“Tuan tolong maafkan saya. Saya salah. Tapi saya benar benar belum melakukan hal itu dengan Rachel”
“Rachel?” mata Radhis benar benar dingin bagaikan sedang haus akan darah.
“Maksut saya nona Rachel Tuan”
“Saya benar benar menyesal tuan, tolong maafkan saya”“Hoiy Kakek tua?”
“Kau mau melakukan apapun untuk menyelamatkan cucu dan keluargamu?”“Tentu tuan!!!” Kakek Okto bersujud
“Kalau begitu” Radhis berhenti sejenak,
“ttddiingg” suara kapak dijatuhkan oleh Radhis tepat di depan kakek Okto.“Apa ini Tuan?” kakek Okto bertanya kebingungan dengan maksut Radhis.
“Potong itu” Ucap Radhis dengan menunjuk tepat kejantanan Okto ang sedang tanpa pakaian dari semalam.
“Maaf tuan, mana mungkin saya bisa melakukan itu?”
“Kalau begitu kau akan kehilangan semua”
“Tolong jangan Tuan”
“Maaf kan aku tuan Radhis,” rengek Okto pada Radhis yang sedang berdiri di hadapannya,
“Bukankah katakal
****Kini waktu sudah hampir malam, Radhis yang sedari tadi masih sempat menenangkan dirinya sudah ada di depan rumahnya, dia seolah ragu untuk memasuki ruangan itu,“Radhis kamu sudah pulang?”“Iya, aku lelah mau tidur”Rachel berharap untuk bisa berbincang dengan suaminya, namun Radhis bukan menuju kamar mereka, melainkan kekamar lamanya.“Radhis, kenapa kamu tidur disana?” Rachel mengikuti Radhis bagaiakan anak kecil.“Lebih baik kamu kembali ke kamarmu”“Aku tak mau” dan kini Rachel berada dikamar Radhis, dengan menangis Rachel duduk di lantai bawah tempat Radhis.“Apa yang mau kamu jelaskan?” Radhis membuka omongan menandakan dia mau mendengarkan penjelasan Rachel.“Okto adalah mantan pacarku sewaktu kuliah”“Terus? Aku tak perduli dia siapa?”“Iya aku tau kesalahan ku adalah aku t
Kini matahari sudah terbit, sudah waktunya sebagian orang memulai hari,Radhis yang sudah terbangun dari tadi masih tetap dalam posisi berbaing karena dia ingin memberikan kesempatan pada Istrinya untuk tetap memeluknya.“Hmmm” Rachel bergumam karena dia baru benar benar terbangun dari tidurnya.Dia yang sadar sedang memeluk suaminya kini mencoba bangkt karena terkaget dengan rasa malu,“Kenapa kau tak membangunkanku”, ucap Rachel dengan muka memerah karena malu menyadari dia yang tidur dengan memeluk Radhis.“Bukan kah kamu sedniri yang memintaku untuk tetap diam tadi agar kau bisa tetap memeluk ku” mendengar perkataan Radhis Rachel benar benar malu mukanya merah merona menahan rasa malunya, dia sadar akan yang dia ucapkan tadi waktu belum bangun sepenuhnya.“Aku,. Aku,. Aku,.” “Ahh Radhis!” pekik Rachel pelan saat Radhis menarik tubuhnya untuk berbaring di dadanya yang sedang
Setelah menarik nafas sejenak Rachel melanjutkan kalimatnya, “Karena sepertinya kita belum memberikan dana pada mereka dari awal proyek, dan semua barang yang mereka kirimkan ternyata masih terhutang oleh perusahaan kita”“Lantas? Apa maksut perkatanmu itu?” tanya nenek Xion .“Aku mau tanya kenapa perusahaan kita belum mentranfer dana bahan proyek ke mitra sedangkan dari awal dana itu sudah aku tranfer seluruhnya ke nenek?” tanya Rachel dengan sedikit gemetar karena dia sedang dikeroyok dalam sebuah perdebatan oleh nenek Xion, Marot, dan Sea.“Kau, Menuduh ku menggunakan uang proyek ??! iya?? Begitukah maksutmu?!!” teriak nenek Xion pada Rachel meskipun benar adanya bahwa fakta sebenarnya dana proyek itu sudah di gunakan nenek Xion untuk keperluan pribadi dan memanjakan anak dan juga cucu kesayangannya.“Tidak Nek, Aku tak bermaksut seperti itu” ucap Rachel yang sedikit ketakutan,“
Kini hari sduah berganti lagi dan seperti yang dibilang Radhis ke Ester kini dia tak mau terlalu sering pergi ke kantor Geneve, dia hanya mengontrol semua melalui Ester, dan dia sedang merencanakan sesuatu untuk Istrinya, dan sementara kembali mengurus keperluan ruamh seperti sebelumnya yang sudah sudah.Sedangkan si Rachel kini yang sedang di kantor nya di panggil oleh nenek Xion untuk datang keruanganya.“Permisi Nek”“Masuklah” “Aku sudah menyelesaikan pembayaran kepada mitra kita terkait bahan proyek kita dengan Geneve”“Baik nek, aku akan segera mengurus sisanya”“Yasudah kalau begitu kembali kerjakan tugasmu”“Baik Nek”Dan kini proyek kembali berjalan perkiraan waktu yang akan berjalan sekitar tiga mingguan lagi, itu sudah membuat Rachel senang.Sea siang itu baru pulang dari kemarin ke tempat Jhon.“Kau baru pulang” ucap nen
Beberapa hari sudah berlalu kini Proyek dengan Geneve juga sudah mendekati seratus persen,dikantor Eachel coba memberanikan diri untuk bertanya ke neneknya.“Permisi nek”,“Masuk” balas nenek Xion, “Ada apa?” imbuh nenek Xion bertnya pada Rachel.“Anu Nek”“Apa bilang saja”,“Proyek bersama Geneve sudah hampir seratus persen selesai”,“Jadi?”, ucap nenek Xion pada Rachel seolah tak mengerti maksut dari Rachel,“Tentang jabatan direktur yang nenek janjikan?”“Oh tentang itu?”,“Iya Nek”Nenek Xion terdiam sejenak, kemudian dia mengambil gagang telepon di mejanya,“Keruanganku sekarang” ucap nenek singkat pada orang di seberang telepon,“Permisi Nek”, Sea memasuki ruangan itu, ternyata orang yang ditelepon oleh nenek Xion tadi adalah Sea.“Ja
Selang beberapa hari setelah obrolan mereka pada pagi hari disaat mereka belum bangun suara ponsel Rachel berbunyi.“Selamat pagi nona” ucap laki laki di telepon itu dan dia adalah Huang Jiang,“Iya Tuan Huang selamat pagi” ucap Rachel benar benar baru bangun dari tidurnya.“Jadi begini nona, sekarang saya sudah tiba di Auckland, dan sebentar lagi saya akan istirahat ke hotel, mungkin nanti sore sudah bisa kita mulai meeting nya”.“Oh benarkah?” ucap Rachel yang langsung duduk karena kegirangan, “Baik lah tuan,silahkan Tuan tentukan tempatnya” imbuh Rachel yang sangat senang karena sepertinya dia akan mendapatkan proyek baru dan segera menjadi direktur.“Baiklah nona nanti akan saya kirim lokasinya”“Baik Tuan”Kemudian Huang menutup teleponnya dan Archel berlari ke suaminya yang seperti biasa sedang menyiapkan sarapan,“Suamik
Melihat Huang yang tadi duduk di depan Rachel dan kini berpindah kesamping istrinya Radhis seketika langsung sangat kawatir, dan menghampiri mereka.“Jadi, Benar nona sudah punya suami?” pertanyaan Huang dengan menghadap Rachel saat dia pertama kali meletakkan bokongnya untuk duduk tepat disamping Rachel.“Belum selesai?” seketika Huang menolehkan kepalanya ke arah suara yang berada tepat di depan mereka.“Belum mungkin sebentar lagi”, ucap Rachel yang menyadari kekawatiran Radhis.“Siapa kamu?” tanya Huang yang melihat Radhis telah mengganggu kesempatannya.“Oh maaf Mr.Hu, ini dia adalah suami saya”, ucap Rachel dengan masih mencoba bersikap sopan pada Huang.“Apa suami?” ucap Huang sedikit keras, “Bagaimana nona Rachel bisa mengajak suami ke meeting pekerjaan”, Huang berhenti sejenak, “Bukankah ini suatu penghinaan buat saya?, dimana
“Lebih baik nenek Tanya sendiri pada bajingan itu!!!”, Jhon berhenti berucap untuk sesaat sekedar menarik nafas, “Aku sudah membuka peluang untuk kalian!!, Tapi apa yang terjadi sekarang??! Bahkan gara-gara kalian aku di maki-maki oleh Mr.Huang!!” Jhon menarik nafas sejenak untuk yang kesekian kalinya,“Ini sudah termasuk proyek besar untuk kalian!!! Dan jika ini sukses harusnya Mr.Huang akan memberikan proyek-proyek mereka yang selanjutnya pada kalian!!”.“Nenek sungguh minta maaf Jhon!! Biar nenek sekarang ke ruamah sakit untuk menjenguk Tuan Huang sekarang bersama Sea”.“kalau memang begitu iya sudah nenek kesini saja” ucap Jhon dengan tegas pada nenek Xion.Kini bertepatan dengan Rachel dan Radhis yang baru sampai dirumah mereka di waktu yang sama nenek Xion dan Sea sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit dekat restoran cina tadi, dengan bermodal Sharelokasi dari Jhon mereka tak lupa u
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia