Aku memang memberikan pil dewa padamu!" Caka menghela nafas panjang, sementara Leo mengeraskan rahang. Bahkan dirinya yang merupakan putranya tidka berhak mendapatkan manfaat dari pil dewa. Tapi kenapa anak ingusan seperti Cakara bisa? "King Master, kenapa _" "Aku memiliki alasan, pil dewa todak kuberikan kepada sembarang orang. Kau memiliki aura murni yang sangat kuat, di dalam darahmu ... mengalir darah dari seseorang yang tidak biasa. Tapi selama ini, tubuhmu terkunci karena banyaknya racun yang kau terima!" "Ya, sejak kecil ... bibiku memberiku racun agar aku tak bisa pulih. Sebenarnya tubuh ini ...," Caka tak
"Menyamar?" seru semua orang. Caka mengangguk. Hanya dengan menyamar ia bisa bergerak leluasa di area Akademi. "Ide itu tidak buruk, tapi bagaimana kau akan mengungkap pelaku yang sesungguhnya?" sahut Yu Long. "Kita lihat saja nanti!" Akhirnya guru Yu mmebawa Caka kembali ke Akademi, dan kali ini ia akan menginap di asrama. Biarkan Mac sementara berada di rumah Arjun. Guru Yu mengenalkan Caka yang saat ini mengenakan kaca mata tebal, tahi lalat di bawah mata dan kumis tipis itu sebagai Kay. Kay mulai menjalani aktifitas seperti murid lainnya. Ia sengaja menjadi murid yang pendiam dan jarang berbaur. Saat diam ia bisa mengamati semuanya. Saat melewati paviliun belakang, samar Kay mendengar sebuah suara. Jadi ia pun bersembunyi di belakang pilar besar. "Jangan khawatir, Ayah. Sebentar lagi aku akan mendapatkan kita 9 Matahari. Dengan kitan itu, kita bisa meramu pil dewa sendiri!" Kay sangat terperangah, sepertinya orang itu sedang berkomunikasi melalui handphone.
Kay meninggalkan ruangan itu dan langsung mencari Guru Yu. "Kaley, jadi sekarang dia mengincar kitab 9 Matahari?" "Benar, Guru." "Kurang ajar! jadi dia sengaja datang ke akademi hanya untuk mencuri!" "Kita harus menangkap mereka!" "Kita tangkap mereka saat hendak mencuri kitab itu, kau awasi terus saja. Kapan mereka akan beraksi!" Sementara di kamarya. "Apa kau yakin jika Kay itu adalah mata-mata para master?" tanya Toru. "Guru Yu yang membawanya secara tiba-tiba, padahal sudah jelas sejak King Master sakit, akademi sudah tidak menerima murid baru lagi!" sahut Kaley. "Tapi kenapa kita harus sengaja memancing mereka, bagaimana jika kita gagal mencuri kitab 9 Matahari dan kita lalu tertangkap. Kita akan mendapatkan hukuman yang berat!" "Aku memiliki rencana, kita memang akan menjadi umpan untuk mengalihkan perhatian mereka. Sementara, akan ada orang lain yang mengambil kitab itu!" Efran dan Toru saling pandang lalu kembali menatap Kaley. "Keluargamu?" "Misi kali