Fang menghindari serangan-serangan pedang pemimpin Zhou, meskipun dari kekuatan serta tenaga dalamnya lebih besar daripada pria bertopeng tersebut, namun tetap saja bukanlah hal yang bijak untuk menyambut serangannya dengan tangan kosong.
"Permainan pedangmu cukup baik, tetapi masih banyak celah. " Di sela-sela pertarungan mereka, Fang mengomentari pemimpin Zhou yang membuat pria paruh baya itu mendengus kesal dibalik topengnya.
"Omong kosong!" Pemimpin Zhou tidak terima dengan pendapat Fang. Dia merupakan pendekar yang telah lama malang melintang di dunia persilatan, sudah banyak pendekar-pendekar yang tewas di pedangnya, jadi dia tidak merasa permainan pedangnya banyak menunjukkan celah.
"Akan ku buat kau menarik kata-katamu." Pria bertopeng tersebut menambahkan.
Serangannya berubah semakin cepat, Fang harus menggunakan tenaga dalam yang besar untuk melapisi tubuhnya agar jika terkena sabetan tidak mengalami luka parah. Namun, sebisa mungkin ia menghind
Jangan lupa vote dan rate bintang 5
Setelah membebaskan para gadis yang menjadi tahanan, Fang melanjutkan aksinya dengan mendatangi satu persatu tenda kelompok Gagak Pembunuh yang ada di tempat itu untuk mencari harta yang mereka tinggalkan. Fang begitu terkejut sekaligus terpukau setelah melihat gunungan harta berupa perhiasan maupun uang yang tersimpan di satu tenda."Tidak heran kelompok Gagak Pembunuh bisa menjadi kumpulan penjahat nomor satu di Kekaisaran Yang. Mereka bisa mengumpulkan harta sebanyak ini? Sudah berapa banyak orang-orang yang mereka rampok?" Fang bergumam dalam hatinya, masih memandangi gunungan harta yang ada di hadapannya."Aku tidak akan bisa membawanya sendiri, namun meninggalkannya di tempat ini bukanlah hal yang bijak." Pemuda itu mengusap dagunya, berpikir keras bagaimana cara membawa harta-harta tersebut.Fang kemudian teringat pada penjelasan kakeknya ketika ia masih di Hutan Kematian. Sang kakek mengatakan, dari cerita mendiang ibunya Fang, Liontin yang tersemat di leherny
Matahari tepat berada di atas kepala, panas dan teriknya membakar hingga ke kulit ketika Fang tiba tidak jauh dari sebuah gerbang kota. Di atasnya tertulis dengan rapi beberapa kata yang sangat besar, IBUKOTA KEKAISARAN YANG, KOTA AWAN PUTIH. Suasana begitu ramai, banyak antrian di sepanjang jalan keluar-masuk kota. Fang turun dari Bintang Kecil dan berdiri di antrian paling belakang, menunggu giliran masuk. Ia kemudian mendekati warga yang ada di depannya dan menanyakan sesuatu. "Maaf paman, apakah setiap harinya memang ramai seperti ini?" Fang cukup terpukau, ini kali pertamanya melihat antrian panjang. "Sebagai ibukota dari Kekaisaran Yang, kota Awan Putih memang sering ramai pengunjung. Namun, biasanya tidak sepanjang dan sepadat ini. Hari ini memang tidak biasa, ku dengar putra dari Kaisar Li sedang di perja
Kepulangan pangeran Li Jianchen ke istana disambut langsung oleh kaisar saat ini, Li Ning dan permaisurinya. Keduanya melepaskan pelukan rindu karena sudah sebulan penuh tidak bertemu dengan putra mereka satu-satunya itu. "Ayahanda, Ibunda." Sapa pangeran Li lalu memeluk keduanya. Kaisar Li dan permaisuri melakukan hal yang sama, mereka memeluk erat sang putra. Kaisar Li memang dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan dingin, namun saat bersama keluarga, dia merupakan sosok ayah yang baik dan penuh kasih sayang. Setelah itu, kaisar Li mengajak pangeran Li Jianchen untuk pergi ke ruangan pribadi keluarga kekaisaran, setelah tiba di sana, pemimpin tertinggi Kekaisaran Yang itu menanyakan peristiwa-peristiwa yang dialami putranya.
Pelayan yang menemani Fang begitu terkejut, matanya melotot dan mulutnya terperangah setelah melihat pemuda itu benar-benar memborong semua tanaman gaib langka yang ditemuinya di lantai empat Rumah Anggrek Ungu. Tidak berhenti sampai di sana, Fang meminta pelayan tersebut menemaninya ke lantai selanjutnya untuk mencari tanaman gaib langka lainnya. "Tuan muda, Anda sudah membeli lebih dari sepuluh tanaman gaib langka, meskipun terbilang sedikit namun harganya cukup fantastis." Pelayan mengingatkan Fang. "Tidak masalah, aku akan membelinya." Fang kembali menggoyangkan uang yang ada di kantong hitam di tangannya. "Kalau uang ini kurang, aku masih memilikinya." Dia menambahkan. "Rumah Anggrek Ungu hanya menyediakan tanaman gaib di lantai empat dan lima, jadi setela
Salah satu keahlian yang dimiliki setelah mencapai tingkat Pendekar Bumi, Fang bisa merasakan aura yang ditinggalkan oleh seseorang meskipun sudah berhari-hari, sebab itulah dia mengikuti aura yang keluar dari tubuh Tabib Tangan Dewa. Fang baru menghentikannya setelah tiba di hutan yang tidak jauh dari kota, karena aura yang ditinggalkan Tabib tua itu menghilang di sana. "Kenapa aura tubuhnya bisa hilang di tempat ini, mungkinkah senior Tabib Tangan Dewa sudah menyadari aku mengikutinya?" Fang membatin, sebelumnya dia memang sudah menduga tingkat kekuatan yang ditunjukkan Tabib Tangan Dewa bukanlah yang asli, melainkan disamarkan. Fang bisa merasakannya, sebab teknik yang digunakan sang tabib sepuh mirip dengan yang dipakainya. Fang menatap ke seluruh penjuru tempat itu, beberapa saat kemudian dia menaikkan kewaspadaannya sebab merasakan sesuatu mendekatinya.
Setelah kembali ke kota Awan Putih, Tabib Tangan Dewa kebingungan sebab dia tidak tau harus berbuat apa. Fang yang menyadari hal tersebut mulai menanyakannya. "Sebenarnya, aku tidak memiliki uang untuk mengajakmu menginap ataupun sekedar membawamu makan. Aku baru saja tiba di kota ini dua hari yang lalu, sebab itulah aku memutuskan untuk menjual pil di Rumah Anggrek Ungu dan menyewa satu tempat karena disana aku bisa utang terlebih dahulu baru membayarnya setelah mendapatkan uang. Namun, semua uangku sudah habis, sebab aku hanya menjual pil-pil berkualitas rendah karena tidak ingin identitasku diketahui." Tabib Tangan Dewa merasa bersalah kepada Fang. Sementara itu, Fang tertawa kecil membuat Tabib Tangan Dewa tambah kebingungan dan sedikit kesal "Kau mengejekku anak muda?" Tabib Tangan Dewa menaikkan alisn
"Luar biasa, ini Restoran Lima Warna terbesar yang pernah kulihat." Fang berdecak kagum setelah memandangi sebuah bangunan yang terdiri dari tujuh lantai itu. Di sampingnya Tabib Tangan Dewa juga menunjukkan hal yang sama, namun bukan karena ukuran maupun kemegahan yang ditampilkan restoran tersebut melainkan dirinya mencium aroma sedap yang keluar dari bangunan tersebut. "Tentu saja, ini Restoran Lima Warna terbesar yang ada di kekaisaran Yang." Tabib Tangan Dewa lalu mengajak Fang memasuki tempat itu, karena dia sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan terenak di kekaisaran Yang. Keduanya lalu memasuki tempat itu. Mereka memiliki langsung naik ke lantai selanjutnya setelah melihat lantai dasar tempat itu sudah terisi penuh. Yang menarik perhatian adalah semua pengunjung merupakan seorang pendekar. Memang Restoran Lima Warna memiliki peraturan tersendiri yaitu hanya menerima pembeli yang berasal dari dunia persilatan. "Bagaimana kalau kita menikmati makanan
Fang dan Tabib Tangan Dewa masih menunggu makanan pesanan mereka saat melihat sekelompok orang memasuki ruangan itu. Fang menyipitkan matanya mencoba mengenali mereka namun dia gagal mendapatkannya. Di sisi lain, Tabib Tangan Dewa tampak tidak terganggu maupun tertarik dengan keberadaan mereka. Fang penasaran dengan reaksi muda-mudi yang duduk di meja tidak jauh dari mereka. Benar saja, dia melihat kedua pendekar muda itu tampak terganggu dengan kehadiran kelompok itu. Fang kemudian mencuri dengar pembicaraan mereka. "Aiyo, tidak kusangka akan bertemu dengan murid berbakat sekte Pedang Surgawi sekaligus anak kesayangan patriak Shen Wang di tempat ini," ucap seorang pria paruh baya tertawa mengejek sembari memelintir kumisnya yang tebal. "Kami juga tidak menduga bisa bertemu dengan salah satu tetua sekte Tiga Racun Kematian. Tidak disangka kalian punya nyali datang ke kota ini," balas pemuda yang belakangan diketahui bernama Shen Long. Dia merupakan putra sulu
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung