Caka bertolak ke lembah persik ditemani Arjun. Awalnya mereka menggunakan mobil, namun karena lembah persik berada di sebuah pulau, mereka pun harus naik perahu. Perjalanan naik perahu memakan waktu lebih lama. Sekitar lima jam. Arjun menghampiri Caka yang berdiri di pinggir dek. "Apa yang Kak Caka pikirkan?" "Zava, eh!" setelah mengucapkan gadis itu ia tiba-tiba sadar. Kenapa juga ia menjawab seperti itu. "Istri Kakak? Ya ... wanita itu memang pantas untuk dirindukan. Kalau aku jadi Kak Caka, mungkin _" Arjun tak melanjutkan kalimat ketika Caka menoleh dengan tatapan tajam. "Apa kau kekurangan wanita sampai harus membayangkan istri orang?" "Bukan begitu, Kak. Aku hanya berbicara jujur, melihat dari ekspresi Kakak Ipar di dalam foto, dia itu pastilah tipe wanita setia. Wanita yang setia patut untuk kita perjuangkan!" Arjun menghela nafas sejenak. "Aku bahkan belum menemukan satu pun, kebanyakan wanita di sisiku hanya memandang harta dan kesenangan saja!" akunya ju
Persembahan apa maksud wanita itu? "Jika kalian tak mau pergi, maka tinggallah di sini selamanya. Sebagai persembahan agar pulau ini tetap stabi!" ujar si wanita lalu kembali menyerang Caka. Caka yang memegangi lengannya yang tegores, langsung membuka mata lebar dan menghindar dari tebasan pisau itu. Saat si wanita menjulurkan lagi tangan berisi pisau itu, Caka menangkap pergelangan tangannya sembari ia memuat tubuh hingga berada di belakang si wanita. Tantann wanita itu terputar ke belakang. Dengan putaran lebih erat, sia wanita meraung dan pisau di tangannya terlepas. Selanjutnya Caka mengcengkeram leher wanita itu menggunakan tangan yang satunya lagi. Melihat ketuanya sudah tersandera, semua wanita itu pun berhenti menyerang. "Kami datang secara baik-baik, sama sekali tidak memiliki niat jahat malah kenapa kalian menyerang kamu?" "Sudah ketua kami katakan, orang asing dilarang masuk pulau ini!" seru salah satu dari mereka. "Aku sungguh sama sekali tak memilikinya nia
Wanita itu menatap Arjun dngan senyum miring. "Kau bisa meragukan aku, aku juga tidak memaksa kau percaya padaku!" "Aku percaya padamu!" ungkap Caka membuat Arjun melotot. "Kak Caka." "Jangan berburuk sangka tanpa bukti!" potong Caka kalau melangkah lebih dulu. Arjun mengepalkan tinju. Ia melihat tajam terhadap wanita itu saat melewatinya. Si wanita hanya menggeleng. Setelah Caka dan Arjun masuk, ia pun menutup pintu kembali. di sepanjang lorong gua itu sudah ada kumpul yang menempel pada dindingnya sebagai penerangan. Wanita itu berjalan lebih cepat sehingga berada di depan keduanya untuk memandu. Gua yang mereka tapaki cukup panjang juga, hal itu benar-benar membuat Arjun sangat khawatir. Ia takut wanita itu hanya menjebak mereka dan ingin mencelakai mereka. Maka dari itu Arjun sangat waspada dan tak pernah melepaskan matanya dari sosok wanita itu. Hingga akhirnya si wanita menekan salah satu dinding gua dan pintu gua pun mulai terbuka. Caka keluar lebih
Para wanita itu melotot mendngar ucapan Arjun. Mereka pun bangkit berdiri. "Ladys, karena tidak akan bisa mengalahkan Kak Caka. Jadi lebih baik jangan mengganggu urusannya!" "Kalian!" "Ada apa ini?" sebuah suara berwibawa muncul dari dalam bangunan. Caka dan Arjun langsung mengalihkan pandangan ke pemilik suara. Seorang wanita dewasa sekitar usia 40-an muncul, dia masih sangat cantik dalam usianya. "Guru!" semua gadis pun berlutut memberi hormat untuk beberapa saat. Pandangan mata wanita itu mengarah pada Caka. Tatapannya sangat tajam dan dalam. "Kenapa kau membuat kerusuhan di daerahku anak muda?" "Maafkan saya Master, saya datang ke sini hanya untuk mencari penawar yang katanya berasal dari pulau ini!" jawab Caka. "Penawar?" "Guruku terkena racun Pulau persik, dan penawarannya hanya ada di tempat ini!" jawab Caka. Wanita itu tampak mengangguk pelan. "Masuklah!" ujarnya lalu berbalik dan berjalan masuk. Caka tertegun, apakah ia salah dengar? Wanita
