Fang lebih terlihat seperti menari daripada sedang menggunakan sebuah jurus, itu karena ia melakukannya dengan sangat baik dan tentunya ilmu yang ditunjukkan adalah jurus tingkat tinggi. Dalam sekali serangan Fang dapat melumpuhkan beberapa orang. Tentu saja dirinya tidak berhenti sampai disitu, Fang terus menerus menunjukkan kelihaian dan kepiawaian jurusnya.
"Dengan kekuatan seperti ini ingin merampas hartaku?" Fang menarik alis matanya, "Kalian terlalu percaya diri atau memang tidak mengetahui batasannya." Ia lalu menarik bibir kanannya ke atas.
Fang lalu mengubah jurus yang digunakannya, kali ini ia bertindak seolah pemabuk handal. Ya, jurus yang digunakan Fang tidak lain adalah 'Jurus Pukulan Dewa Mabuk'.
"Jurus Dewa Mabuk : Menari di Atas Bara Api."
Fang bergerak dengan gesit namun terlihat seperti orang yang kurang waras. Kelompok Perampok Lintas Kota bahkan akan menganggapnya telah gila karena melihat perubahan sang pemuda. Setidaknya sesaat s
Selamat menikmati, jangan lupa rate bintang 5 nya
Fang meninggalkan desa tanpa nama setelah tubuh anggota Perampok Lintas Kota habis menjadi abu. Tanpa ia sadari, seorang sosok misterius sedang mengamati dirinya dari kejauhan. Satu hal yang menjadi ciri khas dari sosok tersebut adalah pakaian serba putih dan menggunakan topeng dengan warna yang sama untuk menutupi wajahnya. Topeng tersebut berbeda dengan topeng lainnya yaitu bercorak seekor burung gagak. "Siapa pemuda itu, ini kali pertama aku melihatnya. Namun dari gerakan dan kemampuan yang ia miliki, setidaknya dirinya berada di tingkat Pendekar Ahli." Gumam sosok bertopeng itu. Menemukan pemuda yang masih terlihat berusia belasan tahun merupakan seorang pendekar tingkat tinggi adalah hal yang jarang. Sebab itulah sosok tersebut penasaran dengan identitas sang pemuda. Sosok bertopeng tersebut meninggalkan tempat itu dan berniat memberitahu rekan-rekannya yang lain. Ia menyadari bahwa sang pemuda akan menjadi ancaman bagi mereka cepat atau lambat. Fang mem
Fang membawa gadis yang ditolongnya dari para penculik ke gubuk yang sebelumnya dirinya tempati bersama Bintang Kecil. Ia lalu membantu gadis untuk mengeringkan pakaian menggunakan tenaga dalamnya."Bagaimana apakah sudah terasa baikan?" Tanya Fang sembari terus mengalirkan tenaga dalamnya."Terima kasih tuan pendekar." Gadis itu mengangguk pelan dan memberi hormat kepada Fang. Keduanya lalu berkenalan, Fang lebih dulu mengenalkan namanya baru sang gadis. Belakangan diketahui nama gadis tersebut adalah She Mei."Apa yang membuatmu bisa berakhir di tangan para penculik?" Tanya Fang penasaran.Gadis bernama She Mei itu kemudian mulai menjelaskan apa yang terjadi padanya. She Mei merupakan putri seorang bangsawan, berasal dari kota kecil yang terletak tidak jauh dari tempat tersebut. Saat itu dirinya hendak berkunjung ke salah satu desa yang bernaung di bawah kekuasaan kota tempat ia tinggali diiringi beberapa prajurit bayaran ayahnya. Namun mereka di serang
She Mei menyerang Fang dengan tangan kosong, setiap serangannya mengarah ke bagian vital sang pemuda, beruntung ia bisa menghindari semuanya. Gerakan siluman ular itu benar-benar lincah dan sulit ditebak, andai saja Fang tidak memiliki kemampuan yang tinggi, sudah pasti dari sepuluh serangan She Mei beberapa akan mendarat di tubuhnya."Pilihanku tidak salah, kemampuanmu benar-benar mengagumkan. Apakah kita bisa berhenti bertarung sekarang dan lebih memilih memadu kasih saja?" She Mei masih menggoda Fang."Dalam mimpimu," jawab ketus Fang."Cih," She Mei mendengus pelan, "Dasar keras kepala! Akan ku buat kau menyetujuinya."Serangan She Mei bertambah cepat daripada sebelumnya, gerakan yang ditunjukkan sangat indah. Orang-orang akan lebih percaya bahwa She Mei sedang menari bukan bertarung. Fang juga tidak kalah kagumnya, ini kali pertama ia melihat gerakan-gerakan yang begitu indah namun mematikan."Siluman ini...?" Fang berseru dalam hatinya, andai
Fang membuka matanya ketika langit sudah gelap dan hujan pun telah berhenti. Ia menelisik seluruh tempat itu namun tidak menemukan apa yang dicarinya."Aku masih hidup?" Fang tidak percaya dirinya masih bisa membuka mata lagi, sebab yang terakhir ia ingat She Mei mencoba membunuhnya.Mengingat kemampuan yang gadis itu tunjukkan membuat Fang bergidik ngeri, "Baru kali ini aku bertemu lawan setangguh itu." Fang memegangi bagian tubuhnya yang sakit karena serangan She Mei sebelumnya."Jika di pikir-pikir lagi, kenapa dia tidak membunuhku y?" Fang merasa bingung, bukan hanya tidak membunuhnya, She Mei juga tidak melakukan apapun padanya."Ah tidak perlu dipikirkan, yang terpenting aku masih hidup. Aku berjanji ketika bertemu dengannya akan membalas utang budi ini." Fang merasa dia berhutang pada She Mei, bagaimanapun berkat kebaikan hatinya sang gadis dirinya masih hidup."Sepertinya aku terlalu bersantai semenjak meninggalkan Hutan Kematian." Fang ter
Fang berjalan dengan meraba-raba, baru kali ini dirinya tidak bisa melihat apapun bahkan itu di depan matanya sendiri. Ia menutup matanya, mencoba menggunakan inderanya namun tetap tidak berhasil menembus kegelapan tiada batas itu."Tempat apa ini? Kenapa aku bisa berada di sini?" Setelah semua usaha yang dilakukannya gagal, Fang memutuskan untuk berhenti dan duduk bersila mencari pencerahan.Entah sudah berapa lama pemuda itu disini, ia tidak mengetahuinya. Ketika Fang sedang mencoba berbagai cara untuk menembus kegelapan ini, sebuah cahaya muncul dan mendekat ke arahnya. Cahaya itu berwarna merah terang, membuat Fang harus memalingkan wajahnya dan mengalir tenaga dalam untuk menghindari sinar tersebut."Li Tian!" Sebuah suara muncul dari dalam cahaya itu. Bersamaan dengan itu, tempat yang awalnya gelap gulita tersebut kini mulai berubah menjadi terang benderang.Fang yang penasaran memberanikan dirinya untuk menatap cahaya tersebut, namun itu membuat di
Iblis Hati mengangkat tangan kanannya, seketika sebuah pedang muncul dari ruang hampa."Kau bahkan memiliki pedang Naga Surgawi." Fang tersenyum pahit lalu menggelengkan kepalanya."Sudah ku bilang, aku memiliki semua yang kau miliki bahkan lebih baik daripada dirimu. Bagaimana kalau kita bertarung menggunakan pedang, aku ingin lihat kemampuanmu dalam memainkan senjata ini." Iblis Hati menghunuskan pedang di tangannya ke arah Fang. Pemuda itu tersenyum kecut lalu mencabut pedang sama yang tersarung di punggungnya."Akan ku tunjukkan bahwa kemampuan pedangku lebih baik daripada siapapun." Fang mendengus dingin lalu menyerang Iblis Hati.Gesekan pedang keduanya berhasil menciptakan suara yang nyaring dan ledakan-ledakan kecil di sekitar mereka. Fang mengalirkan tenaga dalamnya berjumlah besar untuk mempertajam dan memperkuat serangannya namun tetap tidak berhasil melukai lawannya."Hanya itu kah kemampuan pedangmu? Sebaiknya kau tidak bermain pedang
Meskipun terlihat terkejut, tidak ada kemarahan di wajah Iblis Hati karena tidak berhasil membunuh Fang. Sebaliknya sosok itu tersenyum lebar dan mengangguk pelan."Cukup banyak pendekar-pendekar yang telah melewati fase ini untuk mencapai tingkat Pendekar Bumi, namun hanya beberapa di antara mereka yang sepertimu, memilih mencapainya dengan kemampuanmu sendiri. Sebagian besar dari mereka langsung menerima tawaran Iblis Hatinya untuk bergabung membuat kekuatan mereka tidak sempurna dan fondasinya pun kurang matang. Terutama mereka dari kalangan pendekar aliran hitam.Melihat tekad di matamu, aku yakin kau akan menjadi pendekar tersohor di dunia persilatan. Ku harap kau menggunakan kemampuanmu dengan baik."Selepas berkata demikian, tubuh Iblis Hati mulai memudar dan transparan lalu beberapa saat kemudian menghilang sepenuhnya. Suasana yang sebelumnya terang kini kembali menjadi gelap seketika.Fang ingin menghentikan Iblis Hati sebab ada beberapa hal yang
Kenapa akhir-akhir ini sering sekali hujan." Fang bertanya pada dirinya sendiri meskipun lebih terlihat mengutuk langit. Dua hari telah berlalu semenjak dirinya meninggalkan gubuk tempat singgah sebelumnya. Sehari yang lalu hujan juga turun meskipun hanya gerimis dan tidak lama. Hari ini pun sama, namun lebih deras daripada kemarin."Bintang Kecil kau harus bertahan ya, aku yakin kau kuat." Fang tidak menemukan tempat yang cocok untuk beristirahat dan berteduh sepanjang perjalanan membuat Bintang Kecil kedinginan. Fang membantunya dengan mengalirkan tenaga dalam sebab itulah Bintang Kecil masih kuat.Penantian panjang keduanya membuahkan hasil, Fang melihat sebuah kota dari kejauhan. Bersamaan dengan itu juga hujan mulai mereda dan sepenuhnya berhenti ketika jarak Fang dan kota yang dilihatnya tinggal beberapa ratus meter lagi. Dirinya menebak itu merupakan kota yang dimaksudnya di dalam peta. Ia kemudian meminta Bintang Kecil mempercepat langkahnya.Meskipun ko
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung