Setelah dua minggu akhirnya Diara bisa merasakan lagi nikmat bercinta dengan Steno. Ia kira tidak akan pernah, sebab melihat kondisi laki-laki tua itu yang seperti mayat hidup.Syukurlah Steno tersadar dan mau bangkit dari keterpurukan. Sekarang yang menjadi tugas Diara adalah untuk terus memberikan lelaki itu semangat agar bisa kembali seperti sedia kala. Yah walau Diara tahu itu pasti sangat sulit.Diara kecup pipi lelakinya sekilas, lalu mendaratkan kepala di dadanya seraya memeluk dari samping. Mereka baru saja menyelesaikan pertempuran alot, omong-omong. "Makasih ya Mas, aku sungguh puas. Mas luar biasa." Dengan tulus ia memujinya. Diara melontarkan pujian tersebut bukan semerta-merta untuk menyenangkan hatinya saja, tapi memang kenyataannya begitu. Ia cukup terkejut, pasalnya dengan kondisi Steno yang belum sepenuhnya pulih, lelaki itu mampu menyeimbangi permainannya. Bahkan dengan usianya yang sudah lanjut, lelaki itu tetap perkasa. Steno memang sungguh luar biasa dan Diara se
Arghhhhh ... Rasanya Diara ingin berteriak sekeras-kerasnya. Lagi? Hanya dalam kurun waktu singkat, kesialan itu kembali menghampirinya.Ia dan Steno sama sekali tidak bisa berkutik, untuk memprotes saja mereka tidak mampu sebab Anne mempunyai bukti penuh atas semua ucapannya.Walaupun Diara meronta sembari bersujud--memohon agar tidak diusir, agaknya hal tersebut tidak akan bisa mengubah keputusan wanita tua itu. Bahkan Steno yang mendadak tidak sadarkan diri setelah mengusir. Wanita itu sama sekali tidak merasa iba. Mungkin hatinya sudah terlampau terluka dan mati karena pengkhianatan yang Steno lakukan. Anne hanya mengizinkan keduanya tetap tinggal di apartemen itu sampai Steno tersadar dan sampai Diara selesai mengemas semua pakaian."Sekarang Mas sudah tidak punya apa-apa lagi. Maafkan Mas sayang, maafkan Mas."Kembali Steno menggaungkan kata maaf pada Diara. Sejak ke luar area apartemen itu, sampai kini mereka berada dalam sebuah taksi, Steno tidak henti mengucapkan kata-kata it
"Gimana Mas? Berhasil?"Semerta-merta Diara melontarkan tanya ketika baru saja membuka pintu kamar kost.Steno tidak langsung menjawab, lelaki itu justru menerobos masuk dengan wajah yang ditekuk. Dari ekspresinya saja Diara sudah bisa menebak, kalau lelaki itu pasti gagal ... Lagi.Sudah satu minggu, Steno berusaha untuk mendapatkan hartanya kembali tapi sampai detik ini tidak ada tanda-tanda usahanya itu membuahkan hasil. Steno selalu pulang dengan membawa kekecewaan untuk Diara."Pasti gagal lagi 'kan? Gimana sih?Mas itu sungguh-sungguh tidak sih?!" Diara mengekorinya, dan terus memberondongnya dengan pertanyaan.Steno menaruh dengan kasar gelas yang baru saja ia isi dengan air mineral ke atas meja di samping kasur, ia berbalik dan menatap Diara tajam. Merasa kesal karena nyaris satu minggu ini selalu disuguhi dengan pertanyaan itu terus-menerus. "Mas sudah berusaha sebisa Mas. Tapi tidak semudah itu bisa merebut harta itu kembali. Apalagi dengan kondisi Mas sekarang, yang sudah ti
Rasanya Diara tidak sabar untuk menunggu Rianti pulang dan mendengar kabar yang akan di bawa olehnya.Yah meski sebetulnya Diara bisa saja menghubungi Rianti dan menanyakan langsung mengenai keputusan yang diberikan Roni, tapi Diara enggan melakukan hal tersebut. Ia takut mengganggu Rianti yang sedang bekerja, terlebih ia juga ingin mendengarnya secara langsung.Jadi ia memutuskan untuk menunggu Rianti pulang. Melirik jam pada layar ponselnya, waktu kini sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tumben, kok belum ada tanda-tanda Rianti akan pulang? Diara sudah berulang kali mengecek keluar, tapi pintu kamar Rianti masih tetap terkunci. 'Apa dia lagi nemenin pelanggan sampai nginep di hotel ya?' Diara menduga-duga dalam hati. Hal tersebut memang lumrah terjadi, dulu ia juga sering pergi ke hotel untuk menemani Steno.Diara jadi mengingat masa-masa indah itu, namun kini? Boro-boro indah, yang ada ia malah sengsara.Berbalik dan melangkah untuk masuk kembali ke kamar, semerta-merta Diara m
Pukul setengah sembilan malam Diara sudah bersiap dengan pakaian yang biasa ia pakai untuk bekerja di Osean's. Sebuah gaun seksi, namun seperti biasa ia membalutnya dengan celana legging dan juga sebuah jaket--ketika berangkat.Sejujurnya ada perasaan senang sekaligus nelangsa yang Diara rasakan saat ini. Senang, karena setidaknya ia mempunyai pekerjaan lagi untuk membiayai hidup. Namun nelangsa, karena seharusnya ia tidak melakoni pekerjaan ini lagi. Seharusnya saat ini ia sudah hidup dengan enak, menjadi seorang Nyonya Steno.Namun apa yang terjadi saat ini, sangat berbanding terbalik dengan apa yang Diara bayangkan beberapa waktu lalu. Padahal sesuatu itu sudah ada dalam genggaman, namun mendadak hilang karena ulah orang yang iri padanya.Ah kenapa begitu malang sekali nasibmu Diara. Tapi sudahlah, ia tidak boleh terlalu meratapi nasib, sebab bagaimanapun hidup terus berjalan, bukan? Kini ia hanya perlu menjalani saja apa yang ada."Kamu tetap akan bekerja di Osean's lagi, Dira? Ka
"Jujur saja sebenarnya saya agak ragu untuk menerima kamu bekerja lagi di sini. Kasus video itu cukup viral, saya khawatir hal tersebut akan berdampak ke Osean's. Tapi Rianti terus meyakinkan saya dengan segala argumennya, sehingga mata dan hati saya terbuka lebar." Ucap Roni.Tadi siang saat Diara mengkonfirmasi mengenai dirinya yang kembali diterima bekerja di Osean's, Roni tidak membicarakan hal ini. Ia hanya mengatakan menerima Diara kembali dan baru sekarang menjabarkan alasannya."Saya juga sempat mengecek apa yang Rianti katakan, perihal berita tentang skandal kamu dan Pak Steno yang sudah mulai tenggelam." Kasus skandal Diara dan Steno memang sudah memudar tergantikan dengan berita lainnya yang lebih panas. Hujatan masyarakat pada Diara juga sudah jauh berkurang dari waktu ke waktu, sebab itu ia sudah berani mendownload berbagai aplikasi sosial media dan mengaktifkannya kembali, beberapa waktu lalu."Dan yang Rianti katakan memang benar adanya." Lanjut Roni, Diara hanya mende
Seperti inilah Diara kembali menjalani hidupnya selama dua pekan. Bekerja kembali di Osean's untuk menemani para tamu yang datang.Mengenai Steno? Apakah sudah sepenuhnya mengizinkan atau tidak? Jawabnya, ya tentu jelas tidak. Lelaki tua itu masih teguh dengan pendiriannya, tidak mengizinkan Diara bekerja di Osean's karena alasan cemburu. Cih sudah tua, miskin, masih saja sok-sokan pakai cemburu segala. Sangat tidak pantas sekali. Apa lelaki itu tidak sadar kalau Diara seperti ini karena dirinya juga?!Sama seperti Steno, Diara juga tetap teguh pada pendiriannya, sama sekali tidak menghiraukan omongan lelaki itu. Entah akan semurka apa pun, Diara tidak peduli. Ia anggap sebagai angin lalu saja.Omong-omong mengenai kemurkaannya, pernah lelaki itu sangat marah ketika menemukan Diara pulang pagi. Sebagai mantan yang pernah menggunakan jasa Diara, atau wanita penghibur lainnya, tentu saja Steno sangat hapal apabila Diara sampai pulang pagi. Tidak lain dan tidak bukan karena wanita itu
Steno dinyatakan koma oleh pihak rumah sakit. Mengenai mengapa pria itu bisa mendadak koma? Jujur saja Diara kurang paham. Meski dokter sudah menjelaskan kondisinya secara jelas dan gamblang akan tetapi kapasitas otak Diara yang minim tidak bisa memahami ucapan dokter dengan mudah. Namun intinya yang ia tangkap dari penjelasan dokter tersebut; kenapa kondisi Steno bisa seperti itu disebabkan karena usia, tekanan batin yang tinggi, juga kurangnya asupan makanan. Dari beberapa alasan yang Diara pahami, ia cukup mengerti. Umur Steno emang sudah tua, rentan akan penyakit. Meski sebelumnya ia tidak tahu Steno punya riwayat penyakit atau tidak. Mengenai tekanan batin, jelas saja Diara paham. Akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi pada lelaki itu perihal perselingkuhannya dengan Diara yang terbongkar, keluarga dan karir yang hancur, dipecat tidak terhormat, anaknya yang sudah tidak ingin mengakui, hartanya yang habis karena ketamakan mantan istri, juga ... Sikap Diara yang berubah, yang
"Kamu? Mau apa kamu ke rumahku?!" Echa bertanya setelah beberapa saat tadi hanya terdiam.Diara tersenyum kecut seraya berdecih, dalam hati ia membatin. 'Kau boleh bersikap angkuh sekarang, namun sebentar lagi kau pasti akan menangis darah! Huh..'"Aku akan--" Diara baru saja ingin menjawab, akan tetapi Zaenal sudah lebih dulu menghampiri sembari membawa barang-barang milik Diara.Sontak saja hal tersebut menyedot perhatian Echa. Diara bisa menangkap wajah istri pertama suaminya yang sangat kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini. Sepertinya Zaenal memang belum menceritakan rencana mereka. Diara menyunggingkan senyum dan hati ia bersyukur. 'baguslah, pasti akan lebih seru lagi.'"Mas!" Dengan wajah yang masih menatap bingung, Echa memanggil suaminya, agaknya wanita itu ingin menuntut penjelasan."Kita bicara di dalam!" Tukas Zaenal tegas.Echa menggelengkan kepalanya. "Tidak! Aku tidak sudi rumahku diinjak wanita murahan ini!" Tunjuknya pada Diara dengan mata yang melotot."Ini r
Akhirnya hari ini Diara sudah diizinkan untuk pulang, setelah tiga hari dirawat. Rasanya sangat senang sekali, apalagi Zaenal menuruti keinginannya untuk tinggal di rumah yang ditempati oleh Echa. Ah Diara sangat tidak sabar, ingin bertemu dengan kakak madunya. Kira-kira bagaimana ya reaksinya nanti? Terkejut? Itu sih sudah pasti, tapi apakah Echa akan mengamuk? Atau mungkin malah pingsan karena saking terkejutnya? Tidak tahulah, pokoknya Diara sudah tidak sabar ingin bertemu. ia sudah tidak sabar ingin segera melihat wajah kekalahannya. Huh pasti sangat lucu sekali, bukan? Diara pastikan kali ini ia menang telak. Buktinya saja selama dirawat di rumah sakit, Zaenal selalu menemaninya, selalu ada di sampingnya. Paling-paling jika pergi hanya untuk urusan pekerjaan yang benar-benar mendesak saja dan tidak bisa diwakilkan oleh orang lain. Perhatian Zaenal sekarang semakin bertambah, ia jadi semakin over protektif. Ketika ia harus pergi, Zaenal akan meminta Rianti untuk menemani. Zaena
"Sstt~" Diara seketika mendesis saat merasakan rasa nyeri itu lagi di bagian perut. Rasanya memang tidak begitu sakit seperti beberapa saat lalu, tapi tetap saja masih terasa sakit juga."Sayang, kamu sudah sadar?" Zaenal semerta-merta menghampiri. Diara tidak langsung menjawab pertanyaan, melainkan matanya mengedar ke seluruh ruangan--meneliti, dan ia baru menyadari bahwa kini dirinya sudah berada di rumah sakit.Ah Diara baru ingat, sepertinya tadi ia pingsan karena dorongan kencang yang dilakukan Echa. Sejurus kemudian matanya membelalak, ketika otaknya mengingat kejadian terakhir itu."Sayang, kamu gak apa-apa 'kan? Apa masih sakit?" Zaenal bertanya lagi, tapi Diara tidak menjawabnya melainkan meraba perutnya dengan panik. Diara takut anaknya gugur. Bisa gawat jika hal itu terjadi. Zaenal bisa saja meninggalkannya karena sesuatu yang mengikatnya sudah tidak ada lagi."Mas! Gimana anak kita? Dia gak gugur 'kan? Dia masih ada di perutku 'kan Mas?" Diara bertanya panik, sungguh ia ta
[Mas di mana? Bisa pulang gak hari ini?] Itu suara Kinanti--istri pertama Zaenal. Diara masih bisa mendengarnya dengan baik sebab jaraknya dengan Zaenal yang memang sangat dekat. Diara tebak, wanita itu pasti ingin menyuruh Zaenal untuk pulang. Ck tidak akan Diara biarkan itu terjadi! Zaenal belum menjawab, lelaki itu malah menatap istri keduanya--seolah meminta pendapat. Sontak saja Diara menggelengkan kepala. Ia tidak akan mengizinkan Zaenal menemuinya, barang sedetik pun. Diara egois? Memang! Masa bodo orang beranggapan seperti apa? Diara tidak peduli, karena yang ia pedulikan hanya dirinya sendiri. Zaenal menghembuskan napasnya dengan kasar, hal tersebut malam membuat Diara tersenyum senang, pasalnya Diara tahu suaminya pasti akan lebih memilih menurutinya. "Mas masih di luar kota, gak bisa pulang sekarang. Emangnya ada apa?" Nah benar 'kan? Zaenal pasti akan lebih memilihnya. Diara sudah menggenggam kelemahan Zaenal yaitu anak dalam perutnya dan juga pelayanannya di
Akhirnya Diara berhasil membuat Zaenal bertekuk lutut. Dengan mengandalkan keahliannya dalam bercinta, ditambah bumbu-bumbu merajuk manja, dan juga tentunya menggunakan bayi dalam kandungannya untuk mengancamnya, ia berhasil membuat Zaenal bertahan tetap bersamanya sampai mengabaikan istri pertamanya. Rasanya sangat luar biasa senang sekali. Semacam ada suatu perasaan yang berbeda yang membuat Diara begitu luar biasa gembira ketika mengetahui bahwa ia menang dari wanita pertama suaminya. Dari sejak malam di mana Diara menyuruh Zaenal untuk datang, lelaki itu sama sekali tidak meninggalkannya lagi. Awalnya Zaenal masih meminta izin pamit untuk pulang ke rumah yang ditempati oleh istri pertamanya, tapi Diara selalu menahan agar tidak pulang. Awalnya memang sulit, tapi semakin lama Zaenal semakin mudah untuk dikendalikan. Ah bahkan sekarang lelaki itu tidak pernah meminta izin untuk pulang lagi, Zaenal hanya izin untuk pergi ke kantor dan ketika pulang, tanpa Diara suruh terlebih dulu
Malam ini, kembali Diara tidak bisa tidur. Sudah empat malam ia selalu seperti ini. Diara tidak tahu apa penyebabnya? namun yang pasti ia jadi tersiksa sekali dengan keadaan ini. Ah andai saja ada Zaenal bersamanya, Diara bisa mengajak lelaki itu bergadang--menengguk surga dunia sampai pagi. Tapi sayang, seperti yang sudah Zaenal katakan saat terakhir kali, lelaki itu benar-benar tidak bisa mengunjungi Diara lagi. Tentu saja saat itu Diara melayangkan protes. Tapi Zaenal terus membujuk dengan mengiming-imingi akan membelikan rumah secepatnya. Dibujuk dengan cara seperti itu, tentu saja Diara menurut pada akhirnya. Namun ternyata tidak dikunjungi selama itu membuat Diara jadi tersiksa. Apalagi Zaenal sama sekali tidak menghubunginya. Lelaki itu seolah hilang seperti ditelan oleh derasnya ombang di lautan. "Apa aku hubungi dia aja ya, suruh dia ke sini?" Zaenal sudah melarang Diara untuk jangan menghubunginya, apalagi di waktu-waktu yang memungkinkan ia sedang bersama istri pertama
"Ngapain kamu ke sini?""Ya Mas mau nengokin kamu sama Adek."Diara berdecak lalu pergi meninggalkannya yang masih berdiri di pintu kamar kost sembari berucap. "Masih inget kalo punya istri yang lagi hamil?"Sekali lagi Diara berdecak. Ia kesal, bagaimana tidak? Zaenal sama sekali tidak mendengarkan permintaannya tempo hari. Saat itu Zaenal malah menyudahi obrolan dan tidur begitu saja lalu paginya ia buru-buru pergi dan tanpa memberi kabar, lelaki itu baru datang lagi hari ini.Ternyata susah juga menjerat dan membuat laki-laki itu takluk. Diara sudah melakukan berbagai cara dengan memberikannya kenikmatan, tapi hal tersebut tidak mampu membuat Zaenal berpaling seutuhnya.Hah, sebenarnya apa sih yang dimiliki oleh istri pertamanya itu? Diara jadi penasaran. Seperti apa dia? Sampai suami mereka susah sekali di jerat."Mas minta maaf. Mas buru-buru, dan Mas juga lagi banyak urusan, jadi gak bisa nemuin atau nghubungin kamu." "Urusan apa? Urusan manjain istri pertama, sampai lupa istri
Entah sudah berapa lama Diara terlelap, satu jam? Dua jam? Atau bahkan hanya beberapa menit saja? Ia tidak tahu pastinya. Setelah kelelahan karena pertempuran panas, Diara tidak melihat jam lagi, dan langsung tertidur begitu saja. Jadi ia tidak bisa memastikan berapa lama tertidur.Namun seolah mendapatkan sebuah sinyal berbahaya, Diara tiba-tiba saja terbangun ketika melihat waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Dan benar saja, setelahnya ia cukup terkejut ketika tidak menemukan sosok Zaenal di sampingnya. 'Ke mana perginya laki-laki itu?'"Mas ..." Diara memanggil, tapi tidak ada sahutan. "Apa jangan-jangan dia pergi diam-diam?" Seketika ia merasa geram. Jika benar lelaki itu pergi diam-diam setelah mendapatkan kenikmatan, awas saja.Namun baru saja ingin mengambil ponsel yang berada di atas nakas tiba-tiba terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. "Kayanya Mas Zaenal lagi di kamar mandi." Monolognya. Lalu ia beranjak sembari memungut pakaiannya yang teronggok dilantai l
Diara pikir untuk meyakinkan Zaenal sangat sulit, melihat karena beberapa saat lelaki itu tidak memberi respon sama sekali. Tapi ternyata, Zaenal seperti itu hanya shock dan tidak menyangka kalau ia benar-benar akan mendapatkan seorang bayi dari Diara.Diara sangat bahagia karena Zaenal mempercayainya. Apalagi tanpa bersusah payah memberikan bukti untuk memvalidasi atas apa yang ia ucapkan. Zaenal langsung mempercayainya seratus persen. Bahkan satu minggu setelah pertemuan mereka di cafe itu, Zaenal menepati janjinya dengan menikahi Diara.Iya benar. Status Diara sekarang sudah berubah, ia sudah menjadi istri dari seorang Zaenal terhitung kemarin sore.Pernikahan mereka dilaksanakan sangat sederhana dan tertutup. Hanya segelintir orang saja yang mengetahui dan menjadi saksi. Zaenal menikahi Diara hanya secara siri. Tapi tidak apa, walau begitu Diara sudah merasa senang. Yang penting untuknya, sekarang bayi dalam kandungannya sudah mempunyai ayah. Lagipula Zaenal sudah berjanji akan me