Malam itu Caka merasa gelisah, ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Meski Arjun sudah terlelap bahkan mendengkur pelan. Akhirnya Caka pun bangkit duduk, "Kenapa perasaanku tidak enak seperti ini?" Ia benar-benar merasa sangat gelisah. Tiba-tiba saja ia melihat ada kelebat bayangan di depan pintu, ia memperhatikan dengan seksama area bawah pintu apakah hanya perasaannya saja atau memang ada bayangan di sana. Rupanya memang ada bayangan di bawah pintu dan lebih dari satu orang. Juga ada bisik-bisik meskipun ia tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Caka akhirnya memutuskan untuk berpura-pura tidur. Ingin tahu apakah mereka hendak masuk kamarnya atau tidak. Kreeek! Derit pintu yang terbuka membuatnya mengulas yang tipis di wajah dengan mata yang masih terpejam. Apa yang ingin para wanita itu lakukan? "Mumpung mereka tidur ayo kita lakukan sekarang!" ajak salah satu wanita itu. Teman-temannya mengangguk dan langsung hendak membawa tubuh Caka dan Arjun. Tapi Cak
Caka masih menebak-nebak dalam pikirannya. Kira-kira para wanita ini menyembah setan apa di atas gunung seperti ini? sepertinya ini aja benar-benar sudah salah tempat. Tak mungkin Master yang memiliki penawar racun Pulau persik menyembah iblis kan? Sekarang Caka semakin yakin jika ia dan Arjun datang ke tempat yang salah. Mereka belum bertemu dengan master yang bisa membuat penawar racun Pulau persik. Gadis yang menuntun Caka kini berbalik, menatapnya dengan senyum miring terlukis di wajahnya. "Kau datang dengan suka rela untuk menyerahkan dirimu, jangan salahkan aku!" Caka menghela nafas dalam. "Aku memang datang dengan sukarela, tapi bukan untuk menyerahkan diri melainkan untuk membawa temanku kembali!" "Siapa pun yang sudah sampai di gunung ini tidak akan pernah bisa lolos!" ujar salah satu dari mereka. "Oya?" sahut Caka dengan santai. Lalu dengan gerakan cepat ia menyerang mereka semua. Semua gadis itu terperangah. Mereka tak menyangka jika pemuda itu rupa
Kedua mata Arjun melebar saat melihat Ailey mengayunkan pidau ke arahnya. Refleks ia meloncat dari batu. Ailey merasa kesal karena gagal menikam, ia lalu menyerah Arjun dengan kekuatannya, mengarahkan telapak tangan ke arah dada Arjun. Seiring gumpalan cahaya keluar, tubuh Arjun terpental dan terjerembab ke tanah. Ailey melangkah ke arahnya. Arjun mengelus dadanya yang terasa sakit. Ia menoleh Ailey yang datang padanya. "Apa yang terjadi? Kenapa ... kau menyerang kami?" "Kalian adalah persembahan untuk Dewi kemuliaan, yang akan menjaga tempat ini dari segala kerusakan!" "Persembahan? Dewi kemuliaan, ini konyol!" Ailey tampaj murka mendengar sahutan Arjun. "Berani sekali kau meragukan Dewi!" serunya menerjang Arjun. Seketika Arjun bangkit dan melawan. Di sisi yang lain Caka berhasil melumpuhkan semua anak buah Ailey. Ia langsung membantu Arjun melawan Ailey. Tubuh Ailey terpental mundur beberapa langkah oleh pukulan Caka di dadanya. Ia memegang dadanya dengan
"Meletus?" seru Arjun semakin panik. Caka langsung menariknya berlari keluar, Arjun segera tersadar dan menyesuaikan larinya. Lahar yang meletup-letup itu mulai merangkak naik ke permukaan, mulai mengaliri lorong jalan uang mereka gunakan untuk memasuki gua lagar itu. Rasa panas mulai bisa mereka rasakan. "Kak Caka, bagaimana ini?" tanya Arjun yang terus berlari. Setelah keluar dari mulut gua, mereka melompat ke sebuah pohon besar. Caka bisa mendarat sempurna dan naik ke dahan yang kuat, sementara tangan Arjun yang satu lepas dan hanya satu tangan yang bergelantungan. Sementara aliran lahar mulai tampak membanjir, membakar apa aja yang dilaluinya. "Arjun!" Caka mengulurkan tangannya. Arjun berusaha untuk meraihnya. Ia mecoba meraih berkali-kali, "Kau pasti bisa!" seru Caka memberi semangat. Ujung kaki Arjun nyaris menempel pada lahar yang mengalir kian deras itu. Sekali lagi ia mengayunkan tangan untuk meraih tangan Caka dan akhirnya berhasil. Caka menariknya ke ata