Salah satu keahlian yang dimiliki setelah mencapai tingkat Pendekar Bumi, Fang bisa merasakan aura yang ditinggalkan oleh seseorang meskipun sudah berhari-hari, sebab itulah dia mengikuti aura yang keluar dari tubuh Tabib Tangan Dewa. Fang baru menghentikannya setelah tiba di hutan yang tidak jauh dari kota, karena aura yang ditinggalkan Tabib tua itu menghilang di sana.
"Kenapa aura tubuhnya bisa hilang di tempat ini, mungkinkah senior Tabib Tangan Dewa sudah menyadari aku mengikutinya?" Fang membatin, sebelumnya dia memang sudah menduga tingkat kekuatan yang ditunjukkan Tabib Tangan Dewa bukanlah yang asli, melainkan disamarkan. Fang bisa merasakannya, sebab teknik yang digunakan sang tabib sepuh mirip dengan yang dipakainya.
Fang menatap ke seluruh penjuru tempat itu, beberapa saat kemudian dia menaikkan kewaspadaannya sebab merasakan sesuatu mendekatinya.
Jangan lupa vote dan rate bintang 5. Terima kasih sudah setia dan membaca novel ini.
Setelah kembali ke kota Awan Putih, Tabib Tangan Dewa kebingungan sebab dia tidak tau harus berbuat apa. Fang yang menyadari hal tersebut mulai menanyakannya. "Sebenarnya, aku tidak memiliki uang untuk mengajakmu menginap ataupun sekedar membawamu makan. Aku baru saja tiba di kota ini dua hari yang lalu, sebab itulah aku memutuskan untuk menjual pil di Rumah Anggrek Ungu dan menyewa satu tempat karena disana aku bisa utang terlebih dahulu baru membayarnya setelah mendapatkan uang. Namun, semua uangku sudah habis, sebab aku hanya menjual pil-pil berkualitas rendah karena tidak ingin identitasku diketahui." Tabib Tangan Dewa merasa bersalah kepada Fang. Sementara itu, Fang tertawa kecil membuat Tabib Tangan Dewa tambah kebingungan dan sedikit kesal "Kau mengejekku anak muda?" Tabib Tangan Dewa menaikkan alisn
"Luar biasa, ini Restoran Lima Warna terbesar yang pernah kulihat." Fang berdecak kagum setelah memandangi sebuah bangunan yang terdiri dari tujuh lantai itu. Di sampingnya Tabib Tangan Dewa juga menunjukkan hal yang sama, namun bukan karena ukuran maupun kemegahan yang ditampilkan restoran tersebut melainkan dirinya mencium aroma sedap yang keluar dari bangunan tersebut. "Tentu saja, ini Restoran Lima Warna terbesar yang ada di kekaisaran Yang." Tabib Tangan Dewa lalu mengajak Fang memasuki tempat itu, karena dia sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan terenak di kekaisaran Yang. Keduanya lalu memasuki tempat itu. Mereka memiliki langsung naik ke lantai selanjutnya setelah melihat lantai dasar tempat itu sudah terisi penuh. Yang menarik perhatian adalah semua pengunjung merupakan seorang pendekar. Memang Restoran Lima Warna memiliki peraturan tersendiri yaitu hanya menerima pembeli yang berasal dari dunia persilatan. "Bagaimana kalau kita menikmati makanan
Fang dan Tabib Tangan Dewa masih menunggu makanan pesanan mereka saat melihat sekelompok orang memasuki ruangan itu. Fang menyipitkan matanya mencoba mengenali mereka namun dia gagal mendapatkannya. Di sisi lain, Tabib Tangan Dewa tampak tidak terganggu maupun tertarik dengan keberadaan mereka. Fang penasaran dengan reaksi muda-mudi yang duduk di meja tidak jauh dari mereka. Benar saja, dia melihat kedua pendekar muda itu tampak terganggu dengan kehadiran kelompok itu. Fang kemudian mencuri dengar pembicaraan mereka. "Aiyo, tidak kusangka akan bertemu dengan murid berbakat sekte Pedang Surgawi sekaligus anak kesayangan patriak Shen Wang di tempat ini," ucap seorang pria paruh baya tertawa mengejek sembari memelintir kumisnya yang tebal. "Kami juga tidak menduga bisa bertemu dengan salah satu tetua sekte Tiga Racun Kematian. Tidak disangka kalian punya nyali datang ke kota ini," balas pemuda yang belakangan diketahui bernama Shen Long. Dia merupakan putra sulu
"Shen Long, Shen Yue, seharusnya kalian lebih bersikap sopan pada orang yang lebih tua. Apa ini yang diajarkan patriak Shen pada kalian?" Perkataan manajer Yan membuat kedua muda-mudi itu menundukkan kepalanya. Mereka menghormatinya karena pria itu kenalan baik ayahnya. "Senior, bukan begitu…" Shen Long mencoba menjelaskan namun perkataannya dipotong oleh manajer Yan. "Sudah, aku tidak perlu penjelasan. Sebaiknya kalian habiskan makanan dan tinggalkan tempat ini. Aku akan menemui patriak Shen nanti untuk mengadukan kalian." Mendengar hal itu, tetua sekte Tiga Racun Kematian tersenyum penuh kemenangan. Dia tersenyum mengejek ke Shen Long dan Shen Yue yang membuat kedua muda-mudi itu emosi. Shen Long langsung mencabut pedangnya dari sarung dan menyerang tetua sekte Tiga Racun Kematian yang belakangan diketahui bernama Gu Liang. Tetua Gu sudah mengantisipasi hal tersebut, dia menghindari serangan Shen Teng dengan mudah. Saat Shen Lo
"Aih, sudah lama aku tidak merasakan makanan senikmat ini." Tabib Tangan Dewa makan dengan lahap hidangan yang ada di hadapannya tanpa memperdulikan Fang di sampingnya. Dia lalu mencoba arak yang di pesan, "Tidak salah mengatakan ini arak terbaik yang ada di kekaisaran Yang. Selain rasanya yang begitu enak, minuman ini juga bisa menambah tenaga dalam meskipun sedikit." Setelah menghabiskan satu guci arak, Tabib Tangan Dewa memberi komentarnya. "Anda benar senior, bukan hanya arak ini namun makanan juga bisa menambah tenaga dalam." Fang sependapat dengan Tabib Tangan Dewa. "Tentu saja, itu karena semua bahan yang digunakan untuk membuat makanan maupun minuman di tempat ini berasal dari hewan dan tanaman gaib," balas tabib sepuh itu. Dia sudah menghabiskan tiga perempat dari makanan yang di pesan juga tiga guci arak. "Aku sudah kenyang, biasanya aku makan hanya sedikit tapi untuk menghargai dirimu, sebab itulah aku makan agak banyak." Tabib Tangan Dewa
Fang tersadar dari lamunannya ketika mendengar teriakkan keras dari lima orang anggota sekte Tiga Racun Kematian. Dia menyipitkan matanya, melihat lebih tajam dan menemukan kelima orang tersebut mengeluarkan darah segar dari kedua matanya masing-masing.Pemuda itu mengerutkan keningnya, belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Pandangannya kemudian tertuju pada Tabib Tangan Dewa yang sudah berdiri di sampingnya."Biarkan aku yang menghadapi mereka. Aku ingin melemaskan otot-otot tuaku ini."Ternyata Tabib Tangan Dewa melepaskan senjata tersembunyi miliknya yang berupa jarum sebesar lidi dupa untuk menyerang mata kelima anggota sekte Tiga Racun Kematian."Tarik aura pembunuhmu dari mereka, agar aku mendapatkan pertarungan yang memuaskan." Bersamaan dengan itu, Tabib T
Fang yang menggendong tubuh Tabib Tangan Dewa karena pria sepuh itu masih belum bisa menggerakkan tubuhnya dengan leluasa tiba ke depan sebuah penginapan. Mereka memilih untuk menginap di sana, menghabiskan malam atau sekedar beristirahat.Keduanya disambut pemilik penginapan, Fang langsung memesan sebuah kamar untuk mereka berdua."Bibi, beri kami kamar yang paling besar di tempat ini. Masalah uang tidak perlu Anda pikirkan." Fang mengeluarkan kain hitam yang berisi sepuluh keping emas lalu memberikannya pada pemilik penginapan."Apakah ini cukup untuk semalam?" tanyanya memastikan.Pemilik penginapan mengambil setengahnya, lalu berkata "Ini sudah cukup." Mereka lalu diantarkan ke kamar yang dimaksud.Tidak lupa, Fang membua
Fang menghentikan langkahnya ketika melihat salah satu pengemis yang ditemui sebelumnya mendapatkan beberapa roti kering dari warga yang melintas.Pada dasarnya, para pengemis memiliki ego yang tinggi dan hanya mementingkan diri sendiri. Mereka tidak akan mau berbagi antar sesama dan bahkan bisa saling berkelahi untuk memperebutkan makanan ataupun uang. Setidaknya, itu yang Fang ketahui tentang mereka.Akan tetapi, pengemis yang dilihatnya kali ini jauh berbeda. Dia memanggil pengemis lainnya dan membagikan roti kering yang didapatkan. Dari pengamatan Fang, dia bisa memastikan bahwa para pengemis itu mengenal satu sama lain. Hal ini membuatnya kembali berpikir keras."Berasal dari dunia persilatan, pendekar yang memiliki kemampuan cukup tinggi, saling mengenal satu sama lain, tampaknya benar-benar ada yang tidak ber
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung