Kini keesokan harinya, tepat hari minggu.
Pagi-pagi buta Rachel sudah terbangun, dan segera mandi serta bersiap-siap untuk pergi.Setelah dia selesai berganti pakaian dan mempersiapkan semuanya, Rachel segera menuju ke mobilnya.
Sayangnya ada satu hal yang sangat diluar dugaan, yaitu pintu rumahnya ternyata kini tidak bisa dibuka.
“Kenapa Pintu ini tidak bisa dibuka?” ucap Rachel yang sedang bingung dengan memegang gagang pintu rumahnya.
“Percuma.”
Suara Tania terdengar dari arah belakang Rachel yang sedang berusaha untuk membuka pintu rumahnya.
“Ibu?&rdquo
Rachel merasa bingung, karena memang sebelumnya dirinya tidaklah diberitahu oleh Radhis perihal masalah ini.“Kenapa seperti ini?” Rachel bergumam.“Kenapa?” tanya Tania.“Jelas Radhis tidak memberitahumu, karena pecundang itu takut jika kamu akan meninggalkan dirinya, dan dia juga takut jika kamu akan mengetahui seberapa tidak bergunanya dirinya.”Tania mencoba untuk menghasut anak perempuannya.Rachel kini menunduk, dia berpikir dengan keras, kenapa ibunya berkata tentang semua ini, dan jika memang kata-kata ibunya itu adalah sebuah kebenaran, kenapa Radhis seperti itu kepadanya? Itu adalah semua pertanyaan yang ada di dalam pikirannya saat ini.
Waktu semakin berjalan, kini keluarga Mereka sedang asyik sarapan.Dibilang asik sarapan, namun yang menikmati sarapan pagi itu hanyalah Tania saja, sedangkan Rachel putrinya, tampak begitu sedih.Bahkan matanya tampak berkaca-kaca.Tania, tidaklah tidak mengerti tentang hal di depan matanya itu.Namun, dia memilih seolah tidak peduli dengan perasaan yang dirasakan oleh anaknya.Dere sebagai seorang ayah ingin rasanya membantu sang putri. Namun, dirinya sendiri tidak berani untuk langsung menuju ke pokok inti masalah di rumah mereka kali ini.Sebuah urusan dimana istrinya memaksakan kehendak kepada sang putri.Untuk sebuah
Ester menuliskan pesan kepada Rachel seolah-olah Dirinya belum sempat pergi untuk menjenguk dan melihat kondisi Radhis saat ini.Padahal sebenarnya gini Ester sudah berada di samping Radis yang masih belum sadarkan diri.Ester yang memanglah memiliki rasa sayang terhadap Radhis.Semula dirinya merasa takut kalau sampai tiba-tiba Rachel membuka pintu dan melihat dirinya disana. Namun, setelah membaca Apa pesan yang dikirimkan oleh Rachel di akhirnya mengerti jika kemungkinan besar untuk beberapa saat, atau bahkan beberapa hari kedepan Rachel tidak akan datang ke tempat ini.“Radhis, aku akan berada disini untuk menjaga dirimu,” ucap Ester dengan menggenggam tangan Radhis yang belum sadarkan diri.
Di koridor rumah sakit.Ed yang sedang duduk sendiri di datangi oleh Boas.Disana Boas meminta saran kepada Ed, mengingat pagi itu dirinya sudah tidak diperkenankan untuk menjemput ataupun menjaga Rachel.“Saya merasa bingung tuan.”Ed paham apa yang dimaksudkan oleh Boas, terus terang disini Ed sendiri pun bingung, tentang keputusan apa yang harus diambil olehnya."Jika memang Tuan tahu, tolong bantu saya mencarikan jalan keluar untuk semua masalah ini."“Aku sendiri juga tidak tahu Boas, kita hanya bisa menunggu Tuan muda tersadar.”Yang dibicarakan oleh Ed dan
“Tidak nak Deon, tante sama sekali tidak merasa direpotkan.” Ucap Tania dengan senyum manis, berbeda saat dirinya berbicara dengan menantunya sendiri.“Ibu apa-apaan ibu ini!” ucap Rachel yang semakin merasa kesal kepada ibunya.“Ada apa?” tanya Tania yang bersikap seperti orang bodoh.“Sudahlah, aku mau tidur saja,” ucap Rachel yang mencoba untuk berdiri saat itu juga.“Mau kemana kamu?” tanya tania.“Aku mau masuk kedalam! mau istirahat!” ucap Rachel dengan tegas.Namun disaat itu juga disaat Rachel hendak berjalan tangannya seketika di genggam oleh ibunya.
“Iya, aku mengerti. Aku juga yakin kamu hanya menganggap Rachel sebatas teman, benarkan?” Dere berkata kepada Deon seolah Deon benar-benar akan menuruti apa yang dikatakan olehnya.“Iya benar, Paman.” ucap Deon.“Benar, lagi pula kalian sudah berteman dari kecil kan, jadi tolong kamu juga harus bisa menghargai Rachel yang sudah mempunyai seorang suami,” ucap Dere yang merasa jika Deon seolah memiliki niat tersembunyi untuk mendekati Rachel.“Apa yang kamu katakan?” Tamiya tiba-tiba saja menyambar ucapan Dere.“Kenapa?” Dere Yang merasa bingung akhirnya bertanya kepada istrinya.
“Aku mengerti tentang apa yang kamu rasakan,” Dere berkata dengan lembut kepada anaknya dengan tetap mengelus kepala sang anak.“Kenapa ibu seperti ini kepadaku Ayah?” tanya Rachel dengan masih tetap menangis.“Ayah juga tidak tahu Rachel, tapi Ayah akan mencoba untuk membantumu sebisa ayah,” Dere mencoba untuk sedikit menenangkan perasaan anaknya yang sedang sedih itu.Berbeda dengan Dere yang sedang menenangkan hati putrinya, tania kini justru sedang berbincang-bincang dengan Deon di ruang tamu,“Jadi kamu sampai sekarang belum menikah?” tanya Tania.Ini adalah perjumpaan antara Tania dan Deon yang kedua, sebelumnya perjumpaan mereka cukup singkat karena kemarin ma
“Iya, aku mengerti, setelah ini aku akan makan,” Ucap Ester.“Maafkan saya jika Nona menganggap saya lancang, namun saya seperti ini karena memang saya lihat Nona sudah mengabaikan kesehatan Nona sendiri, dan jika sampai terjadi apa-apa dengan nona maka saya akan semakin susah.” Jelas Ed dengan sopan.“Iya Ed, aku paham, terimakasih kamu sudah mengingatkan aku,” jawab Ester yang tak kala sopan meskipun di saat seperti ini Ester bersetatus lebih tinggi Ed.Setelah mendengar jawaban dari Ester. Ed merasa cukup tenang, karena dia tahu tidak mungkin dirinya untuk terlalu memaksa kepada Ester.Setelah dirasa Ester sudah mau disuruh untuk makan, Ed kembali Berbicara kepadanya terkait masalah Radhis dan keluarganya.