Keesokan harinya.
Kini pukul sepuluh kurang lima belas menit di ruang rapat Wish Corp, sudah hadir beberapa orang, termasuk Rachel selaku penyelenggara rapat sekaligus direktur perusahaan Wish Corp.Ada juga disana Deon Dodge dan ayahnya Daka Dodge, dari Dod Media.
Mereka hanya diam menunggu yang lain untuk datang, sedangkan Daka dan Deon saling mengobrol antara ayah dan anak disela mereka menunggu.
Tidak lain tidak buka yang mereka obrolkan adalah terkait masalah Rachel.
Mereka membicarakan Rachel yang tentunya semua adalah kebaikannya dengan tujuan memuji, agar supaya mereka bisa semakin akrab.Namun, sepe
“Maaf saya terlambat.”Suara seorang wanita yang sangat dikenal oleh Rachel terdengar.Itu adalah suara Ester.Begitu Ester memasuki ruangan Rapat sepertinya dia tampak datang sendirian. Terang itu membuat Rachel dan yang lain bertanya-tanya.Berbeda dengan Vivian kedatangan Ester sangat terlihat anggun, meskipun dibalut pakaian kerja yang sangat rapi, tapi aura kecantikannya masih kentara.Ketika semua orang yang berada di sana berdiri untuk menyambut kedatangannya, Bagaimanapun juga meskipun Ester bukanlah direktur dari perusahaan Geneve akan tetapi Ester termasuk Orang yang patut untuk dihormati oleh mereka.Saling sa
“Maaf Tuan …” potong Ester.“Eh …. Siapa namanya?”Ucap Ester bertanya kepada Rachel saat sebelumnya melihat ke arah Deon, seolah melupakan nama Deon, untuk menunjukkan jika dia tidak penting berada disana.“Deon Dodge, saya adalah Deon Dodge,” jawab Deon yang saat itu langsung berdiri dengan memegang dadanya, seolah mengisyaratkan siapa dirinya.“Bukankah kita saling kenal Nona Ester? Saya waktu itu pernah membuat janji untuk bertemu dengan direktur, tapi ternyata Nona berkata jika direktur sedang tidak bisa ditemui karena suatu hal.” Papar Deon dengan cengar-cengir seolah tidak memiliki wibawa sama sekali mencoba untuk membuat Ester mengingat siapa dirinya.
“Bisa tolong diam?” Ed mulai ikut berbicara.“Nona Rachel memanglah direktur Wish Corp, tapi asal nona Tahu, yang mengakuisisi perusahaan Wish Corp adalah tuan Radhis, jadi beliau mempunyai hak sebagai Presdir Wish Corp.” Tambah Ed.Semua orang yang ada disana terdiam, mereka semua kaget kecuali Rachel dan Ester, yang dari awal sudah tahu status Radhis di Wish Corp.“Tuan Ed– Maaf– apa benar semua itu?” Daka Dodge yang ada disana dengan gemetar bertanya.“Maaf Tuan, tapi semua itu benar, dari awal pengakuisisian Wish Corp dari Xion Wish adalah dengan nama Tuan Radhis.”Vivian Diam, Dia sejenak berpikir tertunduk.&l
Disini semua mulai bingung dengan sikap Radhis.Mereka merasa jika Radhis seolah bisa mengontrol Ester dan juga Ed Ackerley. sementara mereka semua tahu jika kedua orang ini adalah termasuk orang yang berpengaruh di Auckland.“Apa kita tidak salah melihat?” Bisik Daka kepada Anaknya.“Sepertinya tidak Ayah,” jawab Deon yang juga berbisik tepat ditelinga ayahnya.“Siapa sebenarnya laki-laki ini.” Bisik Daka kepada Deon.Mereka berdua sama-sama kebingungan dengan apa yang mereka lihat, Tidak ada salah satu pun dari mereka yang bisa menebak Siapa Radhis sebenarnya. Itu karena selama ini mereka selalu menganggap bahwa Radhis adalah orang yang tidak berguna. Di saat semua orang bingung mencari tahu siapa Radhis sebenarnya, di sisi lain istrinya “Rachel” merasa bahwa kali ini suaminya benar-benar sangat terlihat berwibawa. “Apa ada yang nona inginkan?” tanya Radhis kepada Vivian.“Sebenarnya— Tidak! saya akan menuruti keinginan Direktur Geneve.”Vivian mencoba untuk menahan Ed dan Ester
Sekarang sudah jam pulang kerja, seperti biasa Rachel pulang sendiri, karena sepertinya tadi disaat Rachel pergi untuk minum dengan Vivian, Deon dilarang untuk ikut. Dengan penuh diam Rachel mengendarai mobilnya, sepertinya disaat Rachel pergi untuk minum bersama dengan Vivian tadi dia mendengar ucapan-ucapan Vivian yang entah apa. Yang jelas, sepertinya saat ini pikiran Rachel sedikit lebih tidak tenang dari beberapa hari ini.Beberapa hari ini saja pikiran Rachel sudah kacau karena pikirannya tentang Radhis dan Ester, dan sepertinya kini dia lebih tidak tenang sampai pada titik dimana dia sudah tidak terlihat berekspresi.Sampai villa baru yang dia tempati, Rachel turun dari mobil dan menjumpai sebuah mobil lain yang dia hafal betul itu mobil siapa.Iya benar itu adalah mobil milik Radhis.Rachel segera bergegas membuka pintu untuk masuk kedalam Villanya.Di ruang tamu Villa yang cukup besar, meskipun tidak sebesar Mansion milik Radhis saat ini, telah duduk empat orang yaitu Tania
“Bisa tolong anda diam biar saya yang menjelaskan.” Ucap Ed dengan matanya yang sedikit dilapisi sorot kemarahan.Tania terdiam seketika.Dere yang menyadari jika memang istrinya terlalu banyak bicara memilih untuk diam tidak membelanya sama sekali. Bahkan, sebenarnya Ed cukup senang jika Istrinya bisa sedikit belajar dari semua ini. Sedari mereka kenal dan menikah Tania adalah sosok wanita yang egois. Dia selalu ingin semua kehendaknya terlaksana, tanpa memikirkan orang lain yang ada di sampingnya. Dia sama sekali tidak peduli orang akan menderita karenanya bahkan anak kandungnnya sekalipun.“Bisakah saya melanjutkan?” Tanya Ed yang kemudian menatap ke arah Dere dan Rachel.“Silahkan Tuan Ed!” Dengan rasa hormat Dere mempersilahkan.“Kau–” Tania mencoba untuk protes.“Baiklah, kalau begitu saya akan melanjutkannya.” Ed menyela ucapan Tania.Setelah itu Ed mulai menjelaskan maksud dan tujuannya berada disana. Mulai dari menjelaskan tentang Villa A1 yang ditempati oleh keluarga Der
“Radhis–? Tuan–?” Ucap Rachel dengan rasa bingung dan terbata-bata, saat melihat dan mendengar maid yang ada di depan pintu Villanya sedang mencari suaminya.Kini yang ada dalam pikiran Rachel adalah siapa wanita muda ini.Jika dilihat dari penampilannya, dia adalah seorang Asisten rumah tangga.Lebih tepatnya itu adalah penampilan seorang Maid.Yang jadi masalah disini adalah untuk apa seorang Maid mencari Radhis.Mendengar ucapan Rachel di awal, wanita maid muda tadi langsung menjelaskan secara singkat, jika kedatangannya kesini adalah untuk bertemu dengan Radhis. Selain itu, gadis maid tadi juga menjelaskan, “Saya adalah pelayan pribadi Tuan Radhis.”Meski masih merasa bingung, akhirnya Rachel mempersilahkan gadis Maid itu untuk masuk kedalam.Begitu gadis Maid ada di ruang tamu tempat para orang sedang berkumpul, Tania segera menyambut dengan antusias.“Akhirnya!! Cepat sekali, sungguh hebat manajer properti itu!!” Tania berdiri, dia berpikir jika gadis maid itu adah asisten ruma
Tania hanya terdiam saat Nora berjalan melewatinya dengan masih menarik koper yang berisi pakaian milik Radhis. Berjalannya cukup anggun untuk sekelas Maid.Saat di tangga dia sedikit terlihat kesulitan, tangannya yang cukup kecil mengangkat koper dengan badan yang sedikit miring ke arah berlawanan. Tapi itu semua dia lakukan dengan tetap tersenyum manis. Seolah selama Radhis memerintah dirinya maka dia akan dengan ikhlas hati melakukannya.Tania dengan menoleh penuh ketidak percayaan menatap ke arah Nora.“Tuan Ed?” Tania kembali berkata dengan nada yang sedikit keras saat dirinya memutar kembali kepalanya searah dengan badannya, yang sedang menghadap ke Ed Ackerley. Sementara Ed, entah dia dia tidak mendengar atau sengaja seolah tidak mendengarnya, kini justru berbicara dengan Rachel. “Nona Rachel, seperti apa yang kita dengar tadi siang dari Nona Vivian, dia akan menghubungi Anda saat proposal proyek yang baru selesai dibuat.”“Tuan Ed benar, memang seperti itu.” ucap Rachel yan
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia